34.1 C
Jakarta
Thursday, July 24, 2025

    Sekolah dibuka, kasus COVID-19 Thailand ikut melonjak

    Terkait

    PRIORITAS, 4/6/25 (Bangkok): Kasus COVID-19 melonjak di Thailand, total 28.294 kasus baru tercatat dalam dua hari terakhir.

    “Sebagian besar pasien hanya alami gejala ringan. Tapi kelompok lansia dan penderita penyakit bawaan tetap rentan,” kata Dr Taweesin Visanuyothin, Direktur Jenderal Layanan Medis, dalam rilis resmi, dikutip dari The Nation Thailand dan Asia News Network, Rabu (4/6/25).

    Data Departemen Pengendalian Penyakit (DDC) menunjukkan, lonjakan infeksi terjadi seiring dimulainya musim hujan dan pembukaan sekolah.

    Pada 1 Juni, 18.102 kasus baru terdeteksi. Sehari setelahnya, 10.192 kasus tercatat melalui sistem pemantauan digital.

    Peningkatan juga terjadi pada pasien dengan gejala berat. Sebanyak 888 pasien dirawat di rumah sakit, mayoritas tergolong lansia. Seorang pasien dilaporkan meninggal dunia pada periode pelaporan terakhir.

    Gejala serupa flu

    Pakar kesehatan menyebut gejala COVID-19 tahun ini serupa dengan flu. DDC menyarankan warga tidak panik, namun tetap waspada.

    “Penderita non-risiko biasanya bisa sembuh sendiri dengan obat umum seperti penurun demam dan dekongestan,” jelas Dr Taweesin.

    Hingga 27 Mei 2025, total kasus kumulatif Covid-19 tahun ini mencapai 323.301 kasus, dengan 69 kematian.

    Separuh korban jiwa berasal dari wilayah wisata seperti Bangkok (22), Chonburi (8), Chanthaburi (7), dan Chiang Mai (3).

    Pola infeksi musiman kembali terjadi saat sekolah dibuka. DDC mencatat kenaikan infeksi saluran pernapasan atas, khususnya di kalangan siswa.

    Varian XEC

    Dr Suthat Chottanapund, Wakil Direktur Jenderal DDC, menyebut varian yang beredar saat ini ialah XEC. Varian ini lebih mudah menular, tapi tidak menyebabkan gejala parah.

    “Tidak ada alasan menutup sekolah atau tempat kerja. Pasien dengan gejala ringan bisa tetap beraktivitas dengan protokol ketat,” ucap Dr Suthat.

    Tindakan pencegahan masih jadi kunci. DDC menekankan pentingnya vaksin flu tahunan, mencuci tangan, menjaga jarak, dan menggunakan masker selama masa gejala.

    Dr Sakan Bunnag, Wakil Direktur Jenderal Layanan Medis, menegaskan bahwa perbedaan gejala flu, batuk pilek, dan Covid-19 sangat tipis. Penanganan awal pada pasien ringan tetap sama.

    “Segera ke rumah sakit jika demam di atas 38,5 derajat, napas pendek, atau saturasi oksigen di bawah 95 persen,” tutur Dr Sakan.

    Untuk pasien berisiko tinggi, dokter akan menentukan apakah perlu dirawat atau cukup diberi obat antivirus seperti Remdesivir dan Paxlovid.

    Pemerintah memastikan pasokan obat tetap aman. Molnupiravir juga diproduksi lokal oleh BUMN farmasi untuk pasien dengan gejala sedang. (P-Khalied Malvino)

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    - Advertisement -spot_img

    Terkini