Tonton Youtube BP

Terkuak! Begini strategi Thailand bertahan dari gempuran kolonialisme Barat

Khalied Malvino
9 Aug 2025 06:52
3 minutes reading

PRIORITAS, 9/8/25 (Bangkok): Hampir seluruh negara di Asia Tenggara pernah merasakan pahitnya penjajahan. Namun, Thailand berdiri sebagai pengecualian yang mencolok.

Negeri yang dulu dikenal sebagai Siam ini berhasil mempertahankan kedaulatannya selama lebih dari empat abad, bahkan di tengah gempuran kolonialisme Barat yang melanda kawasan sejak abad ke-16.

Indonesia, Malaysia, dan Brunei jatuh di bawah kendali Inggris atau Belanda. Filipina dikuasai Spanyol hingga Amerika Serikat (AS).

Vietnam, Laos, dan Kamboja menjadi jajahan Prancis. Deretan negara itu menunjukkan betapa sulitnya bertahan dari ambisi kekuatan kolonial yang mengincar sumber daya alam dan jalur perdagangan strategis.

Para raja Thailand memahami bahaya itu lebih awal. Raja Mongkut (Rama IV) dan Raja Chulalongkorn (Rama V) memilih jalur diplomasi ketimbang perang terbuka.

Keduanya melihat peluang untuk melindungi negara melalui hubungan resmi dengan Inggris dan Prancis, meski harus memberikan sebagian wilayah perbatasan sebagai kompromi strategis.

Diplomasi cerdas dan strategi penyangga

Langkah ini membuat Thailand berperan sebagai negara penyangga di antara koloni Inggris di barat dan koloni Prancis di timur.

Posisi tersebut mengurangi keinginan kedua kekuatan untuk melakukan invasi langsung. Keberhasilan ini tidak hanya berasal dari meja perundingan, tetapi juga dari pembaruan besar-besaran di dalam negeri.

Raja Chulalongkorn memperbarui sistem hukum, memperkuat militer, dan membangun pendidikan modern.

Modernisasi ini menampilkan Thailand sebagai negara yang stabil dan “beradab” di mata dunia, sehingga kekuatan asing melihatnya lebih cocok sebagai mitra dibanding target penjajahan.

Thailand juga menerapkan sistem mandala, yakni memberi penghormatan simbolis kepada kekuatan besar tanpa menyerahkan kendali pemerintahan. Strategi ini membuat negara mampu menjaga hubungan baik sekaligus mempertahankan kedaulatan penuh.

Persatuan nasional sebagai benteng

Di dalam negeri, persatuan nasional menjadi tameng yang sulit ditembus. Monarki yang dihormati berhasil menyatukan rakyat melalui keseragaman budaya dan agama. Identitas bersama itu menyulitkan pihak luar untuk memecah-belah masyarakat, tak seperti yang terjadi di negara tetangga.

Selain itu, hubungan upeti dengan Kekaisaran Tiongkok memberi perlindungan tambahan. Meskipun mengakui kekuasaan kaisar secara simbolis, Thailand tetap memegang kendali penuh atas kebijakan dalam negeri.

Hubungan ini saling menguntungkan dan menjaga posisi negara tetap aman dari ancaman invasi langsung.

Warisan strategi hingga kini

Kombinasi diplomasi lihai, reformasi internal, dan persatuan budaya menjadikan Thailand satu-satunya negara Asia Tenggara yang tidak pernah dijajah langsung oleh Barat. Hingga kini, sejarah tersebut menjadi kebanggaan nasional sekaligus bukti bahwa kecerdikan politik mampu menandingi kekuatan militer.

Tidak seperti negara lain, Thailand tidak memiliki hari kemerdekaan. Sebagai gantinya, negeri ini menetapkan 5 Desember sebagai Hari Nasional untuk menghormati ulang tahun mendiang Raja Bhumibol Adulyadej, simbol persatuan modern dan penerus tradisi kedaulatan yang telah dijaga berabad-abad. (P-Khalied M)

No Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Video Viral

Terdaftar di Dewan Pers

x
x