33.1 C
Jakarta
Friday, July 18, 2025

    Pakar IPB University ungkap ciri beras oplosan, simak ya!

    Terkait

    PRIORITAS, 15/7/25 (Bogor): Di tengah kebutuhan pangan pokok yang tak pernah surut, beras masih jadi fondasi utama dapur rumah tangga Indonesia. Namun, tak semua beras yang terlihat bersih dan putih layak dikonsumsi.

    Pakar dari IPB University memperingatkan, beras oplosan kini beredar luas di pasar tanpa disadari masyarakat. Sejumlah produk yang dijual bebas mengandung bahan kimia tambahan dan campuran berbahaya yang bisa mengancam kesehatan jika dikonsumsi terus-menerus.

    Guru Besar Teknologi Industri Pertanian IPB University, Prof Tajuddin Bantacut mengingatkan masyarakat agar tak terpaku pada tampilan luar beras semata. Ia menegaskan, ciri beras oplosan dapat dikenali dengan mengandalkan pancaindra: dari warna, bau, hingga reaksi nasi saat dimasak.

    Temuan ini bukan asumsi, tapi didasarkan pada evaluasi produk di lapangan serta analisis terhadap beras yang telah dimodifikasi tampilan fisiknya menggunakan zat tambahan. Dirangkum Beritaprioritas dari CNBCIndonesia.com, Selasa (15/7/25), berikut ini lima ciri fisik beras oplosan yang perlu diwaspadai:

    1. Warna butiran tidak seragam

    Beras asli biasanya berwarna putih merata atau agak transparan, sesuai jenis dan varietasnya. Namun, beras oplosan cenderung memiliki campuran bulir putih cerah dan kusam dalam satu kemasan.

    Warna kusam bisa berasal dari beras lama, sedangkan warna cerah berlebihan dapat menjadi tanda pemutih kimia. Perbedaan mencolok ini patut dicurigai sebagai campuran dari beras dengan kualitas berbeda.

    2. Ukuran bulir tidak sama

    Beras asli dari satu varietas akan terlihat seragam, baik dari panjang maupun ketebalannya. Jika dalam satu genggaman ditemukan bulir besar dan kecil yang bercampur, ini bisa jadi tanda telah dioplos.

    Pelaku kerap mencampurkan beras premium dan murah untuk menekan harga. Campuran ini merugikan konsumen karena tak diberi informasi jujur pada label kemasan.

    3. Aroma tidak wajar

    Beras berkualitas biasanya memiliki aroma segar alami atau sedikit manis khas padi baru. Namun, beras oplosan bisa mengeluarkan bau apek, menyengat, atau tercium seperti bahan kimia.

    Aroma semacam itu dapat menandakan keberadaan zat pemutih, pengawet sintetis, atau jamur akibat penyimpanan buruk. Ini perlu diwaspadai sebelum masuk ke tahap memasak.

    4. Tekstur nasi terlalu lembek

    Setelah dimasak, beras oplosan sering menghasilkan nasi yang tidak pulen dan cepat basi. Teksturnya bisa terlalu lembek, lengket, atau terasa aneh di lidah.

    Hal ini menunjukkan struktur pati pada beras tidak stabil. Bisa jadi akibat campuran antar jenis, atau proses pemolesan ulang pada beras rusak yang telah kadaluarsa.

    5. Ada partikel asing saat dicuci

    Sebelum dimasak, beras perlu dicuci. Saat proses ini, konsumen bisa mengamati apakah air cucian berubah warna atau muncul serpihan putih, plastik, atau partikel mencurigakan lain.

    Partikel ini bisa berasal dari bahan tambahan atau sisa proses pengolahan industri. Bila air berubah keruh pekat atau muncul bau tajam, ada kemungkinan beras telah diproses tidak layak.

    “Kalau nasi terasa beda dari biasanya, dari warna, bau, tekstur, dan bentuk butiran bisa dicurigai itu beras oplosan,” ujar Prof Tajuddin, dikutip dari IPB University, Senin (14/7/2025).

    Efek jangka panjang

    Konsumsi beras oplosan tak hanya soal rasa dan tekstur. Jika mengandung zat kimia, efek jangka panjangnya bisa menyerang hati, ginjal, hingga sistem kekebalan tubuh.

    Untuk mencegah bahaya, masyarakat disarankan tidak membeli beras tanpa label resmi. Cuci beras dengan baik, simpan di tempat kering maksimal enam bulan, dan awasi bila harga terlalu murah.

    “Distribusi dan konsumsi juga harus dijaga agar kualitas pangan tetap aman dan merata,” tegas Prof Tajuddin. (P-Khalied Malvino)

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    Terkini