PRIORITAS, 28/6/25 (Washington): Berbagai spekulasi bahkan rumors (sebagian besar ternyata hoaks, Red) beredar di publik melalui media sosial, pasca perang 12 hari Israel-Iran. Terkini, dilaporkan, Amerika Serikat (AS) telah menembakkan hingga 80 Rudal THAAD atau setara 20 persen dari total persediaan global, selama pertempuran untuk melindungi Israel dalam konflik dengan Iran.
“Sistem pertahanan area ketinggian terminal (THAAD) yang dikerahkan AS di Israel telah menghabiskan 15-20 persen dari persediaan rudal global dalam 11 hari pertempuran, menghabiskan lebih dari US$800 juta hanya untuk Rudal pencegat,” tulis Newsweek, Kamis (26/6/25), yang dikutip Beritaprioritas, Sabtu (28/6/25).
Namun, laporan tersebut hanya berdasarkan analisis para ahli dari data sumber terbuka, termasuk rekaman video langit di atas Amman, Yordania, dari 13–24 Juni. Video memperlihatkan setidaknya 39 rudal THAAD diluncurkan dari Israel. Di periode yang sama, sistem pertahanan udara Israel juga menembakkan 34 Rudal Arrow-3 dan 9 Rudal Arrow-2.
Berbiaya belasan triliunan rupiah
Sementara itu, menurut situs Military Watch, peluncuran Rudal yang terekam video kemungkinan hanya 50–66 persen dari total. Artinya, AS bisa saja menembakkan 60–80 Rudal dalam 11 hari konflik.
Adapun dengan harga per Rudal THAAD antara US$12 juta hingga US$5 juta, menurut data Badan Pertahanan Rudal (MDA) Pentagon, biaya untuk 60–80 Rudal mencapai US$20 juta hingga US$1,2 miliar (setara Rp11,8 triliun hingga Rp19,7 triliun).
Diketahui, produksi rudal THAAD juga sangat terbatas. Pada tahun fiskal 2025, AS hanya memproduksi 12 unit, dan merencanakan 32 unit untuk tahun fiskal 2026.
“Ini berarti AS akan membutuhkan waktu setidaknya dua tahun untuk mengganti jumlah Rudal yang ditembakkan sistem THAAD selama 11 hari pertempuran di Israel,” ungkap Sam Lair.
Spekulasi itu ditollak Pentagon
Namun begitu, pihak Pentagon (Kementerian Pertahanan RI), menolak memberikan komentar terkait estimasi tersebut.
Berdasarkan laporan, AS diketahui mengerahkan baterai THAAD pertama ke Israel pada Oktober 2024. Baterai kedua dijadwalkan tiba April 2025, meski belum dikonfirmasi secara resmi oleh Pentagon.
Kendati THAAD berhasil mencegat banyak target bernilai tinggi, beberapa peluncuran dianggap tidak efektif secara taktis dan ekonomis.
“Misalnya, serangan terhadap Tel Aviv pada 18 Juni 2025, ketika serangkaian hulu ledak THAAD diluncurkan untuk mencegat umpan atau Rudal yang tidak ditujukan ke lokasi penting,” kata Boyko Nikolov, editor situs Militer Bulgaria.
Perlu lebih hemat biaya
Sementara itu, para ahli menyoroti ketimpangan biaya dalam sistem pertahanan: Rudal Iran rata-rata bernilai di bawah US$1 juta, sedangkan THAAD, Arrow-2, dan Arrow-3 bisa mencapai belasan juta dolar per unit.
“Menipisnya amunisi di Israel, tempat AS menempatkan dua dari tujuh baterai THAAD-nya di seluruh dunia, menggarisbawahi perlunya solusi yang lebih hemat biaya,” ujar Nikolov.
“Mengandalkan sistem berbiaya tinggi seperti THAAD tidak dapat dipertahankan dalam konflik berkepanjangan, terutama menghadapi serangan besar-besaran dan berbiaya rendah,” ujarnya.
Diketahui, sistem THAAD terdiri dari radar AN/TPY-2, stasiun kendali, peralatan teknis, dan enam peluncur yang memuat total 48 Rudal siap tembak. Rudal THAAD memiliki jangkauan 200 km dan mampu mencegat Rudal Balistik di ketinggian hingga 150 km dengan teknologi tabrakan langsung (hit-to-kill), tanpa bahan peledak.
Kendati disebut sebagai salah satu sistem pertahanan udara terbaik di dunia, tetapi ini menunjukkan keterbatasan dalam beberapa momen pertempuran. Salah satunya saat digunakan bersama sistem Arrow untuk mencegat Rudal Houthi pada 4 Mei, tetapi keduanya gagal mengenai sasaran. (P-*r/Bst/jr)