PRIORITAS, 21/3/25 (Tel Aviv): Pemerintah Mesir dikabarkan bersedia menerima seperempat penduduk Gaza atau sekitar 500.000 jiwa untuk ditempatkan di wilayah Sinai utara. Meski laporan surat kabar terafiliasi dengan Hizbullah ini belum terverifikasi, namun menjadi perkembangan terbaru yang menandakan keretakan dalam negara Arab.
“Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi telah menyetujui rencana untuk merelokasi sementara hingga 500.000 penduduk Gaza —sekitar seperempat dari populasi daerah kantong itu— ke kota yang ditunjuk di Sinai utara”, lapor Al-Akhbar, surat kabar Lebanon yang berafiliasi dengan Hizbullah, seperti dikutip Beritaprioritas.com dari Ynetnews, hari Jumat (21/3/25).
Menurut laporan tersebut, langkah tersebut mengharuskan Mesir untuk membuka perbatasannya bagi penduduk Gaza, yang ingin meninggalkan wilayah tersebut. Pernyataan yang dikemukakan el-Sissi tersebut, disampaikan saat pertemuan puncak Arab baru-baru ini.
Sikap Mesir tersebut kabarnya telah menimbulkan kekhawatiran di Yordania, yang telah menyatakan pihaknya siap menawarkan bantuan terbatas, hanya kepada keluarga korban luka dan berlaku untuk sementara.
Laporan itu juga merujuk pada rencana Amerika Serikat (AS) sebelumnya, yang disampaikan Presiden Donald Trump bersama Perdana Menteri Benjamin Netanyahu. Mereka mengusulkan kontrol Amerika atas Gaza dan pemindahan dua juta penduduknya ke negara lain. Rencana ini menuai kecaman internasional yang luas.
Awal bulan ini, selama pertemuan puncak Liga Arab, Mesir mengajukan rencana rekonstruksi Gaza senilai $53 miliar, mencakup pembangunan tujuh zona perumahan sementara untuk menampung hingga 1,5 juta warga Palestina.
Pemerintah transisi
Menurut laporan tersebut, Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mungkin mempertimbangkan pengerahan pasukan penjaga perdamaian internasional di Gaza.
Rencana tersebut juga menyerukan pemerintahan transisi selama enam bulan, yang dipimpin oleh teknokrat independen di bawah Otoritas Palestina, tanpa ada perwakilan dari faksi teroris di Gaza.
Saat itu, rencana tersebut tidak mencakup kesepakatan Mesir untuk menerima pengungsi Gaza.
Setelah Liga Arab menyetujui usulan Mesir, AS malah menolaknya. Para pejabat di Washington menyatakan, usulan tersebut tidak mencerminkan kenyataan di lapangan, karena Gaza sudah hancur lebur dan tidak layak dihuni.
Penduduknya juga tidak dapat hidup secara manusiawi di tengah kerusakan yang meluas dan terdapat banyak material bom atau ranjau yang belum meledak.
Menanggapi kritik global terhadap konsep relokasi Gaza yang diajukannya, presiden Trump justru mengatakan tidak ada yang mengusir warga Palestina.(P-Jeffry W)