30.6 C
Jakarta
Tuesday, February 4, 2025
spot_img

    Kerusakan habitat, jadikan Indonesia negara dengan serangan buaya terbanyak di dunia

    Terkait

    PRIORITAS, 31/1/25 (Jakarta): The Crocodile Foundation, organisasi konservasi berbasis di AS, menyatakan Indonesia sebagai negara dengan jumlah serangan buaya terhadap manusia terbanyak di dunia. Berdasarkan data di seluruh dunia, lebih dari 1.000 serangan terjadi dalam satu dekade terakhir, mengakibatkan 486 kematian.

    Laporan terbaru Channel News Asia, Media Singapura, Jumat (31/1/25) mengungkap faktor utama di balik meningkatnya konflik manusia dan buaya ialah kerusakan habitat. Hal itu terjadi karena aktivitas tambang ilegal, terutama di Bangka-Belitung, salah satu daerah dengan kasus serangan tertinggi di Indonesia.

    Tiga provinsi tertinggi serangan buaya 

    Menurut studi Biological Conservation (April 2023), Bangka-Belitung bersama Nusa Tenggara Timur dan Kalimantan Timur merupakan tiga provinsi dengan jumlah serangan buaya tertinggi. Bahkan, dalam enam tahun terakhir, jumlah korban tewas akibat serangan buaya di Bangka melonjak signifikan, dengan lebih dari 60 kematian sejak 2016, termasuk 10 korban jiwa hingga November 2024, menurut data Alobi Foundation, organisasi penyelamat satwa liar setempat.

    “Dibanding 2016, jumlahnya meningkat drastis,” kata Langka Sani, pendiri Alobi Foundation. Meningkatnya serangan buaya, sehingga menyebabkan Indonesia jadi negara tertinggi di dunia, tidak bisa dilepaskan dari kerusakan lingkungan akibat eksploitasi tambang timah ilegal. “Konflik ini meningkat karena habitat buaya makin rusak. Ini seperti bom waktu,” kata Langka.

    Diketahui, Bangka merupakan penghasil 90 persen timah nasional, yang menjadi bahan baku utama berbagai perangkat elektronik. Laporan sebelumnya menyebut, perusahaan teknologi global seperti Apple dan Samsung mendapatkan timah dari Bangka.

    Namun, aktivitas tambang yang dahulu dikendalikan oleh PT Timah kini semakin liar. Tambang ilegal merebak di mana-mana, bahkan di hutan lindung dan area pemukiman. “Tambang ilegal ada di belakang sekolah, dekat perkantoran, bahkan di tepi muara tempat buaya tinggal,” ungkap Langka.

    Sensitif terhadap suara

    Buaya muara (Crocodylus porosus) yang bisa tumbuh hingga tujuh meter dengan berat hampir satu ton, sangat sensitif terhadap suara. Aktivitas tambang yang bising memaksa mereka bermigrasi atau menjadi agresif. “Mereka bisa menyerang penambang atau berpindah ke daerah baru. Tapi kalau habitat barunya sudah ditempati buaya lain, mereka akan bertarung berebut wilayah,” jelas Langka.

    Selain merusak habitat buaya, penambangan ilegal juga menghancurkan ekosistem sungai di Bangka. Saat ini Bangka memiliki 97 sungai yang mengalir melewati desa dan kota, termasuk Pangkalpinang. Dredging (pengerukan) dalam aktivitas tambang membuat air sungai keruh dan berlumpur, sehingga warga kesulitan melihat keberadaan buaya yang bersembunyi di dalamnya. Selain itu, sedimentasi akibat tambang mengurangi aliran sungai, yang berdampak pada ekosistem pesisir.

    Kerusakan terumbu karang dan berkurangnya populasi ikan, kepiting, serta udang membuat buaya kehilangan sumber makanan alaminya. “Buaya sebenarnya tidak memangsa manusia. Tapi kalau mereka kelaparan, mereka terpaksa mencari sumber makanan lain,” kata Langka dilansir dari Beritasatu.com. “Serangan ini bisa jadi bentuk perlawanan, bukan sekadar berburu makanan,” sambungnya terkait Indonesia jadi negara dengan tingkat serangan buaya tertinggi di dunia. (P-wr)

    - Advertisement -spot_img

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    - Advertisement -spot_img

    Terkini