PRIORITAS, 3/12/24 (Jakarta): Pemberdayaan antariksa dengan sumber daya yang melimpah juga kini ditekuni intens para ilmuwan Indonesia, yang sebenarnya hal ini juga telah mulai disuarakan oleh Bung Karno, Presiden Pertama RI, dulu.
Kali ini, melalui Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Indonesia menggandeng perusahaan negara untuk aktivitas antariksa Rusia, Roscosmos State Space Corporation guna mematangkan rencana pembangunan bandar antariksa pertama di Indonesia melalui pertemuan yang digelar di Jakarta, Senin (2/12/24) kemarin, seperti dikutip Beritaprioritas.com, Selasa (3/12/24) ini.
“Saya berharap kita dapat melangkah maju dan menjalin kerja sama, serta mewujudkan pembangunan bandar antariksa tersebut sesegera mungkin,” kata Kepala BRIN, Laksana Tri Handoko dalam keterangannya di Jakarta.
Dibangun di Biak
Sementara itu, Kepala Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN, Robertus Heru Triharjanto mengungkapkan, Biak menjadi lokasi yang cocok karena semua kebutuhan logistik telah tersedia. Konsep pengembangan bandar antariksa ialah sebagai open spaceport, yang dikelola secara komersial oleh pihak swasta, sehingga dapat digunakan oleh siapa saja dengan mekanisme pembayaran.
Disebutkan, setidaknya ada empat pihak yang akan terlibat dalam kerja sama ini. Yaitu BRIN, Roscosmos, PT URPI, dan Glavkosmos Rusia. Karena itu, lanjut Heru, hal yang harus dilakukan dalam hubungan kerja sama BRIN dan Roscosmos berdasarkan perjanjian government to government tentang aktivitas antariksa kedua negara ialah membuat dua perjanjian.
Yang pertama, yaitu perjanjian tentang pengamanan teknologi. Dan yang kedua perjanjian pelaksanaan tentang pengawasan bersama peluncuran antariksa Indonesia.
Dikatakan, anak perusahaan Roscosmos, yakni Glavkosmos menjadi organisasi yang ditunjuk dalam implementasi pelaksanaan kerja sama ini.
Sementara BRIN dan PT URPI sudah menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) pada 2023 untuk penyelenggaraan bandar antariksa, yang kemudian akan ditingkatkan menjadi perjanjian pembangunan serta pengoperasian bandar antariksa.
“Berdasarkan hukum keantariksaan Indonesia, kegiatan peluncuran antariksa di Indonesia harus dilakukan oleh operator terdaftar Indonesia. Oleh karena itu, antara Glavkosmos dan URPI perlu menyepakati joint venture agreement,” ujar Heru, seperti dilansir Antara.
Biak dan Morotai potensial
Seperti kata Heru, Deputi Direktur Jenderal Roscosmos State Space Corporation untuk Kompleks Antariksa dan Sains, Alexander Bloshenko menyebutkan, Biak dan Morotai potensial untuk dibangun bandar antariksa. Kedua lokasi tersebut secara geografis dinilai sangat baik karena dekat dengan garis khatulistiwa.
Posisi ini, kata dia, dapat menguntungkan terkait massa muatan yang diluncurkan dalam orbit geostasioner dan geotransisi.
Selanjutnya Alexander menilai, rencana ambisius untuk menciptakan berbagai konstelasi orbital tidak akan terlaksana jika Indonesia tidak memiliki akses independen dan terjamin ke antariksa.
“Melihat kemajuan Indonesia dalam teknologi, sains, dan pendidikan, kami yakin negara Anda siap dan bahkan harus memiliki kemampuan peluncuran nasional sendiri,” tegas Alexander Bloshenko. (P-jr)