PRIORITAS, 11/3/25 (Jakarta): Media sosial semakin mempengaruhi tekanan pencapaian pribadi di kalangan masyarakat. Banyak pengguna membandingkan kehidupan dengan unggahan orang lain, menciptakan ekspektasi tidak realistis.
Psikolog klinis, dr. Anita Wibowo, mengatakan banyak individu merasa gagal karena melihat pencapaian orang lain di media sosial. “Mereka merasa tertinggal, padahal unggahan sering kali hanya menampilkan sisi terbaik kehidupan seseorang,” ujarnya.
Studi dari Universitas Indonesia menemukan 68% pengguna media sosial mengalami tekanan akibat ekspektasi pencapaian. Generasi muda paling rentan karena paparan konten motivasi berlebihan dan gaya hidup mewah.
Sosiolog, Bambang Setiawan, menekankan perlunya kesadaran digital agar masyarakat tidak terjebak dalam ilusi kesuksesan instan. “Bijak dalam mengonsumsi konten dapat mengurangi tekanan sosial akibat perbandingan berlebihan,” katanya.
Mencari inspirasi, perluas jaringan
Motivasi dalam bermain media sosial beragam, mulai dari mencari inspirasi, memperluas jaringan, hingga mendapatkan validasi sosial. Banyak pengguna merasa termotivasi setelah melihat pencapaian orang lain, tetapi ada juga yang justru merasa tertekan karena membandingkan diri dengan standar kesuksesan di dunia maya.
Jika digunakan dengan bijak, media sosial bisa menjadi alat pemacu semangat, tetapi jika berlebihan, justru menimbulkan tekanan mental dan perasaan tidak cukup baik.
Ahli menyarankan pengguna media sosial membatasi waktu penggunaan, mengikuti akun yang memberikan dampak positif, serta fokus pada pencapaian pribadi tanpa membandingkan diri dengan orang lain. Pemerintah juga diharapkan meningkatkan literasi digital guna membantu masyarakat menghadapi tekanan psikologis akibat media sosial. (P-*r/Zamir A)
