PRIORITAS, 4/7/25 (Tokyo): Para penduduk di rangkaian pulau terpencil Tokara di Jepang, menjadi ‘stres’ dan seperti orang linglung, akibat selama sepekan desa mereka dilanda 900 kali gempa antara 4 hingga 5,5 skala richter.
Umumnya warga pulau itu mengalami kelelahan hebat akibat tidak bisa tidur nyenyak seperti biasanya.
Pada siang hari, meski gempa sempat mereda, mereka mengaku sering mengalami disorientasi seperti kehilangan kesadaran dan linglung, akibat dampak serangkaian guncangan.
“Setelah begitu banyak gempa, sekarang terasa seperti tanah berguncang meskipun sebenarnya tidak,” kata warga pulau Tokara, Isamu Sakamoto (60 tahun).
“Rasanya seperti terus-menerus berguncang,” kata seorang warga, Chizuko Arikawa, kepada stasiun penyiaran regional Jepang, MBC, seperti dikutip Beritaprioritas dari The Independent, hari Jumat (4/7/25).
Rekor 740 gempa bumi telah terjadi di seluruh pulau itu dalam periode 10 hari hingga Selasa lalu, dengan gempa berkekuatan 1 atau lebih tinggi pada skala intensitas seismik Jepang 7 poin.
Guncangan mencapai puncaknya pada tanggal 23 Juni 2025 lalu, ketika 183 gempa tercatat dalam satu hari, menurut data resmi.
Pemerintah Jepang telah meminta warga di pulau-pulau terpencil itu, bersiap untuk berlindung dan mengungsi jika terjadi gempa bumi yang lebih kuat.
“Sangat menakutkan bahkan untuk tertidur. Kami hanya ingin gempa ini berhenti,” tambah seorang warga.
Belum berakhir
Menurut Badan Meteorologi Jepang, pulau terpencil itu memang diguncang lebih dari 900 gempa bumi dalam kurun waktu satu minggu terakhir.
Gempa bumi di rangkaian Kepulauan Tokara terjadi sejak 21 Juni lalu.
Tidak ada kerusakan besar yang dilaporkan akibat gempa bumi tersebut, tetapi badan tersebut mengatakan tidak tahu kapan aktivitas seismik akan berakhir.
“Aktivitas seismik sangat aktif di laut sekitar gugus pulau Tokara sejak 21 Juni,” kata Direktur Divisi Pengamatan Gempa bumi dan Tsunami, BMKG Jepang, Ayataka Ebita.
Konferensi pers darurat diadakan pada hari Rabu setelah gempa bumi berkekuatan 5,5 skala Richter tercatat sekitar pukul 3.30 sore di gugus pulau tersebut.
“Hingga pukul 4 sore hari ini, jumlahnya telah melampaui 900,” kata Ebita.
Ia meminta warga agar bersiap mengungsi bila diperlukan, mengingat kemungkinan daerah tersebut dapat dilanda gempa bumi yang lebih kuat.
Warga lainnya mengatakan tidak jelas kapan semua ini akan berakhir. “Saya harus memikirkan apakah akan mengevakuasi anak-anak saya”, ujarnya.
Jauh dari rumahsakit
Kepulauan Tokara adalah rangkaian 12 pulau kecil sepanjang 150 km dan dari total pulau. Tujuh di antaranya berpenghuni.
Hanya 700 orang yang tinggal di pulau-pulau terpencil tersebut.
Pulau-pulau tersebut jauh dari rumahsakit, dan fasilitas medis terdekat berjarak setidaknya enam jam perjalanan kapal feri ke ibu kota prefektur, Kagoshima.
Chizuko Arikawa, menuturkan kepada Asahi Shimbun, setiap hari terdengar suara gemuruh aneh dari laut sebelum gempa terjadi, terutama di malam hari.
Ia menggambarkan suasana itu sebagai “mengerikan”.
“Semua orang sudah kelelahan. Kami hanya ingin ini segera berakhir,” kata pria berusia 54 tahun itu.
Jepang, salahsatu negara yang paling rawan gempa bumi di dunia.
Negara itu telah banyak berinvestasi dalam sistem peringatan dini dan peningkatan infrastruktur tahan gempa.
Tetapi para pejabat setempat mengatakan diperlukan lebih banyak persiapan, untuk melindungi masyarakat dari bencana gempa.(P-Jeffry W)