34.3 C
Jakarta
Saturday, July 26, 2025

    Rupiah tertahan Rp16.310, BI isyaratkan bunga turun lagi

    Terkait

    PRIORITAS, 25/7/25 (Jakarta): Tiga pekan berturut-turut, rupiah belum juga lepas dari tekanan. Pada Jumat (25/7/25), mata uang rupiah kembali melemah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

    Penutupan hari ini menunjukkan posisi rupiah di angka Rp16.310 per dolar AS, turun 0,18% dibandingkan hari sebelumnya. Jika dirunut sejak awal pekan, depresiasi ini telah mencapai 0,15%.

    Di balik pelemahan itu, indeks dolar AS justru terus menunjukkan kekuatannya. Hingga pukul 15.00 WIB, DXY tercatat naik 0,17% ke level 97,53.

    Penguatan ini menjadi sentimen dominan di pasar global, sekaligus menekan hampir seluruh mata uang negara berkembang, termasuk Indonesia.

    Seperti dikutip Beritaprioritas dari CNBCIndonesia.com, pelemahan dolar pada hari ini tidak sebesar sebelumnya. Pelaku pasar mulai ragu ke mana arah kebijakan The Fed dalam jangka pendek.

    Drama internal pemerintahn AS

    Kekhawatiran mereka dipicu drama internal pemerintahan AS. Presiden Donald Trump kembali berseteru dengan Ketua The Fed Jerome Powell, kali ini soal renovasi gedung utama bank sentral.

    Isu ini memunculkan ketegangan baru seputar independensi bank sentral, dan membuat pasar menanti apakah suku bunga acuan AS benar-benar akan dipangkas pada FOMC akhir Juli 2025.

    Dari dalam negeri, Bank Indonesia (BI) menyatakan masih ada ruang pelonggaran suku bunga, terutama jika inflasi terus menunjukkan tren landai.

    BI siap longgarkan bunga

    Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi Moneter BI, Firman Mochtar menegaskan, inflasi nasional diperkirakan turun ke bawah target 2,5% dan membuka peluang untuk penurunan lanjutan suku bunga acuan.

    Kini, BI Rate telah berada di level 5,25%, setelah dipangkas sebanyak tiga kali sepanjang tahun ini masing-masing sebesar 25 basis poin pada Januari, Mei, dan Juli 2025.

    Meski rupiah melemah, BI menilai volatilitas tetap terkendali dan dalam batas wajar. Penurunan suku bunga dinilai tidak akan menimbulkan gejolak besar di pasar keuangan domestik.

    Pasar kini mengarahkan perhatian pada keputusan FOMC yang dijadwalkan 29-30 Juli 2025. Apakah The Fed akan menuruti tekanan dari Gedung Putih, atau tetap menjaga netralitas kebijakannya? Rupiah, dan pasar finansial Indonesia, akan bergantung pada jawabannya. (P-Khalied Malvino)

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    - Advertisement -spot_img

    Terkini