27.2 C
Jakarta
Wednesday, July 2, 2025

    Pembubaran Diskusi di Kemang, Haris Rusly Moti: Itu Rekayasa Kelompok “Residu Pilpres”

    Terkait

    PRIORITAS, 30/9/24 (Jakarta): Eksponen gerakan mahasiswa1998, Haris Rusly Moti, menilai, pembubaran paksa diskusi yang diselenggarakan oleh Forum Tanah Air adalah upaya serius kelompok “residu Pilpres”, mereka diduga merekayasa persepsi seakan-akan keadaan Indonesia tidak normal, gaduh dan anti demokrasi. Arti lain dari residu adalah sisa-sisa, ampas atau endapan.

    Seperti diberitakan berbagai media, sebuah acara diskusi yang dihadiri sejumlah tokoh nasional tiba-tiba dibubarkan kelompok orang tak dikenal (OTK). Peristiwa tersebut terjadi di Hotel Grand Kemang, Mampang Prapatan, Jakarta Selatan, Sabtu (28/9/2024) lalu. Acara itu dihadiri  sejumlah tokoh seperti mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsuddin, dan pakar hukum tata negara, Refly Harun.

    “Saya menduga kelompok ‘residu Pilpres’ yang bermain merekayasa situasi gaduh itu bisa saja bergandengan dengan kepentingan geopolitik yang tidak sejalah dengan presiden terpilih Prabowo,” kata Haris kepada wartawan, Senin (30/9/2024), seperti dikutip dari Tribunnews.com.

    Haris Rusly Moti, “Ada tangan gelap yang terus bekerja untuk merekayasa persepsi negatif secara berkelanjutan ke arah pemerintahan saat ini dan pemerintahan berikutnya.” (Foto: BP)

    Haris menuturkan, apalagi kabarnya diskusi tersebut dihadiri oleh sejumlah tokoh nasional dan para diaspora Indonesia dari berbagai negara, dapat dianalisa para pelaku dan dalangnya berharap, melalui jempol para diaspora dari berbagai negara itu, “aksi premanisme” itu viral dan menjadi perhatian netizen di lima benua.

    “Menurut saya ada tangan gelap yang terus bekerja untuk merekayasa persepsi negatif secara berkelanjutan ke arah pemerintahan saat ini dan pemerintahan berikutnya sebagai pemerintahan yang anti demokrasi, pemerintahan yang memakai cara cara preman dalam menyikapi perbedaan,” katanya.

    Masih kata Haris, setelah gagal mengadudomba Prabowo dengan Jokowi dan Gibran melalui rumor dan intrik terkait akun fufufafa, isu matahari kembar dalam pemerintahan Prabowo hingga berita palsu apel pasukan berani mati Jokowi, tampaknya mulai ada rekayasa peristiwa premanisme sebagai upaya lanjutan untuk membentuk persepsi negatif.

    Menurutnya, narasi yang bakal digoreng bisa sangat tendesius dan menyudutkan seakan-akan Pemerintahan Prabowo-Gibran yang Insya Allah akan dilantik pada 20 Oktober 2024 adalah pemerintahan yang anti-kritik, anti-dialog, anti-demokrasi.

    “Saya mencurigai ada upaya terus menerus untuk menciptakan suasana gaduh untuk mengganggu stabilitas politik nasional dalam menyambut pelantikan Presiden 20 Oktober 2024 serta Pilkada langsung yang digelar bulan November 2024,” ujarnya.

    “Karena itu saya mendukung upaya pihak Kepolisian untuk mengungkap dan menindak tegas pelaku dan dalang di balik peristiwa pembubaran diskusi yang digelar Forum Cinta Tanah Air di Kemang tersebut,” tegasnya.

    Dikatakannya, dalam menyambut Pelantikan Presiden dan Wapres terpilih 2024, ia berharap para pemangku kepentingan, khususnya pihak keamanan dan penegak hukum,  dapat menciptakan “cooling system” untuk menjaga iklim politik yang kondusif dan demokratis.

    Dalam menyikapi aksi premanisme pembubaran diskusi tersebut, Haris Moti yang juga Ketua Golf (Relawan) Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo Gibran dalam Pilpres lalu, merasa perlu menekankan satu hal pentying. Katanya, walaupun dalam berbagai pidato Prabowo selalu menekankan pentingnya persatuan dan kebersamaan di dalam mengelola bangsa dan negara, itu tidak berarti Prabowo memaksakan semua komponen dan elemen harus satu pandangan.

    “Pak Prabowo sangat menghormati perbedaan pandangan yang berkembang di tengah masyarakat, dan selalu mengedepankan dialog dalam mencapai sebuah kesepakatan minimum,” katanya.

    Dalam berbagai kesempatan, lanjut Haris, Prabowo, sebagaimana Bung Karno di era perjuangan kemerdekaan 1945, berjuang melalui berbagai sarana politik untuk meyakinkan seluruh elemen dan komponen bangsa agar bersatu padu mengelola negara.

    “Karena memang betul, kunci utama tumbuhnya sebuah peradaban bangsa sangat terletak pada persatuan dan kerjasama antar unsur yang beragama di dalam sebuah bangsa. Peradaban bangsa runtuh di antaranya karena pertikaian antarunsur yang beragam di dalam bangsa itu,” ucapnya.

    Lima Ditangkap, Dua Tersangka

    Sementara itu, pihak kepolisian, baik Polres Jakarta Selatan maunpun Polda Metro Jaya, mengumumkan, dalam kaitan dengan pembubaran acara diskusi di Grand Kemang, polisi telah menangkap lima orang. Berdasarkan proses hukum yang dilakukan, polisi menetapkan dua orang tersangka dalam kasus tersebut.

    Seperti diwartakan detik.com edisi Minggu (29/9/24), polisi menyebutkan tersangka berdalih menilai diskusi yang dihadiri sejumlah tokoh itu tak berizin. Pelaku kemudian merasa dapat melakukan pembubaran paksa diskusi.

    “Kelompok masyarakat yang mengatasnamakan Forum Cinta Tanah Air sekitar 30 orang. Mereka melakukan aksi menuntut untuk membubarkan kegiatan diskusi yang dilakukan oleh sekelompok masyarakat yang mengatasnamakan diaspora dengan alasan tidak ada izin, memecah belah persatuan dan kesatuan dan sebagainya,” kata Wakapolda Metro Jaya Brigjen Djati Wiyoto Abadhy dalam konferensi pers di Polda Metro Jaya, Minggu (29/9). (P-ht)

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    Terkini