PRIORITAS, 13/3/25 (Islamabad): Militer Pakistan mengungkapkan pembajakan kereta api Jaffer Express yang mengakibatkan puluhan sandera tewas, ternyata diatur dan diarahkan dari Afghanistan. Tentara Pembebasan Baloch (BLA) mengaku bertanggung jawab atas serangan kereta api di terowongan Balochistan ini.
“Pembajakan kereta api di Balochistan diatur oleh militan yang bermarkas di Afghanistan”, kata Letnan Jenderal Ahmed Sharif Chaudhry, mengutip intelijen saat pengepungan selama 36 jam berakhir pada hari Rabu waktu setempat seperti dikutip Beritaprioritas.com dari The Independent, hari Kamis (13/3/25).
Letjen Chaudhry yang juga direktur jenderal Hubungan Masyarakat Antar-Layanan (ISPR) Angkatan Bersenjata Pakistan, mengungkapkan para pemimpin militan bermarkas di Afghanistan berhubungan menggunakan telepon satelit dengan para penyerang selama insiden pembajakan tersebut.
“Laporan intelijen dengan tegas mengonfirmasi bahwa serangan itu diatur dan diarahkan oleh para pemimpin jaringan teroris yang beroperasi dari Afghanistan, yang berkomunikasi langsung dengan para teroris selama insiden tersebut,” ungkap Letjen Chaudhry..
Pakistan berharap pemerintah sementara Afghanistan akan menjunjung tinggi tanggung jawabnya dan menolak penggunaan wilayahnya untuk kegiatan teroris terhadap Pakistan.
Letjen Chaudhry, juga menegaskan serangan itu “mengubah aturan permainan”, tanpa menyebutkan perubahan apa yang akan terjadi. Ia mengaskan tidak bisa membiarkan siapa pun menargetkan warga Pakistan atas nama majikan asing mereka.
“Siapa pun yang melakukan ini, saya tegaskan, akan diburu dan diadili. Saya juga tegaskan bahwa insiden Jaffer Express ini mengubah aturan main,” katanya.
Pemberontak cari etnis Punjabi
Tentara pemberontak BLA ketika membajak kereta api tersebut, memberikan ultimatum menuntut pembebasan tanpa syarat tahanan politik Baloch, orang-orang yang hilang secara paksa, dan aktivis perlawanan nasional. Pemberontak BLA juga mengatakan telah membunuh 50 penumpang.
Kereta api Jaffer Express itu mengangkut 425 orang, termasuk puluhan petugas keamanan Pakistan, wanita dan anak-anak, sedang dalam perjalanan sejauh 1.000 mil menuju kota Peshawar. Kereta dibajak militan BLA hari Selasa (11/3/25), saat memasuki terowongan di Bolan, sebuah distrik di provinsi barat daya Balochistan.
Ghulam Sarwar, 48, seorang asisten sub-inspektur Polisi Kereta Api Pakistan, mengatakan dia bepergian dengan empat personel kereta api dan lima tentara ketika serangan dimulai, yang diikuti oleh baku tembak hebat.
Ia mengatakan para penyerang secara sistematis memilah penumpang berdasarkan etnis dengan memeriksa kartu identitas mereka. Mereka memilih penumpang etnis Punjabi dan individu yang dicurigai memiliki hubungan dengan militer Pakistan. Mereka yang terpilih langsung dieksekusi.
Penyerang membunuh begitu banyak orang hingga mereka tidak dapat menghitungnya lagi. Pembunuhan terus berlanjut sebelum penyerang lain pergi.
Pasukan keamanan Pakistan menahan diri dari pertempuran habis-habisan, karena pemberontak yang membajak kereta mengenakan rompi bunuh diri berisi bahan peledak, Mereka juga membarikade diri di dalam kereta dengan penumpang.
Hingga Rabu malam, militer mengatakan pasukan keamanan telah menewaskan 33 pemberontak bersenjata dan seluruh penumpang yang tersisa berhasil diselamatkan. Namun, sedikitnya 21 penumpang tewas dalam serangan terhadap kereta tersebut.
Balochistan, yang berbatasan dengan Iran dan Afghanistan, telah lama menjadi tempat kelompok separatis. Mereka menuntut otonomi yang lebih besar dari pemerintah Pakistan dan bagian dari sumber daya alam di wilayah tersebut.
Serangan itu memicu kecaman dan kekhawatiran dari negara-negara di seluruh dunia termasuk AS, China, dan Iran.(P-Jeffry W)