PRIORITAS, 2/7/25 (Jakarta): Tren menikah dengan warga negara asing (WNA) alias bule makin ramai di media sosial. Sebagian warganet berharap, pernikahan lintas ras dapat menghasilkan keturunan dengan postur tinggi dan genetik unggul.
Namun, menurut dokter spesialis obstetri dan ginekologi Dr Boy Abidin, anggapan tersebut tidak sepenuhnya benar.
“Mungkin (kalau menikah) dengan bule genetiknya diharapkan bagus, tapi jika tidak diberikan nutrisi atau kecukupan gizi yang baik, tidak distimulasi dengan baik dan segala macam, ya anaknya akan biasa-biasa saja. Itu poinnya,” ujar Boy dalam temu media di Jakarta, Selasa (1/7/2025).
Ia menegaskan, faktor genetik bukan satu-satunya penentu kualitas fisik anak. Peran gizi dan stimulasi sejak masa awal kehamilan sangat menentukan hasil akhirnya.
Kualitas tak otomatis meningkat
Berdasarkan penjelasannya, kualitas keturunan tidak otomatis meningkat hanya karena faktor genetik dari pasangan bule.
Tanpa gizi seimbang dan perawatan kesehatan optimal, potensi genetik tidak akan berkembang maksimal.
Menurut dokter lulusan Universitas Padjadjaran itu, memang ada ciri fisik tertentu yang diwarisi secara langsung. Misalnya bentuk wajah, tekstur rambut, dan warna mata bisa mengikuti garis keturunan.
Namun, tinggi badan anak justru lebih dipengaruhi oleh faktor eksternal. Ia menyebut asupan mikronutrien selama masa kandungan menjadi penentu utama perkembangan postur tubuh.
“Orang tua yang tinggi badannya biasa-biasa saja, bukan berarti anaknya tidak bisa lebih tinggi. Kalau anak itu disiapkan dan diberi nutrisi yang baik sejak dini, kualitasnya bisa jauh lebih baik dari orang tuanya,” jelas Boy.
Gizi atur postur anak
Ia juga membandingkan kualitas makanan saat ini dengan generasi sebelumnya. Menurutnya, bahan pangan saat ini memiliki kandungan nutrisi yang jauh lebih kompleks dan variatif.
“Mungkin kalau dulu orang tua kita makannya ubi, sekarang sudah makan singkong yang dikombinasikan dengan keju. Artinya sudah ada peningkatan kualitas konsumsi,” tambahnya.
Kondisi ini, kata Boy, memberi dampak langsung pada peningkatan kualitas generasi muda. Bukan hanya dari sisi postur tubuh, tetapi juga pada kemampuan kognitif dan tingkat kecerdasan.
Dengan pola makan yang lebih bergizi dan pemahaman orang tua terhadap pentingnya stimulasi anak sejak dini, potensi biologis yang sebelumnya biasa saja bisa berkembang lebih optimal. (P-Khalied Malvino)