PRIORITAS, 24/7/25 (Bangkok): Perang dua negara ASEAN yang bertetangga, Thailand dan Kamboja, akhirnya pecah di perbatasan, hari Kamis 24 Juli 2025. Sebanyak empat orang warga dinyatakan tewas dan puluhan lainnya mengalami luka-luka akibat serangan artileri dan tembakan berbagai senjata.
Kedua negara memang sudah lama berseteru dalam memperebutkan tanah di wilayah perbatasan.
Selama ini insiden yang terjadi hanya ancam-mengancam dan pertikaian kecil, tetapi kali ini tensi di perbatasan menjadi tinggi setelah kedua tentara saling tembak dengan senjata berat.
Menurut laporan media setempat, dua warga sipil Thailand tewas lagi setelah peluru artileri Kamboja mendarat di sebuah stasiun pengisian bahan bakar di Si Sa Ket, hari Kamis siang.
Angka ini menambah jumlah korban tewas di pihak Thailand menjadi empat orang.
“Sebuah peluru mendarat di sebuah pompa bensin di distrik Kanthalak, Si Sa Ket, menyebabkan ledakan dan kebakaran yang menewaskan dua warga sipil”, kata pihak militer Thailand, seperti dikutip Beritaprioritas.com dari The Nation, hari Kamis sore (24/7/25).
Sebelumnya, Bupati Karb Choeng, di Surin, Sutthiroj Charoenthanasak, mengatakan kepada ThaiPBS, dua roket BM-21 jatuh di Desa Ban Jorok di Tambon Dan, mengakibatkan empat orang terluka parah.
Dua korban luka kemudian meninggal dunia dalam perjalanan ke rumah sakit. Dua korban luka lainnya adalah seorang dewasa dan seorang anak laki-laki berusia 12 tahun.
Dilaporkan juga sebuah peluru jatuh di luar pagar rumah sakit Phanom Dong Rak di Surin, tetapi rumah sakit tersebut telah mengevakuasi semua personel dan pasien, sehingga tidak ada korban.
Kerahkan jet tempur
Media The Independent menyebutkan kemungkinan perang akan menjadi lebih besar, karena militer Thailand sudah mulai mengerahkan jet tempur F-16 untuk menghadapi pasukan Kamboja.
Bentrokan itu terjadi hanya sehari setelah ledakan ranjau darat melukai lima tentara Thailand.
Pemerintah Thailand menyalahkan Kamboja karena memasang bahan peledak baru buatan Rusia, yang melanggar perjanjian internasional utama.
Baku tembak pecah sekitar pukul 8.20 pagi waktu setempat di dekat Prasat Ta Muen Thom, kuil kuno Khmer-Hindu dekat dengan perbatasan yang dijaga ketat.
Thailand, menuduh militer musuh Kamboja menggunakan peluncur roket dan beberapa sistem persenjataan lainnya.
Penembakan itu pagi itu dilaporkan menyebabkan dua warga sipil Thailand tewas dan dua tentara terluka.
Beberapa saat sebelum penembakan dimulai, sebuah pesawat tak berawak Kamboja terlihat terbang di daerah tersebut dan enam tentara bersenjata lengkap mendekati pangkalan militer Thailand.
Setelah pecah bentrokan yang menewaskan warga sipil tersebut, Thailand langsung mengerahkan jet tempur F-16 melawan pasukan Kamboja.
Saling tuduh
Tentara Thailand menyebutkan militer Kamboja melakukan provokasi tembakan yang menewaskan warga sipil Thailand.
Kementerian pertahan Kamboja balas menuduh tentara Thailand menembak terlebih dahulu.
Mereka mengklaim tentaranya hanya merespons serangan tak beralasan pasukan Thailand, yang melanggar integritas teritorialnya.
Bentrokan itu terjadi setelah Thailand mengusir utusan Kamboja di Bangkok dan menarik duta besarnya sendiri pada Rabu malam.
Kamboja membalas dengan mengurangi hubungan diplomatik ke tingkat terendah, menarik semua staf dari kedutaan besarnya di Bangkok dan memerintahkan diplomat Thailand keluar dari negara tersebut.
Tindakan kedua negara itu, meningkatkan kebuntuan yang sudah dipicu kemarahan nasionalis, boikot perdagangan dan klaim atas ledakan mematikan di zona perbatasan yang diperebutkan.
Penjabat Perdana Menteri Thailand, Phumtham Wechayachai, mengatakan situasi di sepanjang perbatasan sedang rapuh. “Kita harus berhati-hati.Kita akan mematuhi hukum internasional”, ujarnya kepada para wartawan.
Sama-sama anggota ASEAN
Baik Thailand dan Kamboja sama-sama adalah anggota Association of South East Asian Nations (ASEAN) atau perhimpunan bangsa-bangsa Asia Tenggara, yang beranggotakan 11 negara dan 1 pengamat.
Salahsatu tujuan didirikan ASEAN adalah memajukan perdamaian dan kestabilan di tingkat regional, dan membahas perbedaan di antara negara anggota dengan cara damai.
Mantan perdana menteri Kamboja yang berpengaruh, Hun Sen, ayah dari perdana menteri petahana saat ini, Hun Manet, mengklaim dua provinsi telah diserang militer Thailand.
Ia menyerukan agar tetap tenang dan mendesak warga Kamboja untuk memercayai pemerintah serta angkatan bersenjata di masa-masa yang menegangkan ini.
Perdana Menteri Kamboja mengatakan negaranya selalu mempertahankan posisi penyelesaian masalah secara damai.
“Tetapi dalam kasus ini, kami tidak punya pilihan selain menanggapi dengan kekuatan bersenjata terhadap agresi bersenjata”, ujarnya memberi alasan.
Perebutkan sejumlah tanah
Kedua negara ini telah memperebutkan kedaulatan atas beberapa wilayah tanah di sepanjang perbatasan darat sepanjang 817 km selama lebih dari satu abad.
Perbatasan tersebut awalnya dipetakan Perancis pada tahun 1907, ketika Kamboja berada di bawah kekuasaan kolonial egara tersebut.
Thailand kemudian mempermasalahkan peta tersebut, karena berdasarkan kesepakatan menyebutkan perbatasan akan ditentukan sepanjang garis daerah aliran sungai alami antara kedua negara.
Penyebab langsung permusuhan kembali terjadi adalah baku tembak di zona perbatasan pada 28 Mei yang mengakibatkan tewasnya seorang tentara Kamboja.
Kedua negara mengklaim bertindak untuk membela diri, tetapi ketegangan semakin meningkat, hingga pecah perang di perbatasan.
Setelah kejadian tersebut, Kamboja melarang film dan acara televisi Thailand, menghentikan impor buah-buahan, sayur-sayuran, dan bahan bakar dari negara tetangganya itu.
Kamboja juga memutus akses ke beberapa jaringan internet internasional dan pasokan listrik dari Thailand.(P-Jeffry W)