PRIORITAS, 5/8/25 (Minahasa Utara): Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara (Pemprov Sulut), berencana membangun Kebun Binatang. Persiapan sudah dilakukan para staf khusus Gubernur Sulawesi Utara (Stafsus Gubernur Sulut) dan para kepala organisasi perangkat daerah (OPD) Pemprov Sulut serta Kepala OPD Minahasa Utara (Minut) terkait.
Tim yang dipimpin Koordinator Staf Khusus Gubernur Sulut, Ferdinand Mewengkang, telah melakukan survey ke pusat penyelamatan satwa (PPS) di bilangan Tasik Oki, Desa Watudambo, Kecamatan Kauditan, Minut, pada Kamis (31/8/25).

Dari informasi yang diterima Beritaprioritas pada Selasa (5/8/25), para kepala OPD terkait dalam survey ini, dari Pemprov Sulut, di antaranya Kadis PUPR Deicy Paath, Kadis Pangan Frangky Tintingon, Kadis Kehutanan Raynier Dondokambey, Kadis Pertanian dan Peternakan Wilhelmina Pangemanan, dan Kadis Lingkungan Hidup Feibe Rondonuwu.
Sementara, dari OPD Teknis Minut, antara lain, Kaban Bappeda Hanny Tambani dan Kadis Pariwisata Femmy Pangkerego, disertai para kepala bidang dan staf masing-masing.

Diterangkan, rombongan tiba di lokasi sekira pukul 10.00 Wita, langsung melakukan rapat koordinasi. Diperoleh keterangan dari Billy Lolowang, selaku pimpinan PPS, Yayasan Masarang memiliki beberapa kegiatan lingkungan dan sosial.
Kegiatan tersebut meliputi penanaman hutan, edukasi dan riset, penyelamatan satwa, serta menginisiasi peningkatan nilai ekonomi produksi hutan bukan kayu secara berkelanjutan di Sulawesi Utara. Yayasan Masarang mengambil berbagai inisiatif untuk mengedukasi masyarakat setempat serta menawarkan sumber penghidupan alternatif yang berkelanjutan. Salah satu Program Yayasan Masarang adalah Pusat Penyelamatan Satwa Tasikoki.
Tasik Oki representatif

Kepada Beritaprioritas, Ferdinand Mewengkang mengatakan, hasil survey ini akan dilaporkan kepada Gubernur YSK. “Tempatnya cukup representatif untuk dikelola menjadi wujud kebun binatang sesungguhnya,” tutur Novy, panggilan sehari-hari Ferdinand Mewengkang, didampingi Prof Dr Benny Pinontoan dan para staf khusus Gubernur Sulut lainnya.
Dalam kesempatan yang sama, Benny Pinontoan mengatakan, memilih Tasik Oki untuk dijadikan Kebun Binatang, karena didukung dengan sarana dan prasarana, ketersediaan infrastruktur serta fasilitas yang memadai.
Ia menguraikan, fasilitas yang ada di Tasik Oki adalah area lahan yang luas, berada tepat di bentangan laut Sulawesi, akses jalan raya Manado Bitung, Tol Minut Bitung, jalan lingkar selatan Bitung, Minahasa sampai ke Minahasa Tenggara. “Dan, yang paling penting, mudah untuk memperoleh air bersih dan listrik,” ungkap Profesor Benny Pinontoan.
Sebelumnya, di lokasi Kawasan Tasik Oki, juga telah dilakukan survey oleh para Dinas Teknis, terkait rencana pengadaan Kebun Binatang ini. “Bersebelahan dengan PPS ini, saya dan Pak Stephen Tuwaidan (Inspektur Inspektorat Minut-red) serta sejumlah staf kami telah melalukan survey di Pantai Tasik Oki,” ungkap Hanny Tambani, kepala badan perencanaan pembangunan daerah Minahasa Utara (Bappeda Minut).

PPS Tasik Oki
Dari data yang tersedia, diketahui Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Tasik Oki didirikan pada tahun 2004 dan merupakan kerjasama Yayasan Gibbon dengan Kementerian Kehutanan. Fungsi pusat penyelamatan satwa Tasikoki adalah sebagai sarana penanganan satwa-satwa hasil penegakan hukum yang dilakukan Kementerian Kehutanan. Lokasi Pusat Penyelamatan Satwa Tasik Oki strategis karena berada di kawasan pesisir di dekat kota Bitung. Luas Kawasan 55 hektare dan 1 km panjang garis pantai.
Data juga menyebutkan, Sulawesi Utara merupakan hotspot perdagangan dan penyelundupan satwa liar di Indonesia. Oleh karena itu keberadaan PPS Tasik Oki menjadi sangat diperlukan di wilayah ini, untuk menunjang penanganan satwa liar hasil pengamanan penegakan hukum atas perdagangan satwa dari berbagai wilayah di Indonesia untuk diselundupkan ke Filipina melalui Sulut.
Kerjasama Yayasan Gibbon dengan Kementerian Kehutanan dikabarkan berakhir pada 2006, sehingga operasional PPS Tasik Oki dilanjutkan oleh Yayasan Masarang melalui Kerjasama dengan BKSDA Sulawesi Utara. (P-Rudy Prantjis)