Tonton Youtube BP

Perampokan di dalam taksi di Jakarta: Pelaku, korban, dan penolong semuanya perempuan

Herling Tumbel
6 Dec 2025 05:05
5 minutes reading

PRIORITAS, 6/12/25 (Jakarta): Seorang perempuan paruh baya berinisial DWM, memberanikan diri dan mengambil risiko menolong seorang perempuan lainnya yang diketahui melompat dari sebuah taksi. Perempuan itu mengaku nekat melompat untuk meloloskan diri dari sergapan perampok yang juga seorang perempuan di dalam taksi.

Peristiwa tersebut terjadi Kamis (4/12/25) malam di tengah hujan lebat di bilangan Kelapa Gading, Jakarta Utara. Perempuan sang penolong yang berdarah Manado dan tinggal di Kelapa Gading itu, menceritakan kisahnya melalui WA Group “Duta Wisata Sulut” Jumat (5/12/25) pagi.

Atas seizin DWM, Beritaprioritas menurunkan curahan hatinya secara utuh dengan sedikit penyuntingan teknis.

Perempuan basah kuyup minta tolong

Kamis (5/11/25) malam, sepulang dari kantor di Jakarta Selatan sekitar pukul 16.30 WIB, saya menumpang sebuah taksi online menuju Kelapa Gading, Jakarta Utara.

Hujan deras dan kemacetan terjadi di mana-mana. Kondisi lalulintas menuju Kelapa Gading sangat padat. Padahal malam itu saya harus mengikuti persiapan pelayanan gereja pukul 19.30 WIB, menggantikan rekan yang berhalangan.

Setelah turun dari flyover di depan MOI (Mall of Indonesia), jalanan kembali macet dan mobil jalan melambat. Di saat itu, seorang perempuan —sekitar usia 38 tahun — berlari kecil sambil menangis dalam keadaan basah kuyup dan panik.

Ia terlihat tergesa-gesa dalam suasana ketakutan mengetuk kaca pintu mobil-mobil yang melambat karena macet di depan kami, namun tidak ada satu pun yang mau membukakan kaca.

Ketika tiba di depan mobil kami, saya memahami bahwa orangnya sedang memohon pertolongan. Saya sayup-sayup mendengar suaranya yang gemetar, “Tolong… Selamatkan saya.”

Korban perampokan di dalam taksi

Melihat keadaannya, saya meminta izin kepada sopir untuk membuka kaca dan bertanya apa yang terjadi. Dengan cepat perempuan itu mengaku baru saja melompat dari sebuah taksi yang posisinya berada sekitar empat mobil di depan kami.

Ia mengatakan habis dirampok dan hampir dibunuh di dalam taksi tersebut. Tasnya dirampas, dan tangannya sangat sakit, diduga patah akibat terjatuh ketika melompat.

Ia terlihat sangat ketakutan. Tidak ada mobil lain yang mau berhenti dan merespons, lalu ia terus memohon kepada kami agar diselamatkan. Akhirnya, saya memberanikan diri mengizinkannya masuk ke dalam mobil. Ia duduk di kursi depan sambil menangis dan berulang-ulang berkata, “Terima kasih, Tuhan… terima kasih, Tuhan…”

Saya langsung merasa bahwa perempuan ini seiman dengan saya. Belakangan saya mengetahui bahwa ia bernama Ibu L — asal Babel (Bangka Belitung) — yang tinggal di Sunter bersama suami dan kedua anaknya. Suaminya, Bapak PA, bekerja sebagai seorang lawyer.

Perampok seorang perempuan

Dalam perjalanan, dengan tubuh masih gemetar, ia menjelaskan bahwa di bagian belakang kursi taksi listrik jenis sedan itu ada celah dari bagasi. Dari sana, seorang perempuan tiba-tiba muncul dan membekap mulut serta mencekiknya dari belakang. Ia memastikan si perampok bekerja sama dengan sopir taksi.

Saat rute yang harusnya menuju Sunter berbelok ke arah lain, ia mulai sadar sedang dalam bahaya besar.

Dalam keadaan panik, ia mencoba meraih gagang pintu. Ketika pintu berhasil terbuka, ia melompat keluar. Beruntung kondisi sedang macet sehingga ia tidak terseret atau tertabrak kendaraan lain.

Ia berlari meminta pertolongan, namun tak satu pun mobil mau berhenti—hingga ia tiba di depan mobil kami.

Kunci rumah di tangan perampok

Berhubung harus ke gereja, saya mengajak dia, sekaligus menenangkannya, dan menghubungi suami atau keluarganya. Handphone dan tasnya berada di tangan perampok di dalam taksi.

Setiba di gereja, saat saya pamit sebentar untuk mengecek ke dalam gereja, ia tidak berani saya tinggalkan bersama sopir. Untuk menenangkan hatinya, saya mengajaknya turun dan masuk sebentar ke dalam gedung gereja, menunggu saya latihan atau pamit tak ikut latihan.

Namun suara paniknya mengganggu kami — mengingat tasnya juga berisi kunci rumah (dan KTP). Ia khawatir para pelaku bisa datang ke rumahnya di Sunter.

Saya lalu memutuskan untuk membawanya keluar, menenangkannya, dan membantunya menghubungi Bapak PA, suaminya. Melalui nomor kantor tempat suaminya bekerja (yang dihafalnya), akhirnya kami berhasil menghubungi dan menyampaikan keadaan darurat tersebut.

Dalam percakapan dengan suaminya, saya mendengar bahwa suaminya meminta pembantu di rumah agar tidak membuka pintu bagi siapa pun. Namun ia tetap panik karena karena para pelaku membawa kunci rumah mereka.

Tak dapat bertugas pelayanan

Ibu L ingin pulang untuk memastikan anak-anaknya selamat. Kami menuju rumah mereka di Sunter, tak jauh dari MOI. Di pos keamanan, ia melaporkan kejadian perampokan dan meminta bantuan pengawasan.

Setiba di rumah, anaknya melihat dari lantai dua dan turun membukakan pintu. Ibu L langsung menangis memeluk anak dan pembantunya, bersyukur karena bisa kembali dalam keadaan hidup.

Ia menyebut saya dan sang sopir sebagai alat pertolongan Tuhan bagi dirinya. Ia lalu meminta nomor kontak saya dan sopir untuk dihubungi kembali nanti.

Saat perjalanan pulang, saya menerima pesan (dari oenghrus gereja) bahwa saya dianggap tidak hadir dalam persiapan, sehingga tidak dapat bertugas untuk pelayanan ibadah hari Minggu (7/12/25). Saya menjawab bahwa tidak apa-apa, sebab menolong orang lain adalah bagian dari pelayanan Kristus.

Tuhan bisa memakai kita di mana saja — bahkan di jalan yang macet, basah, dan tidak kita rencanakan. Bahkan sopir Grab yang bukan seiman pun tersentuh.

Ia berkata bahwa jika bukan karena saya mengizinkan berhenti dan menolong, ia sendiri tidak akan berani. Ia mendoakan saya agar diberkati dengan umur panjang, kesehatan, dan rezeki yang berlimpah.

Sampai Jumat (5/11/25) pagi, terasa seperti mimpi. Saya pun ikut merasakan sedikit trauma membayangkan betapa dekatnya Ibu L tadi malam dengan kematian.

Pertolongan Tuhan tepat waktu

Seharusnya semalam saat kejadian (Kamis malam) saya bawa perempuan itu untuk lapor polisi, tapi dia tidak memikirkan harta benda yang dirampas. Yang dia pikirkan saat itu adalah keselamatan anaknya di rumah, sambil menunggu suaminya pulang.

Dia juga menolak dengan sopan usul saya untuk membawanya ke rumah sakit karena kelihatan tangannya patah.

Dari peristiwa ini saya belajar, pertolongan Tuhan selalu tepat waktu bagi orang yang berseru kepada-Nya. Dan ketika kita bersedia dipakai, Tuhan dapat menjadikan kita alat-Nya di mana saja. Amin.

Jumat malam tadi, Beritaprioritas memperoleh keterangan dari DWM melalui pesan WhatsApp, kasus ini bakal berlanjut karena korban akan operasi tulang tangan di salah satu RS di dekat rumah.

Suaminya sudah melapor ke polisi. Mobil taksi perampok juga sudah ditemukan. DWM menyatakan kesediaan untuk memberikan keterangan selaku saksi. (P-fry/ht)

No Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Video Viral

Terdaftar di Dewan Pers

x
x