PRIORITAS, 19/5/25 (Kyiv): Militer Rusia melancarkan serangan drone atau pesawat nirawak besar-besaran ke Ukraina, Minggu malam. Terdeteksi sebanyak 273 drone pembawa bom menyerang Ukraina, rekor terbesar menjelang panggilan telepon antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
“Rusia melakukan serangan pesawat tak berawak tunggal terbesarnya sejak dimulainya invasi skala penuhnya, meluncurkan 273 pesawat tak berawak pada malam hari tanggal 18 Mei”, lapor juru bicara Angkatan Udara Ukraina, Yuriy Ihnat, seperti dikutip Beritaprioritas.com dari The Kyiv Independent, hari Senin (19/5/25).
Serangan itu terjadi hanya dua hari setelah Ukraina dan Rusia mengadakan perundingan damai langsung pertama sejak 2022 di Istanbul Turki. Juga menjelang panggilan telepon yang direncanakan antara Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Gubernur Oblast Kyiv Mykola Kalashnyk melaporkan, serangan itu menewaskan satu orang dan melukai tiga lainnya. Jumlah korban sebenarnya dari serangan itu masih diklarifikasi, katanya.
Jurnalis Kyiv Independent di ibu kota mendengar beberapa ledakan sepanjang malam saat pertahanan udara Ukraina beraksi di kota itu.
Angkatan Udara Ukraina mengatakan telah mencegat 88 pesawat tanpa awak, sementara 128 lainnya menghilang dari radar.
Pertahanan udara Ukraina melibatkan penggunaan terkoordinasi unit perang elektronik, tim penembak bergerak, dan sistem antipesawat.
Serangan pesawat tak berawak terbesar sebelumnya dari invasi skala penuh terjadi pada 23 Februari 2025 lalu. Saat Rusia menyerang dengan 267 pesawat tak berawak ke Ukraina.
Bicara lewat telepon
Meskipun tekanan internasional semakin meningkat untuk gencatan senjata tanpa syarat, Rusia justru mengintensifkan serangannya. Ini menunjukkan perlawanan berkelanjutan dan penghinaan terhadap upaya diplomatik.
Presiden Trump mengungkapkan dirinya akan bicara dengan Putin pada 19 Mei 2025 sekitar pukul 10 pagi ini, untuk mengakhiri ‘pertumpahan darah’ di Ukraina.
Komentar Trump muncul saat perundingan damai di Istanbul pada 16 Mei 2025 lalu berakhir tanpa terobosan.
“Subjek panggilan tersebut adalah menghentikan ‘pertumpahan darah’ yang menewaskan, rata-rata, lebih dari 5.000 tentara Rusia dan Ukraina seminggu,” tulisnya di Truth Social.
Badan intelijen Ukraina juga mengungkapkan Rusia bermaksud menembakkan rudal balistik antarbenua sebagai upaya untuk mengintimidasi Barat. Tidak ada tanggapan langsung dari Moskow terhadap tuduhan tersebut.
Para pemimpin Inggris, Prancis, Jerman, dan Polandia berencana untuk berbicara dengan Trump, sebelum presiden AS dan Rusia berbicara lewat telepon.
Keempat pemimpin Eropa tersebut bersama-sama mengunjungi Kyiv minggu lalu dan telah menyerukan agar Trump mendukung sanksi baru terhadap Rusia.
Presiden Trump telah menjelaskan dengan sangat jelas jika Presiden Putin tidak bernegosiasi dengan itikad baik, Amerika Serikat bersama dengan mitra-mitra Eropa tidak akan ragu untuk meningkatkan sanksi terhadap Rusia. (P-Jeffry W)