Kemhan RI Sjafrie Sjamsoeddin. (kemhan.go.id)
PRIORITAS, 22/4/25 (Beijing): Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin menekankan, rencana pemerintah Indonesia untuk mengevakuasi warga sipil dari Jalur Gaza, Palestina, tidak dimaksudkan sebagai upaya relokasi.
“Apa yang dilakukan pemerintah adalah evakuasi bukan berarti relokasi masyarakat Palestina ke Indonesia, mereka dievakuasi ke Indonesia untuk menjalani pengobatan tapi bila sudah pulih maka akan kembali ke Palestina,” ucap Menhan Sjafrie di Wisma Negara Diaoyutai pada Senin (21/4/25).
Menteri Pertahanan Sjafrie menyampaikan hal tersebut dalam Pertemuan Tingkat Menteri 2+2 pertama antara China dan Indonesia, yang dihadiri pula oleh Menteri Luar Negeri Sugiono, Menteri Luar Negeri China Wang Yi, serta Menteri Pertahanan China Dong Jun.
“Kami mengecam keras apa yang terjadi atas masyarakat Palestina di Jalur Gaza dan harus diselesaikan dengan mekanisme negosiasi yang bermanfaat bagi semua,” ujar Sjafrie.
Presiden Prabowo telah berdiskusi
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Sugiono menyatakan, dalam kunjungan kenegaraan terakhirnya, Presiden Prabowo telah berdiskusi dengan sejumlah negara di Timur Tengah terkait isu Palestina.
“Kami dalam posisi terbuka untuk memberikan dukungan kemanusiaan kepada Palestina dan mengapresiasi China karena terus mendukung kemerdekaan Plestina dan solusi Dua Negara, termasuk juga mendukung gencatan senjata dan rekonstruksi,” imbuh Menlu Sugiono, dikutip dari Antara.
Presiden Prabowo sebelumnya menyatakan, Indonesia siap mengevakuasi warga sipil yang terdampak konflik di Jalur Gaza akibat perang dengan Israel. Dalam tahap awal evakuasi kemanusiaan, Indonesia berencana menampung sekitar 1.000 warga Gaza.
Prioritas evakuasi pada para korban
Prioritas evakuasi diberikan kepada para korban yang mengalami luka-luka, anak-anak yang kehilangan orang tua, serta individu yang mengalami trauma berat akibat serangan militer Israel.
“Kami siap akan kirim pesawat-pesawat untuk mengangkut mereka. Kami perkirakan jumlahnya 1.000 untuk gelombang pertama,” kata Presiden Prabowo kepada pers sebelum bertolak ke Uni Emirat Arab pada Rabu (9/4/25) lalu.
Prabowo menekankan, evakuasi ini hanya bersifat sementara dan tidak dimaksudkan sebagai pemukiman permanen. Setelah para pengungsi pulih dan situasi di Gaza membaik, mereka akan dipulangkan ke kampung halaman mereka.
Sementara itu, di Gaza, sekitar 2,1 juta penduduk masih terperangkap tanpa akses terhadap makanan, obat-obatan, maupun bahan bakar. Serangan terbaru Israel pada Rabu (9/4/25) lalu, mengakibatkan sedikitnya 35 korban jiwa dan melukai puluhan orang lainnya.
Lebih dari 50.000 warga Gaza telah meninggal sejak perang meletus pada Oktober 2023.
Hingga kini, hanya sedikit negara yang secara terbuka menyatakan kesediaannya untuk mengevakuasi atau menampung warga Gaza, dan Indonesia menjadi salah satu yang telah mengajukan langkah nyata di luar kawasan Timur Tengah.
Dukungan serta menjalin koordinasi
Dalam kunjungan kenegaraannya ke Uni Emirat Arab, Turki, Mesir, Qatar, dan Yordania, Prabowo berupaya menggalang dukungan serta menjalin koordinasi agar rencana ini dapat terlaksana tanpa hambatan dari sisi diplomatik.
“Syaratnya adalah semua pihak harus menyetujui hal ini. Kedua, mereka di sini hanya sementara sampai pulih kembali, dan pada saat pulih dan sehat kembali, kondisi Gaza sudah memungkinkan, mereka harus kembali ke daerah mereka berasal. Saya kira itu sikap Pemerintah Indonesia. Untuk itu, saya harus konsultasi kepada pemimpin daerah tersebut,” tutur Prabowo.
Meski begitu, sejumlah negara di Timur Tengah menolak rencana relokasi permanen karena khawatir hal tersebut dapat dianggap sebagai pengesahan atas pengusiran paksa rakyat Palestina dari tanah kelahiran mereka. (P-Zamir)