PRIORITAS, 5/7/24 (Jakarta): Ternyata ada banyak peluang baru lapangan kerja, termasuk lewat “family office”, sebagaimana dikemukakan Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan.
Bahkan Menko Luhut menargetkan adanya peningkatan penerimaan produk domestik bruto (PDB) dan lapangan kerja melalui skema investasi family office atau pengelolaan dana berbasis keluarga.
“Dia harus datang kemari (Indonesia). Misalnya, dia taruh duitnya 10 atau 30 juta dolar AS, dia harus investasi berapa juta, dan kemudian dia juga harus memakai orang Indonesia untuk kerja di family office tadi.
Jadi, menurutnya, itu nanti yang kita pajakin,” ujar Luhut sebagaimana dikutip melalui akun instagram resminya, luhut.pandjaitan, dipantau dari Jakarta, baru-baru ini.
Menarik kekayaan dari negara lain
Lebih lanjut Luhut menjelaskan, skema family office merupakan salah satu upaya untuk menarik kekayaan dari negara lain untuk pertumbuhan ekonomi nasional.
Berdasarkan data dari The Wealth Report, kata Luhut, Asia akan menjadi kawasan dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 38,3 persen pada periode 2023–2028.
Selain itu, peningkatan jumlah aset finansial dunia yang diinvestasikan di luar negara asal juga diproyeksikan akan terus meningkat.
“Nah, ini. Dana yang berseliweran di luar negara-negara maju itu dibilang ada 11 triliun dolar AS yang mereka mau cari tempat ‘nangkring’-nya lah, bahasa kerennya gitu,” kata Luhut.
Selanjutnya Luhut menjelaskan, saat ini ada beberapa negara di dunia yang menjadi tuan rumah dari aset tersebut. Dua di antaranya dari Asia yakni Singapura dengan 1.500 family office, dan Hong Kong yang memiliki 1.400 family office.
Namun, kata dia, kondisi geopolitik di Hong Kong dan perubahan regulasi investasi di Singapura meningkatkan risiko dan ketidakpastian investor.
Melihat tren tersebut, Luhut memanfaatkan kesempatan itu untuk menarik dana-dana dari negara lain melalui skema family office, dalam rangka meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
“Inilah yang membuat Indonesia bisa mengambil kesempatan untuk menjadi alternatif dengan membentuk Wealth Management Centre, karena kondisi pertumbuhan ekonomi kita cukup kuat, kondisi politik pun juga stabil, serta orientasi geopolitik kita yang netral,” kata Luhut Pandjaitan. (P-ANT/jr) — foto ilustrasi istimewa