PRIORITAS, 17/8/25 (Manado): Bangsa Indonesia hari ini kembali memperingati Hari Proklamasi Kemerdekaan yang ke-80 tahun. Sejak Bung Karno dan Bung Hatta membacakan teks proklamasi pada 17 Agustus 1945, Indonesia terus melangkah maju sebagai bangsa merdeka yang berdaulat.
Bagi Gerakan Penerus Perjuangan Merah Putih (GPPMP) 14 Februari 1946, peringatan ini bukan sekadar seremoni tahunan, melainkan momentum untuk merenungkan makna terdalam dari kemerdekaan.
Ketua GPPMP Sulawesi Utara, Ferry BM Rende mengungkapkan rasa syukurnya atas anugerah kemerdekaan yang diberikan Tuhan, sekaligus penghargaan kepada para pendiri bangsa dan pahlawan yang telah berkorban demi merah putih.
“Pertanyaan besar yang perlu kita renungkan adalah apa sebenarnya makna kemerdekaan bagi kita semua, anak bangsa Indonesia? Dan khususnya, bagaimana segenap masyarakat bangsa ini memaknai kemerdekaan itu dan tidak ada lagi penindasan kepada kaum minoritas?” ungkap wartawan senior ini.
Menurut Rende, kemerdekaan sejati bukan hanya bebas dari penjajahan fisik atau penindasan, melainkan juga kebebasan batiniah sesuai iman Kristen.
“Alkitab menegaskan bahwa kemerdekaan hakiki adalah kebebasan dari dosa dan kuasa kegelapan melalui Yesus Kristus, Sang Juru Selamat dunia,” ujar Ferry dalam pernyataannya usai mengikuti detik-detik proklamasi di Minahasa, Minggu (17/8/25).
“Kemerdekaan adalah karunia Tuhan yang harus disyukuri dan dimanfaatkan secara positif,” sambung mantan Stafsus Gubernur Sulut dan DKI Jakarta ini menjelaskan.
Dengan pemaknaan itu, Rende mengajak seluruh elemen bangsa, termasuk insan GPPMP yang telah berjanji mempertahankan merah putih hingga tetes darah penghabisan untuk menjadikan perayaan kemerdekaan ke-80 tahun ini sebagai dorongan untuk semakin mencintai Indonesia, menghidupi kebenaran, dan menebarkan kasih kepada sesama. “Merdeka, merdeka, merdeka! Merah Putih tetap jaya,” pungkas Rende. (P-bwl)