PRIORITAS, 2/7/24 (Jakarta): Di tahun 2029 atau lima tahun lagi, Indonesia dicanangkan menjadi lumbung pangan dunia untuk komoditas beras. Dan pada saat itu, produksi beras diyakini akan meningkat sampai dengan 12,5 juta ton.
Menteri Pertanian (Mentan), Amran Sulaiman membeberkan itu dalam acara Investor Daily Roundtable (IDR) bertajuk “Menjaga Tata Kelola Pangan Menuju Ketahanan Pangan” di Plataran, Senayan, Jakarta, pada Selasa (2/7/24).
Selanjutnya, Amran menerangkan, perlu solusi cepat namun terukur untuk Indonesia swasembada hingga menjadi lumbung pangan dunia. Apalagi saat ini banyak dari negara berstatus hampir kelapaan dan telah kelaparan. Kondisi ini yang memaksa mesti ada solusi jangka pendek yang memadai dalam rangka menjawab masalah pangan tersebut.
“Ada 10 negara kelaparan dan ada 59 negara di dunia itu terancam kelaparan. Penduduk yang sudah kelaparan, bukan terancam, itu 970 juta orang, hampir 1 miliar orang sekarang kelaparan,” urai Amran.
Peta jalan bagi Indonesia
Karena itu, menurutnya, menyadari persoalan pangan yang ada, Pemerintah Indonesia telah menetapkan peta jalan bagi Indonesia menuju swasembada dan lumbung pangan dunia untuk tahun 2024-2029. Peta jalan ini antara lain memuat upaya pompanisasi, optimalisasi waduk, mencetak sawah, perbaikan irigasi, hingga pada saatnya Indonesia dapat mengekspor beras dan menyalurkan bantuan beras untuk kemanusiaan.
Amran melanjutkan, dimulai pada 2024 menjadi tahun bagi pemerintah Indonesia melakukan persiapan dan perencanaan yang matang. Tetapi di samping itu, pemerintah juga mulai untuk melancarkan program pompanisasi terhadap satu juta hektare lahan.
Kemudian, memasuki tahun 2025, Indonesia akan masuk pada tahap dimana produksi beras naik sampai dengan 2,5 juta ton per tahun. Program pompanisasi masih dilanjutkan untuk satu juta hektare lahan lainnya. Sedangkan untuk menggenjot produksi beras, pemerintah RI bakal turut mengoptimalkan 61 waduk yang ada.
Swasembada, lalu ekspor
Selanjutnya pada 2026, pemerintah RI mencanangkan produksi beras akan meningkat secara signifikan yakni sebesar lima juta ton. Pada saat sama, Indonesia akan memulai untuk mencetak lahan rawa mineral menjadi sawah dengan target satu juta hektare. Selain itu, ditargetkan pula adanya perbaikan irigasi untuk satu juta hektare lahan dan melanjutkan optimalisasi 61 waduk.
Lalu pada 2027, hal yang sama pada tahun sebelumnya masih dilancarkan, seperti mencetak satu juta hektare sawah baru, perbaikan irigasi untuk satu juta hektare lahan lainnya, dan optimalisasi 61 waduk. Saat itu akan menjadi tahap swasembada beras bagi Indonesia, dimana produksi beras diharapkan dapat meningkat sampai 7,5 juta ton.
Sesudah mencapai swasembada, Indonesia berencana memulai ekspor beras pada tahun 2028, dengan dukungan peningkatan produksi beras sampai 10 juta ton. Meski begitu, pemerintah Indonesia tetap menargetkan mencetak satu juta hektare lahan sawah baru. Sehingga pada akhir 2028 akan ada sebanyak tiga juta hektare lahan sawah baru yang dimiliki Indonesia.
Sampailah pada tahun 2029, dimana Indonesia diharapkan dapat menggapai cita-citanya menjadi lumbung pangan dunia untuk komoditas beras dengan target produksi meningkat sampai 12,5 juta ton. Meski beras melimpah, pemerintah masih akan mencetak satu juta hektare sawah dan melanjutkan ekspor beras. Indonesia akan mengambil peran lebih dengan mengirim bantuan beras kemanusian kepada negara-negara yang membutuhkan.
“Persoalan pangan tidak perlu kita bahas (lagi), kita akan menjadi lumbung pangan dunia dan bisa memberikan bantuan pada negara saudara-saudara kita yang kelaparan,” beber Amran.
Dia bilang, menjadi negara yang swasembada beras hingga menjadi lumbung pangan dunia tentu bukan suatu yang mudah untuk diwujudkan. Diperlukan kolaborasi dan kebesaran hati semua pihak mendukung cita-cita tersebut, termasuk para pengimpor beras.
“Ada yang mengatakan itu tidak mudah, memang itu tidak mudah, sukses itu tidak mudah. Yang mudah itu bangun-tidur-makan, bangun-tidur-makan, itu yang mudah. Yang susah adalah menembus cita-cita yang kita inginkan,” demikian demikian Amran Sulaiman. (P-INV/jr) — foto ilustrasi istimewa