PRIORITAS, 28/7/25 (Seoul): Operasi pembesaran ‘torpedo’ pria dilaporkan makin menjadi tren di Korea Selatan.
Ada dua jenis prosedur ‘mempermak’ alat biologis pria itu yang banyak diminati, masing-masing Sunflower (suntik silikon) dan Fat Grafting (transfer lemak).
Prosedur ini makin diminati pria Korea Selatan yang ingin meningkatkan kepercayaan diri dan kepuasan seksual, meski para ahli mengingatkan operasi ini tetap memiliki risiko medis yang tak bisa diabaikan.
Salahsatu prosedur yang cukup populer adalah operasi Sunflower atau “T-Ring Surgery”, yaitu pemasangan implan silikon berbentuk manik-manik atau cincin di bawah kulit kepala ‘torpedo’ pria.
Tujuannya untuk menambah ketebalan dan merangsang pasangan saat berhubungan intim.
Lim, seorang wanita pegawai kantoran berusia 30 tahun, mengaku terkejut saat mengetahui pacarnya menjalani prosedur ini. “Awalnya kaget, tapi ternyata efeknya menyenangkan,” ujarnya kepada The Korea Herald, seperti dikutip Beritaprioritas.com dari CNBC Indonesia, hari Senin (28/7/25).
Biasa di kalangan militer
Seorang pria bernama Ha (35 tahun) mengaku operasi ini sudah biasa di kalangan militer tempat ia pernah bertugas. “Hampir semua rekan saya juga melakukannya. Pasangan mereka pun merasa puas,” katanya.
Biaya operasi dasar disebut mulai dari 500 ribu won (sekitar Rp6,4 juta), tergantung fitur tambahan.
Namun tak semua orang punya pengalaman menyenangkan. Kim Min-jae (25 tahun), mahasiswa yang memakai nama samaran, memutuskan melakukan operasi setelah merasa terpukul membaca percakapan sang mantan pacar di Instagram, membandingkan ukuran ‘torpedo’ nya dengan mantannya yang lain.
Kim kemudian menjalani prosedur transfer lemak dari paha ke batangnya. Hasilnya, diameter ‘torpedo’ bertambah sekitar 1 hingga 1,5 cm.
“Sakit sekali pas sadar dari anestesi, tapi sekarang saya jauh lebih percaya diri,” ujarnya.
Menurut spesialis urologi, Dr. Lee Haeng-nam, prosedur transfer lemak cenderung lebih aman, karena menggunakan lemak sendiri dan mengurangi risiko alergi.
“Empat dari lima pasien memilih metode ini dan tingkat kepuasannya tinggi,” ujarnya.
Studi yang dipublikasikan di Aesthetic Plastic Surgery bahkan mencatat tingkat kepuasan hingga 92 persen, dengan peningkatan diameter rata-rata 2,3 cm.
Berisiko tinggi
Meski begitu, peringatan datang dari Asosiasi Urologi Amerika Serikat.
Mereka menyebut banyak teknik pembesaran ‘torpedo’ pria yang berisiko tinggi dan belum terbukti efektif, termasuk risiko suntikan lemak yang gagal, pembagian ligamen tidak aman, dan komplikasi lain.
Seorang pria anonim membagikan pengalamannya di forum online Korea Selatan, setelah menjalani operasi dengan dermal substitute.
Ia harus merogoh kocek 4-5 juta won (sekitar Rp51-64 juta), menahan nyeri hebat, hingga akhirnya implan harus diangkat karena mengalami infeksi.
“Ukuran saya sebenarnya masih dalam batas normal, tapi saya tetap operasi. Hasilnya? Sakit luar biasa dan peningkatannya kecil. Jadi pikirkan baik-baik sebelum memutuskan,” tulisnya.
Meskipun tekanan sosial terhadap ukuran penis masih kuat di Korea Selatan, para ahli menyarankan agar keputusan medis tetap dilandaskan pada informasi yang akurat dan konsultasi dengan profesional.
“Bukan soal besar atau kecilnya, tapi soal keamanan dan kesehatan jangka panjang,” kata Dr. Lee mengingatkan.(P-Jeffry W)