PRIORITAS, 19/7/25 (New York): Seorang pria nyaris tewas dan kini kritis di ruang darurat, akibat tertarik ke dalam mesin pemeriksaan medis Magnetic Resonance Imaging (MRI), gara-gara ia mengenakan kalung rantai logam di lehernya.
“Seorang pria nyaris tewas, akibat ditarik ke dalam mesin MRI setelah ia memasuki ruang pemeriksaan mengenakan kalung rantai besar”, kata polisi Departemen Kepolisian Wilayah Nassau, seperti dikutip Beritaprioritas dari The Independent, hari Sabtu (19/7/25).
Pria berusia 61 tahun itu memasuki ruang MRI, saat pemindaian sedang berlangsung Rabu sore di Nassau Open MRI. Diduga lehernya tercekik cukup kuat akibat tarikan mesin MRI terhadap kalungnya.
“Daya magnet mesin yang kuat menariknya masuk melalui kalung logamnya”, kata polisi.
Polisi mengatakan insiden tersebut mengakibatkan pria tersebut mengalami luka parah di leher dan harus dirawat di rumah sakit dalam kondisi kritis.
Pihak berwenang tidak merilis namanya, hanya menyebut berasal dari Long Island.
Seseorang petugas yang menjawab telepon di Nassau Open MRI di Long Island, juga menolak berkomentar.
Berdasarkan laporan awal ke polisi, pria yang menjadi korban seharusnya tidak berada di ruangan tersebut, dan tidak jelas mengapa dia masuk ke situ.
Magnet sangat kuat
Menurut Institut Nasional Pencitraan Biomedis dan Bioteknologi, mesin MRI atau pencitraan resonasi magnetik untuk medis, memiliki medan magnet yang sangat kuat, sehingga dapat melemparkan kursi roda melintasi ruangan.
“Medan magnet statis sistem MRI sangat kuat. Magnet 1,5 T menghasilkan medan magnet yang kira-kira 21.000 kali lebih kuat daripada medan alami bumi,” jelas Departemen Radiologi dan Pencitraan Biomedis Universitas California, San Francisco.
Mesin MRI memang menggunakan medan magnet yang sangat kuat, sehingga mampu memberikan gaya pada benda-benda yang terbuat dari logam dan benda-benda lain yang dapat dimagnetisasi.
Mesin MRI dirancang untuk pemindaian dan mendeteksi penyakit dalam tubuh menggunakan medan magnet yang kuat.
Mesin tersebut kemudian dapat menghasilkan gambar jaringan lunak seseorang yang memungkinkan dokter mencari kelainan, seperti tumor, atau kerusakan pada organ dalam.
Harus ketat dan teliti
Para petugas medis dan teknisi MRI harus sangat teliti dan ketat ketika mengoperasikan mesin tersebut.
Petugas harus memastikan setiap pasien yang akan masuk, tidak memiliki logam pada tubuh mereka — atau di dalam tubuh mereka — sebelum mereka dipindai menggunakan mesin MRI.
Ruang medis MRI juga harus steril dari barang bawaan pasien yang terbuat dari logam. Tiang infus dan kursi roda pasien pun harus dikeluarkan jauh dari ruangan pemeriksaan, karena terbuat dari logam besi.
Dalam sebuah tulisan tentang potensi bahaya mesin MRI, disebutkan benda logam magnetik “dapat menjadi proyektil (peluru) di udara”.
Bahkan benda kecil—seperti klip kertas atau jepit rambut—dapat mencapai kecepatan terminal 40 mph ketika ditarik magnet MRI.
Selain potensi bahaya dari logam yang beterbangan, magnet mesin MRI juga dapat menghapus kartu kredit, merusak ponsel, dan mematikan alat pacu jantung.
MRI pernah membunuh
Kecelakaan tragis akibat mesin MRI, juga pernah membunuh seorang kerabat pasien di India pada Januari 2018 lalu.
Seorang pria bernama Rajesh Maru (32 tahun) dilaporkan meninggal setelah tersedot ke dalam mesin MRI di sebuah rumah sakit Rumah Sakit Amal BYL Nair di Mumbai, India.
Rajesh Maru masuk ke ruangan sambil membawa tabung oksigen logam, setelah mendapat ijin anggota staf di rumah sakit tersebut, yang mengatakan kepadanya mesin itu sudah dimatikan.
Namun, saat masuk, Rajesh tiba-tiba tersedot ke dalam mesin MRI yang besar, sehingga tidak memberinya waktu untuk melonggarkan pegangannya pada tangki.
Tangannya terjepit tabung silinder, yang kemudian meledak dan memicu kebocoran oksigen besar-besaran.
Meskipun staf rumah sakit berhasil menarik tubuhnya keluar dari mesin dan membawanya ke ruang gawat darurat, ia meninggal dalam waktu 10 menit.
Otopsi menunjukkan ia meninggal karena pneumotoraks, atau paru-paru kolaps.
“Oksigen dalam jumlah berlebihan masuk ke tubuhnya dari tabung, yang juga berbahaya. Ia tampaknya langsung meninggal karenanya,” ujar seorang dokter forensik kepada surat kabar The Indian Express.
Dokter dan staf ditangkap
Keluarga Maru menuduh pihak rumah sakit lalai dan mereka mengklaim staf rumah sakit tersebut bersalah, karena sudah mengatakan kepadanya tidak apa-apa membawa tabung oksigen ke ruang MRI.
“Dia pergi ke sana untuk menjenguk ibu saya yang sakit, tetapi kami tidak tahu dia akan mengalami nasib seperti itu. Kami semua sangat terkejut,” ujar Harish Solanki, saudara ipar Rajesh Maru, kepada kantor berita ANI .
Semua itu terjadi karena kecerobohan dokter dan aturan pengawasan rumah sakit.
Polisi Mumbai menangkap seorang dokter dan seorang anggota staf yang terlibat.
Kepala menteri Maharashtra, Devendra Fadnavis, mengatakan keluarga tersebut menerima kompensasi sebesar Rs 5 lakh (£5.570). (P-Jeffry W)