27.9 C
Jakarta
Friday, July 11, 2025

    Palestina akhirnya akui pimpinan militan Hamas Mohammad Sinwar tewas terbunuh

    Terkait

    PRIORITAS, 23/5/25 (Jalur Gaza): Pihak Palestina akhirnya mengakui pimpinan tertinggi de facto militan Hamas Mohammad al-Sinwar (56 tahun) telah ditemukan tewas.

    Adik dari mantan pemimpin politik militan Hamas, Yahya al-Sinwar itu, tewas bersama tokoh Hamas lainnya dalam serangan udara Israel di terowongan bawah tanah, awal pekan ini.

    Berita kematiannya hampir sepekan sempat masih simpang siur. Pihak militer Israel juga belum secara jelas mengakui Mohammad Sinwar telah tewas.

    Namun meski tidak secara resmi diumumkan,  dua sumber Palestina yang dekat dengan militan Hamas, mengungkapkan Mohammad al-Sinwar telah ditemukan tewas tertimbun reruntuhan bunker bawah tanah.

    “Jenazahnya sudah ditemukan dan kini dikubur sementara di dalam sebuah terowongan di Jalur Gaza”, kata dua sumber Palestina mengatakan kepada media Asharq Al-Awsat, seperti dikutip Beritaprioritas.com, hari Jumat (23/5/25).

    Bom penghancur bunker

    Militer Israel menghancurkan markas bawah tanah militan Hamas di dekat Rumah Sakit Eropa di sebelah timur Khan Younis.

    Serangan itu dilakukan setelah intelijen Israel yakin tokoh-tokoh penting militan Hamas berada di dalamnya, termasuk Muhammad Sinwar, Mohammad Shabana, Rawhi Mushtaha dan Sameh al-Siraj.

    Diduga kuat para pejabat militan Hamas tersebut sedang melakukan rapat, terkait perang besar degan Israel di Jalur Gaza.

    Israel menggunakan sejumlah bom penghancur bunker yang diluncurkan dari pesawat jet tempur.

    Tanah di sekitar Rumah Sakit Eropa itu terlihat meledak dan ambruk, serta menimbulkan sejumlah lobang besar.  Itu akibat runtuhnya markas dan terowongan bawah tanah militan Hamas.

    Sumber Palestina mengungkapkan, mayat-mayat para pejabat Hamas itu ditemukan di bawah reruntuhan terowongan, yang menjadi sasaran serangan itu.

    Sudah beritahu keluarga

    Mohammad al-Sinwar adalah tokoh penting Brigade Izz al-Din al-Qassam, sayap bersenjata Hamas, dan diyakini memainkan peran kunci dalam merencanakan serangan Banjir Al-Aqsa pada 7 Oktober 2023 di Israel selatan.

    Sekitar 1200 warga Israel tewas dan 250 lainnya diculik militan Hamas dalam serangan tersebut.

    Serangan itu akhirnya memicu perang besar dengan Israel yang berlangsung hingga kini.

    Kakak Mohammad, yakni Yahya al-Sinwar, yang sempat memimpin militan Hamas di Jalur Gaza, sebelumya sudah tewas dalam operasi militer Israel pada Oktober 2024 lalu.

    Menurut sumber Palestina pertama, militan Hamas sudah memberitahu keluarga al-Sinwar tentang kematian Mohammad dua hari lalu.

    Hamas juga memberitahu keluarga beberapa komandan lain, yang tewas dalam serangan sama.

    Dikubur di dalam terowongan

    Sumber kedua mengatakan unit khusus Brigade Qassam (cabang militan Hamas) dengan susah payah menggali terowongan markas yang runtuh setelah pemboman Israel.

    Mereka menemukan sejumlah mayat, dan mengonfirmasi kematian Mohammad al-Sinwar dan beberapa komandan lapangan.

    Mereka menggunakan metode penggalian yang sama untuk mengambil jenazah pejabat senior militan Hamas lainnya, Rawhi Mushtaha dan Sameh al-Siraj.

    Sumber tersebut mengatakan jenazah-jenazah mereka dipindahkan ke terowongan lain untuk dimakamkan sementara.

    “Jenazah-jenazah tersebut diselimuti dan dikubur di bawah tanah,  karena alasan keamanan,” ungkap sumber tersebut.

    Militan Hamas memberitahukan kepada keluarga, jenazah mereka tidak dibawa ke permukaan dan diperkirakan akan tetap dikubur di dalam terowongan, sampai situasi keamanan memungkinkan pemakaman yang layak di luar.

    Semua tewas

    Selain mengonfirmasi kematian Mohammad al-Sinwar, sumber tersebut juga mengungkapkan sang komandan tidak sendirian. Ia ditemani sejumlah pejabat penting militan Hamas  lainnya.

    Mereka semua tak ada yang selamat dan tewas terkubur di bawah reruntuhan beton dan tanah akibat serangan militer Israel.

    Terowongan itu, memang sudah lama menjadi tempat persembunyian mereka di Gaza selatan.

    “Mohammad Shabana, komandan Brigade Rafah, dan komandan batalyon lain dari brigade yang sama, yang identitasnya tidak diungkapkan, berada bersama Sinwar pada saat serangan itu,” kata sumber itu.

    Menurut sumber tersebut, Sinwar dan Shabana baru tiba di terowongan,  hanya tiga hari sebelum serangan.

    Ia sebenarnya dijadwalkan segera pergi setelah pertemuan mereka, tetapi keberangkatan mereka ditunda karena alasan keamanan.

    Sumber lapangan tambahan mengatakan serangan yang sama juga menewaskan Mahdi Kawarea, komandan batalion barat Brigade Khan Younis.

    Kawarea tidak berada di dalam terowongan, tetapi terbunuh ketika serangan udara menghantam rumah tempat dia berada.

    Ia tampaknya tewas saat memasuki atau keluar terowongan, melalui salah satu titik akses yang tersembunyi di dalam kediamannya tersebut. (P-Jeffry W)

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    Terkini