PRIORITAS, 01/01/24 (Jakarta): Waktu tempuh kereta api bandara yang menghubungkan Stasiun BNI City, Jakarta, dengan Bandar Udara Internasional Soekarno Hatta, Cengkareng, Tangerang, Banten, yang saat ini 50 menit, diminta kalau bisa dipercepat menjadi 35 menit. Permintaan itu disampaikan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Erick Thohir, saat menjajal kereta bandara dari Bandara Internasional Soekarno-Hatta menuju Stasiun BNI City, Jakarta, Rabu (1/1/25).
Ia mengatakan, jika waktu tempuh dapat dipersingkat, kereta api bandara akan mampu menjadi pilihan utama transportasi publik. Oleh karenanya, Erick meminta agar waktu tempuh yang mencapai 50 menit ini, dapat dipersingkat demi meningkatkan efisiensi layanan.
“Kita sedang berhitung apakah waktu tempuh bisa dipersingkat menjadi 40 menit atau bahkan 35 menit. Konektivitas antara bandara dan pusat kota harus benar-benar terintegrasi, agar layanan ini menjadi pilihan utama masyarakat,” ujar Erick dalam keterangan di Jakarta, hari ini.
Erick optimistis rencana ini dapat terealisasi dalam waktu enam bulan ke depan. Ia menilai, hal ini merupakan bentuk komitmen pemerintah dalam meningkatkan kualitas transportasi publik yang mendukung efisiensi dan kenyamanan penumpang.
Terkait jangka waktu realisasinya, Erick bilang, “Saya rasa enam bulan cukup untuk merealisasikan rencana ini. Nanti, enam bulan lagi akan kita evaluasi dan tagih progresnya.”
Disampaikannya, Kementerian BUMN terus berupaya meningkatkan aksesibilitas dan kenyamanan transportasi publik bagi penumpang Bandara Internasional Soekarno-Hatta. Sang menteri pun mendorong PT Kereta Api Indonesia (KAI) dan Holding BUMN aviasi dan pariwisata, InJourney, untuk bersinergi dalam meningkatkan pelayanan kereta bandara sebagai moda transportasi yang efektif dan efisien menuju pusat Kota Jakarta.
“Tadi ada kesepakatan antara KAI dan InJourney Airports untuk memaksimalkan konektivitas dari Terminal Bandara Internasional Soekarno-Hatta melalui kereta bandara. Harapannya, layanan ini bisa melayani 10 juta penumpang per tahun, atau sekitar 20 persen dari total penumpang bandara yang mencapai 56 juta per tahun,” kata Erick.
Erick menyampaikan layanan kereta bandara saat ini baru melayani sekitar 1,5 juta penumpang per tahun. Dengan peningkatan kapasitas ini, Erick berharap solusi tersebut tidak hanya mempermudah mobilitas penumpang pesawat tetapi juga membantu mengurangi kemacetan lalu lintas di area sekitar bandara dan jalan tol.
Menurut Erick, peningkatan kapasitas dapat membawa dampak yang besar. Selain memberikan kenyamanan bagi penumpang, beban trafik di sekitar bandara dan jalan tol yang selama ini sering macet total juga dinilai bisa berkurang. (P-ht)