PRIORITAS, 6/10/24 (Jakarta): Pancasila merupakan kekuatan utama yang dapat menjadi penengah dalam konflik horizontal akibat intoleransi. Demikian pernyataan Akademisi Universitas Gadjah Mada (UGM), Leonard Chrysostomos Epafras menegaskan.
Dalam keterangannya, Minggu (6/10/24), Leonard Chrysostomos Epafras, mengatakan, Indonesia telah banyak belajar dari berbagai insiden yang dipicu oleh isu keagamaan.
DIkatakan, dari kebanyakan kasus intoleransi di Indonesia, pokok permasalahannya bukanlah dari berbedanya agama yang dianut.
Disebut dia, konflik terjadi karena ada relasi mayoritas dan minoritas atau kecemburuan pihak mayoritas terhadap yang dimiliki suatu kelompok dimana jadi menjadi bagian minoritas di suatu wilayah.
Ketimpangan karena faktor ekonomi
Ia menyebutkan, ketimpangan yang awalnya murni karena faktor ekonomi menjadi makin melebar karena dikait-kaitkan dengan isu perbedaan agama, bahkan seolah menjadi legitimasi atas kecemburuan sosial yang dirasakan.
Nah, untuk menyelesaikan masalah-masalah tersebut, Pancasila hadir sebagai jembatan perbedaan suku, ras, dan agama.
Leonard berharap, masyarakat bisa lebih matang dan bijaksana dalam menghadapi isu yang berpotensi menimbulkan polarisasi dan gesekan horizontal dengan memedomani kembali Pancasila.
“Jangan sampai kita mundur ke era pra-Pancasila ketika kita tidak punya konsep bersama. Pancasila mungkin bisa ditafsirkan dengan bermacam cara, tetapi tetap menjadi cara kita untuk saling terikat dan berhasil menjadi Indonesia yang seutuhnya,” kata Leonard Chrysostomos Epafras, seperti dilansir Beritaprioritas.com. (P-jr) — foto ilustrasi istimewa