PRIORITAS, 21/8/25 (Jakarta): Menteri Pertanian (Mentan) Indonesia, Andi Amran Sulaiman, mengakui kelapa bisa menjadi sumber pendapatan raksasa bagi negara. Dengan hilirisasi kelapa saja, Indonesia dapat meraup pendapatan Rp2.600 triliun.
Menurut Mentan, saat ini ekspor kelapa mentah RI kurang lebih menghasilkan Rp 26 triliun. Apabila komoditas ini diolah menjadi coconut milk ataupun VCO, nilainya bisa naik hingga 100 kali lipat atau 10.000%.
“Artinya apa? Kalau Rp 26 triliun yang kita ekspor sekarang, kemudian kita hilirisasi itu menjadi Rp 2.600 triliun,” jelas Amran, dalam Rakornas Kadin Indonesia Bidang Koperasi dan UMKM 2025 di The Ritz-Carlton Jakarta, Mega Kuningan, seperti dikutip Beritaprioritas.com, hari Kamis (21/8/25).
Menteri Amran sendiri optimistis proyeksi tersebut bisa tercapai dengan kerja sama semua pihak.
Modal pabrik murah
Modal yang dibutuhkan untuk membangun satu pabrik pengolahan kelapa pun, menurutnya cukup murah. Diperkirakan modalnya hanya mencapai Rp.30 miliar.
Karena itu ia menyarankan agar para pelaku usaha kelapa bisa patungan untuk membangun pabrik tersebut. Sebut saja ada sebanyak 1.000 pengusaha yang patungan untuk satu pabrik, maka modal yang perlu dikeluarkan hanya sekitar Rp 30 juta per pengusaha.
“Itu bisa. Murah pabriknya. Itu cuma berapa? Rp 30 miliar satu biji, murah. Kalau Rp 30 miliar, UMKM berkumpul 1.000. Ya, Rp 30 juta (per UMKM). Omsetnya sisihkan satu bulan,” ujarnya.
Indonesia menyimpan potensi besar di sektor kelapa, tak heran sejumlah negara pun tertarik melakukan investasi di bidang tersebut.
Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) mencatat China sudah menanamkan investasi mencapai US$ 100 juta atau sekitar Rp 1,67 triliun di Indonesia, untuk pembangunan pabrik atau fasilitas pengelolaan kelapa.
Harga kelapa mulai naik
Permintaan global yang terus meningkat, turut mendorong kenaikan harga kelapa secara signifikan.
Misalnya pada bulan April 2025 lalu, harga kelapa kupas tertinggi berada di Pasar Induk Kramat Jadi Rp 20.000/butir. Bahkan ada beberapa pedagang di lapangan yang mengaku menjual hingga Rp 25.000/butir.
Seperti dilaporkan Bergelora.com, Indonesia saat ini mulai aktif dalam ekspor kelapa mentah.
Mentan menyebutkan kebutuhan kelapa dunia meningkat seiring pergeseran pola pangan di India, Eropa, dan China.
Statistik Perkebunan 2023-2025 mencatat China menjadi negara tujuan utama komoditas kelapa Indonesia dengan persentase sebesar 17,42% atau US$ 228.947 (sekitar Rp 3,74 miliar).
Di posisi kedua ada Malaysia sebesar US$ 209.812 (15,96%), Belanda US$ 146.561 (11,15%), Amerika Serikat US$ 111.300 (8,47%), Srilanka US$ 84.248 (6,41%), Korea Selatan US$ 52.725 (4,01%), dan Thailand US$ 22.946 (1,75%).(P-Jeffry W)