28.3 C
Jakarta
Saturday, July 12, 2025

    Pertama kali mantan teroris al-Qaeda bertemu langsung Presiden AS

    Terkait

    PRIORITAS, 14/5/25 (Riyadh): Mantan teroris al-Qaeda yang pernah menyerang pasukan Amerika Serikat (AS) di Irak, justru untuk pertama kalinya bertemu langsung dengan Presiden AS Donald Trump di Riyadh, Arab Saudi, hari Rabu (14/5/25).

    Dia adalah Ahmad al-Sharaa, yang kini menjadi presiden sementara Suriah. Sharaa diangkat menjadi presiden Suriah pada bulan Januari 2025 lalu.

    Jabat tangan Presiden Trump dan al-Sharaa disaksikan langsung Putra Mahkota Saudi, Mohammed bin Salman dan Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan melalui zoom, seperti dikutip Beritaprioritas.com dari media Saudi, Asharq Al-Awsat, hari Rabu (14/5/25).

    Saat menjadi teroris al-Qaeda, Sharaa memakai nama samaran Abu Mohammed al-Golani.

    Ia dikenal sangat tegas dan garang, sehingga bisa bergabung dengan barisan teroris al-Qaeda, yang memerangi pasukan Amerika Serikat di Irak pada tahun 2003.

    Sampai kini ia masih menghadapi surat perintah penangkapan atas tuduhan terorisme di Irak.

    Kelompok teroris al-Qaeda dikenal sangat ekstrem. Dunia pun masih ingat serangan al-Qaeda ke menara World Trade Center (WTC) 11 September tahun 2001 lalu, Ā yang dikenal dengan serangan 9/11.

    Serangkaian empat serangan bunuh diri yang didalangi pimpinan al-Qaeda Osama bin Laden itu, menargetkan sejumlah tempat penting di New York dan Washington, Amerika Serikat.

    Sekitar 3.000 orang tewas dalam serangan itu dan menjadikannya sebagai serangan teroris terbanyak sepanjang sejarah.

    Karena itu, pertemuan tersebut menandai perubahan yang mencolok dari Presiden AS Donald Trump, yang sebenarnya masih sangat skeptis terhadap Sharaa.

    Tetapi Trump sudah berjanji untuk memberi kesempatan kepada Sharaa dengan pemerintahan Suriah yang dipimpinnya untuk berubah.

    Hadiah 10 juta dolar

    Pemerintah Amerika Serikat pada waktu itu, bahkan pernah menawarkan hadiah $10 juta untuk informasi tentang keberadaan al-Golani (al-Sharaa), karena hubungannya dengan al-Qaeda.

    Pada tahun 2011, al-Sharaa kembali ke negara asalnya Suriah setelah pecah konflik, di mana ia memimpin cabang al-Qaeda yang dulu dikenal sebagai Front Nusra.

    Beberapa tahun kemudian al-Sharaa mengubah nama kelompoknya menjadi Hayat Tahrir al-Sham (HTS) dan memutuskan hubungan dengan al-Qaeda.

    Pada akhir tahun 2024, kelompoknya menyerbu ibukota Suriah, Damaskus dan mengakhiri kekuasaan Presiden Bashar Assad selama 54 tahun. Al-Sharaa akhirnya diangkat menjadi presiden sementara Suriah.

    AS telah mempertimbangkan cara menangani Sharaa sejak ia berkuasa pada bulan Desember 2024.

    Presiden AS, Joe Biden, saat itu menyerahkan keputusan kepada Donald Trump, yang pemerintahannya belum secara resmi mengakui pemerintahan baru Suriah.

    Hingga kini, sanksi yang dijatuhkan pada Suriah di bawah pemerintah Assad juga masih berlaku.

    Sharaa kini menjadi mantan anggota kelompok teroris yang pernah memerangi AS dan kini bertemu langsung dengan Presiden AS.

    Ia jugaĀ  menjadi pemimpin Suriah pertama yang bertemu dengan presiden Amerika sejak mendiang Hafez al-Assad bertemu Bill Clinton di Jenewa pada tahun 2000.

    Berdamai dengan Israel

    Dalam pertemuan yang digelar secara tertutup dengan partisipasi Putra Mahkota Saudi Mohammed Bin Salman dan Presiden Turki Erdoğan melalui Zoom, Trump meminta al-Sharaa untuk membantu mencegah kebangkitan teroris ISIS, dan mengusir kelompok teror Palestina.

    Trump juga mendesak presiden al-Sharaa untuk menandatangani perjanjian Abraham untuk berdamai dengan Israel.

    Presiden Trump memberi penjelasan kepada wartawan setelah pertemuan tersebut dan mengatakan Washington sedang mempertimbangkan untuk menormalisasi hubungan dengan Suriah.

    Ia menegaskan kembali pernyataannya tentang pencabutan sanksi, akan memberi rezim Suriah awal yang baru.

    Dalam pidatonya, Trump mengatakan mereka yang menekannya untuk mengambil keputusan ini, adalah Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan dan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman.

    “Oh, apa yang tidak akan saya lakukan untuk Putra Mahkota,” kata Trump dalam pidatonya.

    Hal ini mendorong bin Salman untuk meletakkan tangannya di dadanya, berdiri, dan bertepuk tangan.

    Melemahkan poros Iran

    Pejabat Israel menekankan mereka tidak “dengan tegas” menentang langkah tersebut, tetapi justru bersikap hati-hati pada periode setelah jatuhnya Assad.

    AS menghabiskan waktu sekitar enam bulan untuk menjajaki pilihan-pilihannya dan membuat keputusan yang masuk akal serta tidak ditentang Israel.

    Keputusan ini meningkatkan kemungkinan Suriah bergabung dengan blok Barat, sehingga melemahkan kemampuan poros Iran untuk mendapatkan kembali pijakannya.

    Selain itu, keberpihakan Arab Saudi dengan Suriah berfungsi sebagai penyeimbang pengaruh Turki, mengingat kekuatan finansial Arab Saudi.

    Sanksi Amerika yang dijatuhkan pada Suriah selama pemerintahan diktator Bashar al-Assad, telah memutus hubungan dengan sistem ekonomi global, merusak perdagangan dan investasi asing, serta menghambat upaya untuk membangun kembali negara yang hancur itu.

    Ahmad al-Sharaa telah menuntut pencabutan sanksi itu selama berbulan-bulan, dengan alasan hal tersebut dimaksudkan untuk menghukum rezim sebelumnya, tetapi sekarang menjadi beban berat bagi warga negara yang tidak bersalah.

    Al-Sharaa dilaporkan mengatakan dia dan Trump memiliki nasib yang sama, karena keduanya selamat dari upaya pembunuhan. (P-Jeffry W)

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    Terkini