27 C
Jakarta
Friday, July 25, 2025

    Rusia diduga mulai memata-matai warganya lewat aplikasi percakapan

    Terkait

    PRIORITAS, 24/7/25 (Moskow): Presiden Rusia, Vladimir Putin, diduga kuat membangun aplikasi online untuk memata-matai warganya.

    Hanya dalam dua bulan, setiap perangkat digital baru di Rusia akan dilengkapi dengan aplikasi perpesanan baru, bernama Max.

    Di balik logo putih-birunya yang ceria terdapat perangkat lunak yang diyakini para ahli dapat memungkinkan Kremlin untuk secara dramatis memperluas kapasitasnya dalam memata-matai publik Rusia.

    Perusahaan teknologi Rusia VK, telah meluncurkan aplikasi ini pada bulan Maret dan akan dipasang di setiap perangkat baru yang dijual di Rusia mulai September tahun ini.

    Ada kekhawatiran aplikasi ini akan berfungsi sebagai “program mata-mata”, yang memungkinkan dinas keamanan FSB untuk menerapkan program pengawasan ketat terhadap warga Rusia.

    Para analis menilai aplikasi ini tidak hanya akan menyediakan ruang untuk berkirim pesan dan panggilan video, tetapi juga akan menjadi sistem informasi yang lebih luas dengan akses ke layanan pemerintah dan pembayaran seluler.

    Dengan server yang berbasis di Rusia, Max akan tunduk pada hukum Rusia, yang memberikan akses kepada FSB ke materi-materi tertentu.

    Penjara digital

    “WhatsApp, aplikasi perpesanan global yang digunakan lebih dari 70 persen orang Rusia sangat mungkin dilarang,  karena Moskow ingin mendorong orang untuk menggunakan Max”, kata pengamat veteran keamanan dan politik Rusia dan direktur Mayak Intelligence, Mark Galeotti, seperti dikutip Beritaprioritas.com dari The Independent, hari Kamis (24/7/25).

    Jurnalis oposisi Rusia, Andrey Okun, mengatakan Max akan menjadi pusat impian Kremlin untuk membangun “gulag digital” atau penjara digital.

    Gulag dikenal sebagai kamp kerja paksa Uni Soviet tempat tahanan jutaan musuh negara pada jaman Stalin tahun 1930-an.

    Menulis untuk situs web Republic , ia mengatakan dalam komentar yang dilaporkan The Times : “Ini akan menjadi ruang steril di mana pihak berwenang memiliki kendali penuh atas waktu luang, motif, dan pikiran warga negara.”

    Para ahli teknologi dan pengawasan Rusia mengatakan peluncuran aplikasi tersebut, hanyalah langkah terbaru dalam berbagai upaya yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuannya, dalam memantau seluruh dunia maya Rusia.

    “Ini adalah normalisasi pengawasan Rusia terhadap penggunaan internetnya… ini bagian dari proses yang sangat panjang,” ujar penulis buku “Russia’s War on Everybody”, Keir Giles.

    Ancaman yang dirasakan dari teknologi komunikasi Barat bukanlah hal baru. Ini adalah sesuatu yang selalu menjadi fokus dinas keamanan Rusia.

    Frustrasi

    Industri keamanan Moskow selama puluhan tahun frustrasi, karena warga Rusia lebih senang menggunakan perangkat lunak asing seperti Google, Skype, dan Hotmail, sehingga pesan mereka semakin sulit dilacak pihak Rusia.

    Badan keamanan Rusia selalu menganggap teknologi komunikasi Barat sebagai ancaman.

    Setelah bertahun-tahun berusaha menekan layanan seperti WhatsApp, langkah terbaru untuk mendorong orang Rusia menggunakan Max sebenarnya hanya upaya pembersihan.

    Aplikasi populer seperti WhatsApp, aplikasi pengirim pesan yang dimiliki Meta, yang ditetapkan Rusia sebagai organisasi ekstremis,  sekarang menghadapi potensi larangan.

    Giles mengatakan aplikasi perpesanan tersebut telah menjadi “anomali” dalam menghindari tindakan keras Rusia sejauh ini.

    Data menunjukkan aplikasi tersebut digunakan lebih dari 70 persen orang di Rusia.

    “Akan mengganggu dan tidak populer untuk [melarangnya] tanpa adanya pengganti yang tersedia,” tambah Giles.

    WhatsApp terancam

    Menurut Prof. Galeotti, Rusia tampaknya ingin menggunakan hukuman, dengan melarang atau membatasi WhatsApp dan mungkin juga [layanan pesan] Telegram di masa mendatang.

    “Entah itu pelarangan total atau hanya sekadar pelambatan dan pembatasan, saya rasa WhatsApp akan menghadapi tekanan nyata di Rusia”, ujarnya.

    Mendorong pengguna ke Max tidak mungkin berdampak signifikan pada oposisi dan aktivisme Rusia terhadap pemerintah.

    Oposisi cenderung menghindari WhatsApp dan lebih memilih aplikasi yang “lebih aman” seperti Proton Mail dan Signal.

    Rusia sebelumnya pernah berupaya memblokir aplikasi perpesanan Telegram pada tahun 2018. Namun, upaya tersebut gagal dan tidak memengaruhi ketersediaan Telegram di Rusia, sehingga pemblokirannya resmi dibuka dua tahun kemudian.

    Namun kepala Masyarakat Perlindungan Internet Rusia, Mikhail Klimarev, memperkirakan Moskow akan memperbarui upaya untuk melarangnya pada akhir tahun ini.(P-Jeffry W)

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    - Advertisement -spot_img

    Terkini