PRIORITAS, 18/8/25 (Tel Aviv): Pasukan Israel benar-benar berniat ingin memusnahkan seluruh kekuatan militan Hamas di Jalur Gaza. Informasi terbaru yang diperoleh Beritaprioritas.com hari Senin (18/8/25), menyebutkan militer Israel akan melakukan serangan besar terpadu ke benteng terakhir militan Hamas di Kota Gaza.
Angkatan Bersenjata Israel dibawah komando Israel Defence Forces (IDF) atau Pasukan Pertahanan Israel, bahkan sudah menyiapkan sekitar 50 ribu tentara dari sejumlah batalion khusus dan 100 ribu tentara pasukan cadangan.
Sesuai keputusan Dewan (kabinet) Perang Israel, PM Benjamin Netanyahu telah mendapat mandat untuk menyerang habis-habisan benteng pertahanan militan Hamas di Jalur Gaza, meskipun nyawa para sandera yang tersisa menjadi taruhan.
Pasukan Israel selama ini menahan diri untuk menyerang benteng pertahanan terakhir militan Hamas di Kota Gaza, karena khawatir para sandera yang tersisa bisa terbunuh atau sengaja dibunuh militan Hamas yang merasa terpojok.
Intelijen Israel meyakini, sekitar 20 sandera hidup sengaja ditawan militan Hamas di sejumlah terowongan bawah tanah di kota Gaza. Sedangkan sekitar 30 sandera yang sudah tewas, diduga kuat sudah dikuburkan sementara di satu tempat.
Sumber lain menyebutkan, para sandera yang masih hidup, kebanyakan ditawan di beberapa sel dalam terowongan bawah tanah di Deir El Balah. Ada juga yang mengungkap, sandera lain ditahan di markas bawah tanah militan Hamas di pusat kota Gaza.
Jalur Gaza terkini nyaris rata tanah akibat perang militan Hamas dengan Israel.(theindependent)
Lapangan kejahatan
Pasukan Israel disebutkan sedang mempersiapkan operasi darat ke pusat Kota Gaza, dengan menargetkan “Lapangan Palestina,” yang disebut IDF sebagai “Lapangan Kejahatan”, seperti dilapokan Ynetnews.
Sebagai langkah awal militer Israel telah melancarkan serangan terarah di Zeitoun dan Sabra.
Pada bulan Desember 2023, tentara IDF menyalakan lilin Hanukkah pertama di alun-alun lapangan tersebut, yang menjadi simbol kekuasaan militan Hamas.
Komandan Brigade 401, Brigjen Benny Aharon, menggambarkan tindakan tersebut sebagai “cahaya kemurnian, kebaikan, harapan, dan impian bagi Negara Israel” ke kota yang telah gelap gulita.
Aharon mengatakan upacara tersebut, merupakan pernyataan kekuatan IDF dan kelanjutan perjuangan Israel melawan militan Hamas.
Militer Israel sebenarnya telah memasuki Kota Gaza beberapa kali dalam operasi darat terbatas, dengan menyasar permukiman seperti Zeitoun dan Sabra, didukung serangan udara, artileri, dan robot peledak.
Kepala Staf IDF, Letnan Jenderal Eyal Zamir, menyetujui “konsep utama” operasi tersebut dalam sebuah pertemuan dengan para komandan senior dan pejabat Shin Bet.
Memindahkan 1 juta penduduk
Diperkirakan hingga satu juta penduduk di Jalur Gaza utara akan dipindahkan (relokasi) sebelum operasi besar-besaran militer Israel digelar.
Para pejabat keamanan juga merencanakan langkah-langkah kemanusiaan komprehensif, untuk memastikan daerah-daerah yang dievakuasi memiliki cukup makanan, air, perawatan medis, dan infrastruktur penting.
Kota Gaza, adalah wilayah terbesar di Jalur Gaza yang telah berkembang pesat sejak Perjanjian Oslo dan menjadi rumah bagi banyak universitas, termasuk Universitas Islam, sebuah situs penting yang dikuasai militan Hamas.
Para ahli mengatakan militan Hamas telah lama menanamkan infrastruktur militer dan sosialnya di kota tersebut, sehingga membuat operasi pasukan Israel agak rumit.
Komandan senior Hamas terakhir di Kota Gaza , Izz al-Din Al-Haddad (kiri), dan foto ketika ia coba menyamar (kanan) tapi berhasil diketahui intelijen Israel.(ynetnews)
Komandan terakhir
Komandan senior militan Hamas terakhir yang diyakini masih bersembunyi di Kota Gaza, adalah Izz al-Din Al-Haddad.
Ia dilaporkan masih beroperasi di kota itu, dengan memimpin sebuah brigade sambil menghindari bertemu langsung pasukan Israel.
Al-Haddad bahkan diketahui sempat merobah penampilannya agar tidak dikenal. Namun intelijen Israel berhasil mengetahui dan melacaknya. Ia kini diduga kuat bersembunyi di salahsatu terowongan di kota Gaza.
Militer Israel juga secara sistematis telah menghancurkan gedung-gedung tinggi yang menampung sel-sel militan Hamas.
Para pengamat memperingatkan pendudukan atau penghancuran Kota Gaza, dapat memicu kritik tajam internasional karena signifikansi politik, kemanusiaan, dan simbolisnya.
Para analis juga mencatat operasi Israel yang sedang berlangsung, termasuk artileri berat, serangan udara, dan penghancuran terarah, mungkin merupakan bagian dari upaya yang lebih luas untuk mengalihkan perhatian publik dari tujuan-tujuan strategis
Jalur Gaza tampak hancur dari udara.(theindependent)
Akibat militan Hamas
Perang di Jalur Gaza pecah akibat militan Hamas sengaja menyerang festival Musik Nova dan sejumlah pemukiman di Israel Selatan 7 Oktober 2023 lalu.
Pada saat itu militan Hamas dan kelompoknya Jihad Islam serta Al Qassam membunuh sekitar 1200 warga Israel dan menyandera 250 orang.
Israel kemudian melakukan serangan balasan ke semua posisi pertahanan militan Hamas di Jalur Gaza sejak 8 Oktober 2023 hingga Agustus 2025 ini.
Puluhan ribu bangunan di Jalur Gaza hancur dibombardir Israel. Lebih dari tiga perempat wilayah tersebut dari Utara ke Selatan kini sudah dikuasai pasukan Israel.
Kementrian kesehatan Palestina yang dikontrol militan Hamas juga mengungkapkan, akibat perang 2,8 tahun dengan Israel, sebanyak 62 ribu lebih warga Gaza tewas dan ratusan ribu lainnya mengalami luka-luka.
Israel mengakui selama ini militan Hamas sengaja mengulur-ulur waktu dengan berbagai alasan perundingan gencatan senjata untuk membebaskan para sandera, namun telah berkali-kali gagal disepakati.
Gencatan senjata Israel dan militan Hamas terakhir terjadi Januari 2025 lalu, dengan fase terakhir pelaksanaan kesepakatan pada 15 Februari 2025, militan Hamas membebaskan tiga sandera hidup. Pada 20 Februari 2025 militan Hamas memulangkan empat jenazah sandera Israel.
Sandera terakhir dibebaskan militan Hamas pada Mei 2025 adalah Idan Alexander, warganegara Israel-AS. Idan ditemani pasukan IDF saat melintasi perbatasan.(idf)
Total hingga Juni 2025 sebanyak 148 sandera telah dikembalikan hidup ke Israel.
Sebanyak 105 orang dibebaskan dalam gencatan senjata perang tahun 2023, dan 5 dibebaskan militan Hamas di luar kerangka perjanjian gencatan senjata. Sisanya 8 orang sandera diselamatkan pasukan Israel ketika menyerang Jalur Gaza.
Sebanyak 30 sandera Israel dibebaskan dalam perjanjian gencatan senjata tahun 2025. Sebaliknya Israel sudah membebaskan sekitar 2000 warga Palestina yang ditahan di sejumlah penjara. (P-Jeffry W)
No Comments