Bernadus Wilson Lumi*
PROSES Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) di Sulawei Utara 2024 adalah sarana konvensional dalam merotasi pergantian kekuasaan. Guna mewujudkan Pilkada yang berkualitas, pemerintah perlu menjamin adanya standar keberlangsungan proses pemilihan secara bebas, rahasia, jujur dan adil didukung dengan ketersediaan perangkat atau lembaga penyelenggara yang imparsial, profesional dan dapat dipertanggungjawabkan.
Di sisi lain, Partai Politik sebagai laboratorium calon-calon pemimpin diharapkan dapat menyiapkan kadernya dengan baik, (tentu) yang benar-benar sudah melalui proses kaderisasi, sehingga tidak sekedar melihat aspek popularitas dan elektabilitas seorang calon.
Tapi lebih dari itu, perlu diperimbangkan menyangkut aspek karakter seorang pemimpin yang harus bertanggung jawab, bisa berpikir tenang, sabar dan inovatif. Selain itu, sang kandidat juga harus kreatif dan penuh dengan energi positif. Ditambah dengan kejujuran, kemampuan komunikasi dan pengambilan keputusan yang baik dan bisa menjadi teladan.
Per Juni 2024 ini, tiga partai/gabungan partai disebut-sebut telah mengeluarkan rekomendasi bagi calonnya (jika tiak berubah) dapat maju di Pilkada Serentak 2024 di Sulut. Mereka masing-masing, PDIP mengusung Stevanus Oktafianus Kandouw (sedang menjabat Wakil Gubernur Sulut). Kemudian Koalisi Solidaritas Sulut Maju (KSSM) yang dimotori Partai Gerindra menyodorkan Yulius Selvanus Lumbaa (kini Kepala Badan Instalasi Strategis Pertahanan Kemhan. Dan, Partai Demokrat (plus) menjagokan Elly Englbert Lasut (Ketua Partai Demokrat Sulawesi Utara/Bupati Kepulauan Talaud 2020-2025)
Dari ketiga kandidat ini, baik segi elektabilitas atau tingkat keterpilihan juga popularitas (tingkat keterkenalan) seorang calon, sudah tidak diragukan.
Terkini, Lembaga survei Warna Research Center (WRC) Jumat (5/7/24) merilisi hasil survei ter-up date jelang Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada 2024. Survei WRC terkait Pilkada Sulawesi Utara 2024 meski mengunggulkan Bupati Kepulauan Talaud Dr dr Elly Engelbert Lasut di angka 25,8 %, namun dengan dua kandidat lainnya angkanya tidak terpaut jauh.
Direktur Eksekutive WRC Hilman Firmansyah mengatakan, Steven Kandouw menyusul dengan 15,8% dan Yulius Komaling 5,1%. Dari sisi tingkat kesukaan dan ketertarikan masyarakat Sulawesi Utara terhadap Elly Lasut mencapai 63,3%, Steven Kandow 62,7%, dan Yulius Komaling di angka 47,8%.
Menjadi pertanyaan, siapa kandidat potensial pengganti Olly Dondokambey di Pilkada Gubernur Sulawesi Utara. Berkaca dari perolehan suara Pemilihan Gubernur Sulawesi Utara 2020, PDIP di atas angin. Catatan, Olly Dondokambey tidak kendor semangatnya dengan tetap mengawal jagoan PDIP, Steven Kandouw hingga (minimal) 27 November 2024 saat pemungutan suara berlangsung.
Diketahui, Olly Dondokambey terpilih kembali menjadi gubernur Sulut pada Pilkada 2020 dengan pasangannya Steven O.E. Kandouw dengan dukungan suara yang luar biasa. ODSK –singkatan sebutan populer kandidat dari PDIP ini– mendapatkan 821.503 suara (57,1 persen). Pasangan ini disebut unggul pada 12 wilayah kabupaten/kota dari 15 kab/kot di Sulut.
ODSK menang telak di Nusata Utara, yakni Kabupaten Sangihe dengan capaian 39.883 suara (54.42%), Kabupaten Sitaro sebanyak 25.160 (64.37%) dan Talaud dengan perolehan 27.081 suara (57.59%). Christiany Eugenia Paruntu dan Sehan Salim Landjar di tempat kedua memperoleh 491.457 suara (34,2 persen). Vonnie Anneke Panambunan dan Hendry Corneles Mamengko Runtuwene di urutan terakhir dengan 125.627 suara (8,7 persen).
Sebelumnya, di Pilkada 2015, saat pertama kalinya keikutsertaan pasangan Olly Dondokambey dan Steven O.E Kandouw (PDI-P), mereka memenangi 647.252 suara (51,41 persen). Di tempat kedua, Benny Jozua Mamoto dan David Bobihoe Akib (Golkar, PKS, & PKPI) dengan perolehan 389.463 suara (30,94 persen). Posisi terakhir pasangan Maya Rumantir dan Glenny Kairupan (Gerindra & Demokrat) dengan perolehan 222.233 suara (17,65 persen). Total jumlah pemilih yang menggunakan hak pilihnya di Sulut saat itu sebanyak 1.276.622 orang.
Nah, pada Pilkada 2024 yang akan berlangsung 27 November, bakal menjadi momen penting bagi masyarakat Sulut untuk memilih pemimpin yang dapat membawa perubahan positif. Pemimpin yang terpilih harus memiliki visi yang jelas dan komitmen yang kuat untuk memajukan Sulut ke arah yang lebih baik.
Saat ini, telah muncul sederet ‘petarung’ yang diusung partai politik. Jika jadi ditetapkan partai pengsung seperti format yang ada sekarang (PDIP, KSSM, dan Partai Demokrat plus) semua mengklaim dalam perhitungan kemenangan. Prediksi tiga poros di pesta demokrasi bumi Nyiur Melambai ini memang menguat.
Perkiraan itu dinilai beralasan. Melongok perolehan kursi di DPRD Sulut, seluruh partai besar telah memastikan keikutsertaan kader mereka untuk berlaga. Berawal dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) yang jauh-jauh hari sudah tancap gas mengusung Steven Kandouw. Sebagai pemilik 19 kursi di Gedung Cengkih (18/2019), PDIP tidak mengalami kesulitan mengusung bakal calon gubernur (cagub) pun bakal calon wakil gubernur (cawagub).
Langkah Banteng Moncong Putih itu diikuti Partai Gerindra. Meski hanya mengantongi 4 kursi (2/209), namun dengan direkomendasinya Tatang Baro dari partai dengan platform Restorasi yang mengoleksi 6 kursi ini (9/2019), sudah cukup bagi Yulius Selvanus Lumbaa untuk memastikan diri dapat berlaga di Pilkada tahun ini.
Tidak ketinggalan, Partai Demokrat (jika tak ada halang-rintang) dapat memastikan Bupati Kabupaten Kepulauan Talaud, Elly Engelbert Lasut untuk ikut tahapan ’mencari’ pemilik kursi No. 1 Sulut yang sekarang masih dikuasai Olly Dondokambey. Pasalnya, dengan modal 6 kursi (4/2019) plus Perindo, PKS, PSI dan PKB (masing-masing 1 kursi) syarat sebagaimana yang diatur dalam peraturan perundang-undangan sudah terpenuhi.
Kekuatan Figur Partai
Pemilihan gubernur dan wakil gubernur Provinsi Sulawesi Utara secara langsung oleh rakyat dilakukan pertama kali di tahun 2005. Sebelumnya pemilihan gubernur dan wakil gubernur dilakukan oleh DPRD. Saat itu, terdapat 1.522.857 pemilih di sembilan kabupaten dan kota di Sulut dengan 3.570 tempat pemungutan suara (TPS).
Para pasangan calon Gubernur dan Wakil Gubernur tahun 2005 itu sesuai nomor urut adalah Hengky Baramuli-DP Togas (Partai Demokrat, PKS & PKPI), AJ Sondakh-Aryanti Baramuli (Partai Golkar), Ferry Tinggogoy-Hamdi Paputungan (PKB dan gabungan partai), Sinyo Harry Sarundayang-Freddy Sualang (PDI-P), dan Wenny Warouw-Marhany Pua (Partai Damai Sejahtera/PDS).
Pasangan Sinyo Harry Sarundayang dan Freddy Harry Sualang yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) ditetapkan sebagai gubernur/wakil gubernur terpilih oleh Komisi Pemilihan Umum Sulawesi Utara. Hasil rekapitulasi dari sembilan kabupaten dan kota, Sarundayang dan Sualang meraih suara 448.325 suara (38,88 persen), diikuti pasangan Mayjen (Purn) Ferry Tinggogoy-Hamdi Paputungan dengan 240.919 suara (20,89 persen).
Di Pilkada 2010, SH Sarundajang kembali memenangkan pesta demokrasi 5 tahunan itu. Bersama pasangannya Djouhari Kansil, Sarundajang meraih 396.096 suara (32,02 persen). Pasangan nomor 4 ini diusung oleh Partai Demokrat, PPP, PAN, Barisan Nasional, dan PKPI.
Posisi kedua pasangan nomor 2, Stefanus Vreeke Runtu-Marlina Moha Siahaan (Partai Golkar) meraih 310.538 suara (25,17 persen). Urutan ketiga ditempati pasangan nomor 3, Elly Engelbert Lasut-Henny Wullur (PDS) dengan 273.198 suara (22,14 persen). Juru kunci pasangan nomor 1, Ramoy Markus Luntungan-Hamdi Paputungan (PDI-P) dengan 255.149 suara (20,68 persen). Total warga Sulut yang memberikan hak pilihnya sebanyak 1.268.197 orang.
Kemudian, Pilkada 2015 yang dilaksanakan pada 9 Desember 2015. Pemilihan Gubernur Sulawesi Utara untuk periode 2016-2021 ini, diikuti tiga pasangan masing-masing Olly Dondokambey – Steven Kandouw yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP); Maya Rumantir – Glenny Kairupan yang diusung Partai Gerindra dan Partai Demokrat; serta Benny Mamonto – David Bobihoe Akib yang diusung Partai Golkar, Partai Hanura, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia (PKPI). Hasil akhir menyatakan, Pasangan OD-SK mendapat suara rakyat sebanyak 647.252 (51,41%), MR-GK sebanyak 389.463 suara (30,94%), dan BM-DBA sebanyak 222.233 suara (17,65%).
Selanjutnya pada Pilkada 2020. Pilkada Sulut yang akan memilih pemimpin tanah toar lumi mu’ut hingga 2025 ini diikuti tiga pasangan calon, masing-masing Christiany Eugenia Paruntu – Sehan Salim Landjar (Golkar, PAN, Demokrat, PBB, Berkarya dan partai Garuda) yang merih 491.457 suara (34.16%), Vonnie Anneke Panambunan – Hendry Corneles Mamengko Runtuwene (NasDem dan PKS) mendapatkan sebanyk 125.627 suara (8.73%), dan pasangan calon Olly Dondokambey – Steven Kandouw (PDI-P, Gerindra, PKB, PSI, PPP, Perindo, dan PKPI) dengan total perolehan sebanyak 821.503 suara (57.1%).
Suara Penentu Kemenangan
Pilkada 2024, Komisi Pemilihan Umum (KPU) Provinsi Sulawesi Utara menetapkan jumlah daftar pemilih tetap sebanyak 1.969.603 orang (DPT dalam Pemilu tahun 2024). Rinciannya adalah 993.863 pemilih laki-laki dan 975.740 perempuan. Jumlah DPT ini ditetapkan lewat rapat pleno terbuka yang digelar di Novotel Manado, 27-28 Juni 2023.
Detail pemilih di kabupaten kota, Minahasa Induk sebanyak 265.000 pemilih, Minahasa Utara dengan totalnya 164.639 pemilih, Minahasa Selatan menetapkan sebanyak 168.970 pemilih, dan Minahasa Tenggara sebanyak 89.286 suara. Selanjutnya, Kepualauan Sitaro sebanyak 55.149 pemilih, Kepulauan Sangihe sebanyak 105.803 pemilih, dan DPT di Kepualaun Talaud sebanyak 73.390 pemilih.
Wilayah Bolmong raya, masing-masing Kota Kotamobagu sebanyak 90.658 pemilih, Bolong Selatan sebanyak 53.023 pemilih, Bolmong Utara terdaftar sesuai DPT berjumlah 63.161 pemilih, Bolmong Timur ditetapkan sebanyak 60.994 pemilih, dan Bolmong Induk terdaftar sebanyak 202.781 pemilih.
Kemudian jumlah pemilih di Kota Manado, sesuai DPT di Pemilu 2024, berjumlah 353.325 pemilih, Kota Tomohon sebanyak 78.022 pemilih, dan Kota Bitung ditetapkan sesuai DPT sebanyak 145.402 pemilih.
Melihat kondisi ini, Bolmong Raya dengan total pemilih mencapai 470.617 suara menjadi incaran sejumlah partai peserta Pilkada Serentak 2024 untuk dipasangkan dengan kadidat unggulannya; entah sebagai orang nomor satu ataupun sebagai wakilnya.
Hal ini pun telah dilakukan partai peserta Pilkada Sulut sebelumnya (sejak Pilkada langsung tahun 2005). Figur-figur populis dari tanah Totabuan menjadi incaran sejumlah Parpol. Sebut saja Hamdi Paputungan (Wagub 2005), Marlina Moha Siahaan (Wagub 2010), Hamdi Paputungan (Wagub 2010). Selanjutnya, Pilkada 2015 yang dilaksanakan pada 9 Desember 2015, ada David Bobihoe Akib yang merupakan representasi muslim. Yang terakhir pada Pilkada 2020, di mana Totabuan mendukung penuh Sehan Salim Landjar sebagai wakilnya Christiany Eugenia Paruntu.
Sisi lain, daerah Kepulauan Nusa Utara (Sitaro, Sagihe, dan Talaud) dalam sejarah Pilkada di Sulawesi Utara, membuktikan wilayah paling Utara Indonesia telah menjadi penentu kemenangan pasangan calon yang berlaga. Meski dengan DPT yang hanya separuh dari pemilih Bolmong Raya, yakni 234.342 pemilih (DPT Pemilu 2024), tapi figure-figur Nusa Utara telah memberi warna sebagai penentu kemenangan.
Sebut saja pada Pilkada 2010. Di tengah dominasi kekuatan Partai Golkar dan tekanan PDIP sebagai partai penguasa ketika itu (2005-2010 pemenang Pilkada), SH Sarundajang bersama pasangannya Djouhari Kansil (Parti Demokrat) berhasil meraih kepercayaan publik dengan total suara sebanyak 396.096 atau 32,02 persen.
Di Pilkada 2015, Olly Dondokambey yang direpresentasikan sebagai tokoh masyarakat Nusa Utara tanpa kesulitan berarti menumbangkan partai penguasa di Sulut, Partai Demokrat yang mengusung pasangan Maya Rumantir – Glenny Kairupan. Pasangan OD-SK mendapat suara rakyat sebanyak 647.252 atau 51,41% suara.
Selanjutnya pada Pilkada 2020, prestasi di 2015 belum tergoyahkan. Pasangan calon Olly Dondokambey – Steven Kandouw (PDI-P) dinyatakan menang dengan total perolehan sebanyak 821.503 kepercayaan warga atau 57.1% suara.
Tampaknya catatan pemetaan ini selaras dengan peta kekuatan ”vox populi vox dei” (suara rakyat suara Tuhan) yang memiliki basis dan loyalis di tiap kabupaten kota yang ada provinsi Sulawesi Utara. Memang perlu diingat, kuatnya warga Nusa Utara berdiaspora ke hampir seluruh wilayah di Sulut, mereka masih dalam satu bingkai, Satu Nusa (Utara), Satu Bangsa (Bumi Porodisa), Satu Bahasa (Sangihe). *Penulis, Ketua Forum Wartawan Senior Sulawesi Utara