PRIORITAS, 10/9/25 (Doha): Militan Hamas akhirnya mengakui ada 6 orang tewas dalam serangan bom Israel terhadap tempat perlindungan para pimpinan mereka di Doha, Qatar.
Menurut anggota biro politik militan Hamas, Suhail al-Hindi, kepada Al Jazeera TV, mereka yang tewas adalah putra Dr. Khalil al-Hayya, Hammam al-Hayya, dan direktur kantornya, Jihad Lubad.
Tiga pengawal para pemimpin Hamas juga tewas, termasuk Abdullah Abdulwahid, Mo’men Hassouna, dan Martir Ahmad al-Mamlouk.
“Darah para pemimpin gerakan ini seperti darah anak-anak Palestina. Kami juga berduka atas wafatnya Kopral Badr Saad Mohammed al-Humaidi, dari Pasukan Keamanan Dalam Negeri Qatar,” kata Suhail al-Hindi, seperti dikutip Beritaprioritas.com dari Newsweek, hari Rabu (10/9/25).
Ia juga menambahkan mereka kehilangan kontak dengan tiga pengawal putra Hayya, Hammam.
Sedang rapat
Serangan Israel itu terjadi ketika delegasi yang terdiri dari para pimpinan militan Hamas di luar negeri sedang rapat membahas proposal gencatan senjata baru, yang diajukan oleh Presiden AS Donald Trump.
Kementerian Dalam Negeri Qatar mengatakan seorang anggota Pasukan Keamanan Dalam Negerinya tewas dalam serangan Israel di Doha itu.
Kementerian Qatar tidak memberikan rincian lebih lanjut tentang kondisi para pemimpin militan Hamas.
Namun sejumlah informasi menyebut, serangan bom Israel tersebut telah berhasil membunuh 5 pimpinan Hamas yang selama ini bersembunyi di Qatar.
Saksi mata di Doha melaporkan terjadi beberapa ledakan hebat, dengan rekaman media sosial menunjukkan asap dan kepanikan di jalanan.
Mereka yang diduga kuat tewas adalah Mohammed Darwish sebagai ketua Dewan Syura, Khalil al-Khayya pemimpin militan Hamas di Gaza dan memimpin tim negosiasi kelompok tersebut, Zaher Jabarin pengawas kegiatan Hamas di Tepi Barat, Nizar Awadallah tokoh senior di Gaza; dan Khaled Mashal, yang dianggap sebagai pemimpin Hamas di luar negeri.
Qatar, mediator utama dalam konflik tersebut, memperingatkan serangan itu dapat menyabotase upaya perdamaian, terutama karena Israel memerintahkan evakuasi penuh Kota Gaza.
Sudah lama direncanakan
Sumber-sumber Israel menyebut operasi Summit of Fire tersebut telah direncanakan selama berbulan-bulan, tetapi baru-baru ini dipercepat.
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu membela operasi tersebut sebagai langkah menuju perdamaian.
Berbicara di Kedutaan Besar AS di Yerusalem, Benjamin Netanyahu menyampaikan pidato dalam bahasa Ibrani dan Inggris. “Hari-hari bagi para pemimpin teror untuk menikmati kekebalan di tempat tertentu telah berakhir,” katanya.
Dia juga mengeluarkan peringatan kepada musuh-musuh Israel. “Musuh kita harus tahu satu hal — sejak berdirinya Israel, darah orang Yahudi tidaklah murah!”, tegasnya.
Bertindak sendiri
Netanyahu mengatakan Israel bertindak sendiri dalam serangan di Qatar, tanpa melibatkan sekutu dekatnya, Amerika Serikat.
Menurut Netanyahu, Israel bertindak sepenuhnya independen dan mengambil tanggung jawab penuh atas serangan di Qatar. “Kami bertanggung jawab penuh atas tindakan ini,” jelas Netanyahu.
Ia menekankan serangan Israel ke Qatar bertujuan melenyapkan pemimpin teroris di balik serangan 7 Oktober 2023 lalu.
“Mereka adalah pemimpin teroris yang sama yang merencanakan, melancarkan, dan merayakan pembantaian 7 Oktober”, ujarnya.
“Saya berjanji bahwa Israel akan menjangkau mereka yang melakukan kengerian ini. Dan hari ini, Israel dan saya telah menepati janji itu,” tegasnya.
Ia menilai saat ini sebagian besar masyarakat dunia, termasuk sebagian besar negara demokrasi, telah melupakan penyerangan militan Hamas ke Israel 7 Oktober tersebut. Bahkan banyak pemimpin dunia malah mendukung propaganda bohong militan Hamas.
“Mereka telah dengan memalukan melupakan 7 Oktober. Tapi saya tidak lupa. Dan Israel tidak akan pernah lupa. Tidak akan pernah”, tambahnya.
Kecaman dunia
Serangan Israel ke Qatar itu, langsung menuai kecaman internasional. Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengecam serangan itu sebagai pelanggaran mencolok terhadap kedaulatan Qatar.
“Kita baru saja mengetahui serangan Israel di Qatar, negara yang telah memainkan peran sangat positif dalam mencapai gencatan senjata dan pembebasan semua sandera,” ujarnya kepada para wartawan di New York.
Arab Saudi juga mengecam apa yang disebutnya pelanggaran berkelanjutan Israel di kawasan tersebut.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Esmaeil Baghaei, mengecam serangan di Qatar dengan menyebut sangat berbahaya, kriminal, dan melanggar Piagam PBB.
Iran menyatakan serangan Israel itu, merupakan bagian dari kejahatan berkelanjutan terhadap hukum internasional.
Negara dan organisasi lain, termasuk Inggris, Jerman, Mesir, Yordania, Turki, dan Liga Arab, juga mengutuk serangan Israel ke Qatar tersebut.(P-Jeffry W)
No Comments