31.1 C
Jakarta
Tuesday, August 5, 2025

    Ni Luh Puspa, Anak Transmigran, Malam Ini “Saya Pamit” dari Program Investigasi KompasTV

    Terkait

    PRIORITAS, 21/10/24 (Jakarta): Ditunjuk sebagai Wakil Menteri Pariwisata RI oleh Presiden Prabowo Subianto, Ni Luh Puspa pamit dari program investigasi “Ni Luh” di KompasTV malam ini. Anak transmigran yang masa kecil dan remajanya hidup susah ini, menjadi sosok mengejutkan dalam Kabinet Merah Putih karena sebelumnya tidak muncul dalam radar pantau pengamat politik dan media.

    Dalam promo KompasTV sepanjang hari ini (Senin, 21/10/24) program “Ni Luh” yang dibawakan si empunya nama, Ni Luh Puspa, disebutkan bahwa program yang ditayangkan Senin malam pukul 20.20 WIB ini merupakan edisi terakhir dan diberi judul “Saya Pamit”.

    Dikutip dari berbagai sumber, Ni Luh Puspa yang bernama asli Ni Luh Enik Ermawati itu, menggeluti dunia jurnalistik sejak 2010. Gadis Bali yang lahir di sebuah desa miskin bernama Desa Selat di Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali Utara itu, tidak menyangka bakal menjadi presenter TV. Saat itu ia hanya berkeinginan mencari kerja apa saja untuk mendapatkan penghasilan.

    Berawal dari kerja magang di stasiun radio lokal di Makassar, Sulawesi Selatan, Ni Luh lalu bergabung dengan stasioun televisi lokal SunTV Makassar. Saat SunTV bertransformasi menjadi iNews, Ni Luh bahkan sempat menjadi presenter cadangan RCTI yang satu grup dengan iNews.

    Tahun 2018 Ni Luh diterima oleh KompasTV melalui sebuah audisi di Makassar. Ia kemudian hijrah ke Jakarta dan menjadi jurnalis andalan KompasTV. Tahun 2022 lalu, Ni Luh mendapat kepercayaan menjadi produser sekaligus presenter sebuah program investigasi dengan judul yang diambil dari namanya, Ni Luh. Hal seperti ini merupakan pencapaian tersendiri dalam dunia jurnalistik televisi.

     Anak Trasmigran

    Ni Luh Puspa atau Ni Luh Enik Ermawati lahir 18 November 1986 dari sebuah keluarga sangat sederhana, bahkan bisa dikategorikan miskin. Oleh karena itu, di tahun 1089 saat Ni Luh berusia tiga tahun, orangtuanya memutuskan ikut program transmigrasi dari pemerintah ke daerah Mamuju Sulawesi Selatan.

    Kisah pilu Ni Luh berlangsung berkesinambungan. Ketika usia lima tahun, orangtuanya bercerai sehingga Ni Luh kecil harus kembali ke Bali dan tinggal bersama kakek-nenek dari pihak ayah. Sekolahnyua pun tidak karuan.

    Saat bersekolah di Sekoklah Dasar di Buleleng yang ketika itu tanpa listrik, Ni Luh ikut membantu kakek-neneknya mencari nafkah. Pada musim buah, Ni Luh ikut menjadi pemetik buah dan mendapat upah ala kadarnya. Ia juga mencari rumput untuk makanan sapi.

    Saat SMP dan SMA yang diperolehnya dengan susah payah pun Ni Luh tetap bekerja untuk membantu ekonomi keluarga yang serba kekurangan. Sampai-sampai si sulung Ni Luh mengalah untuk tidak lanjutkan ke bangku kuliah melalui jaklur bea siswa, demi ikut menafkahi adik-adiknya.

    Ni Luh pernah menjadi sales sepatu secara door to door di Bali, bahkan ke Surabaya, dan lanjut ke Sulawesi Selatan di mana ayahnya masih tinggal di sana. Ni Liuh juga pernah bekerja sebagai cleaner service.

    Ni Luh batru bisa kuliah pada usia 25 tahun. Ia mengenang, saat masuk kuliah dalam usia yang sudah tergolong tua, banyak yang mem-bully. Tapi ia bisa mengatasi itu sampai menjadi sarjana pada STIE Nobel Indonesia di Makassar pada tahun 2016. (P-ht)

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    spot_img

    Terkini