PRIORITAS, 12/8/25 (Jakarta): Jumlah kasus suspek chikungunya di Indonesia pada awal 2025 mengalami peningkatan dibandingkan periode yang sama pada 2023 dan 2024. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengingatkan tren ini perlu diwaspadai lantaran berkaitan dengan pola musim hujan yang tidak menentu.
“Hal ini sejalan dengan pola musim penghujan di Indonesia sehingga perlu diwaspadai,” ucap Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes, Aji Muhawarman, Senin (11/8/25). Ia menambahkan, tren kasus memang menurun dalam dua bulan terakhir.
Menurut data Kemenkes, provinsi dengan jumlah suspek terbanyak meliputi Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sumatera Utara, serta Banten. Jawa Barat menempati posisi tertinggi dengan 6.674 kasus.
Ahli Kesehatan Masyarakat, dr. Jusuf Kristiyanto, menjelaskan musim hujan tidak teratur memicu banyaknya tempat berkembang biak nyamuk.
“Persediaan air di talang atau ban bekas menjadi sarang jentik nyamuk pembawa virus,” ujarnya, Senin (11/8/25), dikutip dari rri.co.id.
Ditularkan melalui gigitan
Ia menjelaskan, chikungunya ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti maupun Aedes albopictus. Penyakit ini memiliki gejala mirip demam berdarah (DBD), tetapi nyeri sendi pada penderita chikungunya lebih menonjol.
“Kalau panas tidak turun tiga hari berturut-turut, sebaiknya segera ke rumah sakit,” katanya. Menurutnya, pemeriksaan trombosit penting untuk membedakan dengan DBD.
Upaya pencegahan Chikungunya maupun DBD, sebut dr. Jusuf, dilakukan dengan menjaga kebersihan lingkungan. “Bersihkan pot, tempat minum hewan, dan kuras bak mandi secara rutin,” katanya.
Ia menegaskan, virus tidak menular antar manusia secara langsung.
“Penularan lewat nyamuk, jadi vektornya harus diberantas,” tuturnya. (P-Zamir)