33.9 C
Jakarta
Thursday, July 24, 2025

    Pekerja pers harus bijaksana dan beradaptasi dengan penggunaan ‘Artificial Intelligence’

    Terkait

    PRIORITAS, 6/2/25 (Semarang): Media beserta pekerjanya harus menyiasati secara bijaksana dan adaptif tanpa terninabobokan, bersamaan dengan semakin meluasnya penggunaan artificial intelligence (AI) atau kecerdasan buatan di berbagai bidang.

    Sama halnya dalam kehidupan, teknologi pun selalu berubah. Setiap masa ada teknologinya, setiap teknologi ada masanya. Tak ada yang abadi kecuali perubahan itu sendiri.

    Artificial intelligence  hanyalah bagian kecil teknologi dan bersifat terbatas atau limited, beda dengan akal manusia yang nyaris tak terbatas atau unlimited dan dianugerahi Tuhan dengan pendengaran, penglihatan, dan hati nurani yang terintegrasi.

    Kemunculan AI pada era digital, tak bisa ditolak, terutama bagi industri pers dan perguruan tinggi. Irisan peran kedua belah pihak ini sama, yaitu mendorong menjadi manusia unggul untuk mewujudkan Indonesia Emas tahun 2045. Oleh karena itu, media beserta pekerja di dalamnya dituntut adaptif terhadap AI, namun tetap mengedepankan data, akurasi, dan beretika.

    Begitulah benang merah Dialog Rektor bertajuk “Masa Depan Pers di Era AI” memperingati Hari Pers Nasional (HPN) 2025 tingkat Jateng yang digelar di Auditorium Rumah Sakit Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus), Rabu (5/2/25).

    “Dialog Rektor” sebagai kegiatan pembuka rangkaian acara peringatan HPN 2025 tingkat Jateng dan HUT Ke-79 PWI, menghadirkan Rektor Universitas Wahid Hasyim Semarang (Unwahas) Prof Dr Mudzakkir Ali MA, Rektor Universitas Semarang (USM) Dr Supari ST MT, Wakil Rektor III Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) M Qomaruddin PhD, Wakil Rektor Bidang Umum, Keuangan & SDM Universitas Dian Nuswantoro Semarang (Udinus) Dr Guruh Fajar Shidik SKom MCs, dan Wakil Rektor III Unimus Dr Eny Winaryati MPd.

    Dr Muhammad Munsarif SKom MKom, dosen Unimus, pemandu acara diskusi yang dihadiri Rektor Unimus Prof Dr Masrukhi MPd, para mahasiswa dari lima perguruan tinggi, Kadiskominfo Blora Pratikto Nugroho, Kabag Prokompim Budiman, Ketua PWI Jateng Amir Machmud NS bersama jajaran pengurus harian dan Ketua PWI Blora Heri Purnomo dengan jajaran.

    Kesempatan pertama diberikan kepada Prof Mudzakkir Ali, mengawali dialog dengan kalimat yang menggelitik, ”Kita ada dunia AI. Apakah adik-adik mahasiswa sudah membuka ChatGBT? Kalau sudah, ketik saja tema dialog kita hari ini, kan ketemu jawabannya. Dan saya akan bicara yang tak bisa dijawab oleh ChatGBT.”

    Wartawan-perguruan tinggi miliki ikatan 

    Sementara itu, Rektor USM, Dr Supari menekankan jika wartawan dan perguruan tinggi memiliki ikatan penting. Keduanya harus bekerja sama untuk menyiapkan generasi terbaik di masa mendatang. Termasuk dengan memanfaatkan AI.

    “Kita semua mesti beradaptasi, justru kita ikut membangun AI supaya bisa lebih banyak membantu pers, membantu pendidikan tinggi, tujuannya sama-sama untuk Indonesia Emas,” ungkapnya.

    Pada keseppatan yang sama, M Qomaruddin dari Unissula menjelaskan, AI sebenarnya bukan barang baru. Bagi media, AI akan memanjakan para wartawan, tapi di sisi lain menjadi penyampai yang tak sesuai fakta. Di sinilah perlunya media berorientasi pada fakta, kejujuran, dan etika.

    ”Revolusi industri yang keempat ini memang gaduh. AI sesungguhnya adalah tools atau alat yang membantu kita mengembangkan dunia jurnalistik lebih baik lagi, industri dan pendidikan lebih maju. Yang diwaspadai adalah dampaknya, karena cukup dengan mengetik kata kunci kita bisa terlena oleh ribuan informasi,” jelasnya.

    Setiap masa ada teknologinya

    Pada bagian lain, Guruh Fajar Shidik dari Udinus memberikan gambaran tentang perjalanan kecerdasan mesin sejak 1950, 1960, 1990, 2010 hingga 2022 melalui komputasi yang mutakhir. Menurutnya, setiap masa ada teknologinya, dan setiap teknologi ada masanya.

    ”Hasilnya salah satunya ChatGBT. Anda bisa menggunakan Tiktok, YouTube, Tokopedia sudah ada profiling, klasifikasi yang Anda inginkan,” ucapnya.

    Sedangkan Eny Winaryati dari Unimus mengatakan, pers atau wartawan harus mampu beradaptasi dengan kemajuan AI. Meskipun demikian, ada tiga hal yang menjadi rambu-rambu yaitu pendengaran, penglihatan. dan hati nurani.

    Sementra itu, sebelumnya dalam sambutan selamat datang, Rektor Unimus Prof Masrukhi menyampaikan terima kasih atas kepercayaan yang diberikan kepada kampusnya untuk memeriahkan HPN lewat dialog rektor. Menurutnya seirama kemajuan teknologi, ada perubahan paradigma di perkuliahan. Dosen di era kini tak lagi menjadi sumber satu-satunya belajar.

    Sedangkan Ketua PWI Jateng, Amir Machmud NS menyampaikan terima kasih dan apresiasi kepada Unimus, dan semua pihak yang memberikan dukungan atas terselenggaranya dialog ini.

    Kata Amir, setiap teknologi pasti memiliki sisi positif dan sisi negatif. Termasuk pemanfaatan AI dalam kerja-kerja jurnalistik.

    Menurut Amir, sisi positifnya wartawan bisa memanfaatkan AI sebagai perangkat untuk memperkuat informasi-informasi yang akan disampaikan. Di sisi lain, AI juga bisa membawa dampak negatif.

    Ditambahkannya, tantangan terbesar di dunia wartawan dan media massa saat ini adalah masalah penghayatan etika. Artinya, dalam menyampaikan informasi, wartawan harus mematuhi rambu-rambu yang ada seperti UU Pers dan Kode Etik Jurnalistik.

    Harapannya, wartawan tidak akan membuat berita bohong, berita pemecah belah, atau berita bermuatan SARA.

    “Jadi penggunaan AI itu kembali lagi pada masalah etikanya. Kalau etika dengan iktikad untuk menyelamatkan media, menyelamatkan dunia kewartawanan, menyelamatkan masyarakat, ini pasti akan melahirkan produk yang bermaslahat bagi semuanya,” kuncinya, seperti dilansir dari Antara. (P-Armin M)

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    - Advertisement -spot_img

    Terkini