PRIORITAS, 2/7/25 (Jakarta): Mendaki gunung bukan hanya soal tekad dan semangat. Persiapan fisik dan pola makan yang tepat menjadi kunci keselamatan.
Dokter Spesialis Gizi Klinik Universitas Indonesia, dr. Pande Putu Agus Mahendra, menegaskan pentingnya kesiapan tubuh secara menyeluruh sebelum memulai aktivitas wisata ekstrem seperti pendakian gunung.
“Indikator utama di tingkat kebugaran tubuh, seperti tanda vital di tekanan darah, denyut jantung, dan juga faktor pemulihan tubuh,” kata dr. Pande, Selasa (1/7/25).
Penilaian kebugaran tubuh tidak bisa dilakukan secara kasat mata. Untuk itu, ia merekomendasikan pemeriksaan kesehatan menyeluruh atau medical check-up, terutama bagi pendaki pemula.
Langkah ini bertujuan untuk mengetahui batas aman tubuh dalam menghadapi tekanan udara rendah, kadar oksigen yang turun, hingga suhu ekstrem di ketinggian.
Menurut dia, kondisi tersebut menuntut tubuh beradaptasi secara efisien agar tidak berisiko terhadap kesehatan.
Jalani latihan kardiovaskular
Seperti dikutip Beritaprioritas dari Antara, sebagai bagian dari persiapan fisik, dr. Pande menyarankan agar calon pendaki menjalani latihan sistem kardiovaskular dan latihan beban.
Anggota tim Monev Medis dan Nutrisi Kemenpora itu menyebut bahwa latihan fisik sebaiknya dimulai jauh sebelum pendakian dilakukan.
“Idealnya dimulai tiga bulan sebelum pendakian,” jelas dr. Pande.
Latihan yang dilakukan secara teratur membantu tubuh membentuk ketahanan, terutama pada organ vital seperti jantung dan paru-paru.
Ketahui kondisi jantung dan ginjal
dr. Pande menambahkan, selama tubuh bugar, tidak ada gangguan pada curah jantung maupun fungsi ginjal, serta sudah melalui latihan yang terpantau, maka aktivitas mendaki gunung tetap bisa dilakukan dengan aman.
Selain fisik, pola makan juga perlu mendapat perhatian. Ia menekankan pentingnya mengonsumsi makanan bergizi seimbang sebagai sumber energi utama.
dr. Pande menyarankan asupan serat larut serta karbohidrat kompleks berpati untuk menunjang performa saat mendaki.
Hindari makanan fermentasi
Sementara itu, makanan berfermentasi sebaiknya dihindari karena berisiko menimbulkan gangguan pencernaan selama perjalanan.
“Hidrasi juga merupakan hal penting, di mana penguapan cairan tubuh tetap terjadi meski dalam kondisi dingin,” katanya.
Ia menjelaskan, tubuh tetap kehilangan cairan melalui keringat dan pernapasan, meskipun suhu udara menurun drastis di pegunungan.
Oleh karena itu, menjaga asupan cairan secara teratur menjadi hal krusial agar tubuh tetap terhidrasi dengan baik selama pendakian.
Tak perlu suplemen
Dalam hal penggunaan suplemen, dr. Pande menyebut, suplemen tambahan tidak diperlukan apabila tubuh dalam kondisi fit, memiliki asupan nutrisi cukup, dan terhidrasi dengan baik.
“Kecuali pada kondisi khusus, dan itu akan berbeda pada tiap individu,” kata Internasional Doping Controller Officer tersebut.
Mengacu pada sejumlah laporan medis, 60 persen kasus cedera ringan hingga sedang dalam aktivitas pendakian terjadi karena minimnya persiapan fisik dan ketidakseimbangan nutrisi.
Dengan demikian, mendaki gunung tidak bisa dianggap sepele. Tubuh perlu dilatih dan dijaga dengan disiplin agar tetap prima saat menghadapi tantangan di alam bebas. (P-Khalied Malvino)