29.5 C
Jakarta
Saturday, June 21, 2025

    RSF: Tekanan ekonomi mengancam kebebasan pers global, Amerika dan Indonesia turun peringkat

    Terkait

    PRIORITAS, 3/5/25 (Jakarta): Reporters Without Borders (RSF) merilis Indeks Kebebasan Pers Dunia 2025 pada Jumat (3/5/25), dan menyatakan, selain masih menghadapi kekerasan, media di seluruh dunia juga tengah berada di bawah tekanan ekonomi.

    Organisasi non-pemerintah yang bermarkas di Paris dan berdiri sejak 1985 itu melaporkan, kebebasan pers global kini berada dalam kondisi kritis dan mencapai titik terendah, seiring terus berlanjutnya penurunan sepanjang tahun ini.

    Melalui pernyataan di situs resminya, RSF menampilkan di tengah merosotnya kebebasan pers di berbagai negara, tekanan ekonomi menjadi salah satu faktor utama yang secara signifikan melemahkan sektor media.

    Menurut pernyataan tersebut, indikator ekonomi dalam pemeringkatan indeks secara tegas memperlihatkan media kini dihadapkan pada dilema besar: menjaga independensi jurnalistik sambil tetap berjuang untuk bertahan secara finansial.

    “Ketika media berita terkendala secara finansial, mereka akan terjerumus dalam persaingan untuk menarik khalayak dengan mengorbankan pemberitaan yang berkualitas,” kata Anne Bocande, Direktur Editorial RSF, dalam pernyataan itu.

    Ia menegaskan, kemandirian finansial media merupakan prasyarat penting guna menjamin tersedianya informasi yang bebas dan dapat dipercaya demi kepentingan masyarakat luas.

    Ada 160 negara hadapi tekanan finansial

    Berdasarkan data dihimpun RSF dalam Indeks Kebebasan Pers Dunia 2025, media di 160 dari 180 negara yang dievaluasi menghadapi tekanan finansial, bahkan sebagian di antaranya tidak memiliki anggaran operasional sama sekali.

    Di sepertiga dari 180 negara tersebut, berbagai media terpaksa menghentikan operasionalnya akibat tekanan ekonomi, termasuk di negara-negara seperti Amerika Serikat, Tunisia, dan Argentina.

    Sementara itu, kondisi di Palestina jauh lebih parah. Di Jalur Gaza, serangan dari Israel telah meratakan kantor-kantor media dan menyebabkan hampir 200 jurnalis kehilangan nyawa.

    RSF tuding Google, Apple, Meta

    RSF menyalahkan perusahaan teknologi besar seperti Google, Apple, dan Meta (Facebook) atas pengambilalihan pendapatan iklan yang sebelumnya menjadi sumber utama bagi kelangsungan hidup media.

    Pengeluaran iklan di media sosial diperkirakan mencapai 247,3 miliar dolar AS (sekitar Rp407 triliun) pada 2024, naik 14 persen dibandingkan tahun lalu.

    RSF juga mengungkapkan, platform digital telah membatasi ruang informasi dengan turut menyebarkan konten yang salah, justru memperburuk disinformasi.

    Menurut organisasi tersebut, konsentrasi kepemilikan media oleh elit politik juga mengancam keberagaman media di beberapa negara. RSF juga menyatakan, di India, Indonesia, dan Malaysia, konglomerat dengan hubungan politik dianggap menguasai sebagian besar kelompok media.

    Indeks Kebebasan Pers 2025 yang dirilis RSF menunjukkan Indonesia berada di posisi 127, turun 16 peringkat dibandingkan tahun sebelumnya. Norwegia tetap menduduki peringkat pertama, sementara Eritrea tetap berada di posisi terbawah.

    Peringkat AS juga turun

    Peringkat Amerika Serikat juga turun dua posisi ke angka 57, Tunisia merosot 11 peringkat ke posisi 129, dan Argentina jatuh 21 peringkat ke posisi 87.

    India (151) dan Malaysia (88) merupakan negara-negara yang mencatatkan peningkatan dalam indeks kebebasan pers. (P-*r/Zamir A)

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    Terkini