PRIORITAS, 26/6/24 (Dushanbe): Tajikistan merupakan salah satu negara mayoritas Muslim di Asia.
Namun kini Tajikistan menjadi sorotan usai melarang penggunaan hijab untuk kaum perempuan.
Dilaporkan, larangan itu tertuang dalam undang-undang (UU)baru yang mengganti UU lama soal Aturan Tradisi dan Perayaan.
“[UU baru melarang] mengimpor, menjual, mempromosikan, dan menggunakan pakaian yang dianggap asing bagi kebudayaan nasional,” demikian penggalan UU itu, dikutip First Post, Senin (24/6/24) lalu.
Melindungi budaya Tajik
Presiden Tajikistan Emomali Rahmon mengatakan, larangan hijab ini untuk melindungi “budaya Tajik” dan mengurangi pengaruh agama di kalangan masyarakat.
Namun faktanya, baju adat Tajikistan penuh warna dan diadopsi dari gaya berpakaian bangsa Persia.
Selama menjadi presiden, Rahmon tampak berambisi menerapkan sekularisme di Tajikistan dengan dalih mengurangi ekstremisme.
Anggapan ini tercermin dari sejumlah kebijakan yang diambil
Beberapa tindakan terkait itu misalnya mencukur jenggot pria dengan paksa, membatasi usia orang yang masuk masjid, melarang penggunaan hijab, dan menutup masjid besar-besaran.
Di pemerintahan Presiden Emomali Rahmon, ribuan masjid juga ditutup dalam kurun waktu setahun. Beberapa tempat ibadah itu menjadi fasilitas Kesehatan dan ada pula yang menjelma jadi kedai teh. (P-CNNi/DW/jr) — foto ilustrasi istimewa