29.3 C
Jakarta
Saturday, July 26, 2025

    “Secepat virus”: Alarm dini dari Bintan untuk generasi muda

    Terkait

    PRIORITAS, 24/7/25 (Bintn): Di balik keceriaan tawa anak-anak yang mengikuti lomba Hari Anak Nasional di Kawaland Glamping Resort, Bintan, terselip kegelisahan serius: fenomena paparan konten LGBT yang mulai menyentuh wilayah pedesaan.

    Bukan sebuah angka besar, tapi cukup mengguncang — lima kasus anak yang terindikasi masuk dalam kelompok LGBT tercatat oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3KB) Bintan.

    “LGBT ini seperti virus. Penyebarannya sangat cepat melalui dunia maya dan lingkungan,” ujar Aryati, Kepala DP3KB Bintan, dengan wajah serius usai menghadiri acara peringatan di Bintan, Rabu (23/7/25). Bukan tanpa alasan ia menyebut “virus”, sebab kecepatan akses dan keterbukaan internet saat ini telah menembus sekat-sekat yang dulu dianggap “aman”, termasuk desa.

    Dulu, mungkin banyak yang menyangka isu ini hanya hidup di kota besar. Tapi laporan dari sekolah dan forum anak membuktikan sebaliknya: konten-konten bertema LGBT ternyata sudah menjangkau pelajar-pelajar di desa. Akses digital yang makin tak terbendung membuat batas wilayah menjadi ilusi semata.

    DP3KB pun bergerak cepat. Tak hanya melakukan konseling, mereka juga siap merujuk ke RSJKO jika diperlukan. Namun pendekatan yang diutamakan tetap bersifat persuasif dan edukatif.

    “Kami tidak menghakimi. Anak-anak ini butuh pendampingan dan informasi yang benar,” lanjut Aryati.

    Langkah preventif kini jadi prioritas. DP3KB rutin menyambangi sekolah, forum anak, dan kelompok masyarakat lewat program edukasi berbasis keluarga. Mereka ingin masyarakat bukan hanya jadi penonton, tetapi juga agen edukasi di lingkungan masing-masing.

    Firman, salah satu remaja yang hadir dalam peringatan Hari Anak Nasional, mengaku bersyukur dengan adanya kegiatan edukatif seperti ini. “Anak-anak harus dibekali informasi yang benar supaya tidak terjerumus,” katanya.

    Senada dengan itu, Bupati Bintan, Roby Kurniawan, menegaskan bahwa pendekatan awal adalah kunci. Forum anak dan duta genre diminta turun langsung, membina dengan empati sebelum menyerahkan kasus kepada pihak profesional.

    “Pendekatannya jangan keras dulu. Temui mereka, ajak bicara. Baru kita masuk ke penanganan lebih lanjut,” ujarnya.

    Di era serba digital, membentengi anak bukan berarti menutup akses, tapi membuka ruang dialog dan edukasi yang sehat. Di Bintan, langkah ini sudah mulai. Semoga bukan yang terakhir — dan tentu saja, bukan sekadar seremoni tahunan. (P-Jeff K)

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    Terkini