Jalan Trans Sulawesi Tolitoli–Buol di ruas Bajugan–Dongingis, ambruk dihantam abrasi ombak. (Ist.)PRIORITAS, 14/11/25 (Palu): Jalan Trans Sulawesi yang menghubungkan transportasi darat dua Kabupaten yakni Tolitoli dan Buol, Sulawesi Tengah (Sulteng), tepatnya di ruas Bajugan–Dongingis kini ambruk akibat abrasi. Hantaman abrasi gelombang pantai selama beberapa bulan terakhir menyebabkan sebagian badan jalan amblas dan talut penahan gelombang runtuh.
Kondisi tersebut membahayakan pengguna jalan dan mengancam terputusnya akses transportasi sebagai nadi perekonomian masyarakat di kawasan utara Sulteng ini.
Kepala Balai Pelaksana Jalan Nasional (BPJN) Sulteng, Bambang Razak ST, MT, mengatakan saat ini ruas jalan yang mengalami kerusakan akibat abrasi sudah ditangani pihaknya dengan penanganan sementara menggunakan sandbag (karung pasir).
“Kerusakan pas batu oprit saat ini akibat abrasi gelombang tinggi dan tahun 2026 akan ditangani pekerjaannya permanen,” kata Bambang Razak kepada Beritaprioritas Jumat (14/11/25) menjawab pertanyaan ambruknya ruas jalan Bajugan Dongingis di jalur Trans Sulawesi Tolitoli ke Buol.
Celah menganga
Dilansir dari Butolpost.com disebutkan sebagian titik di ruas jalan Bajugan–Dongingis tampak rusak berat. Bahu jalan yang dulunya kokoh kini tergerus air laut, menyisakan celah menganga di tepi aspal. Di beberapa bagian, pondasi jalan menggantung tanpa penahan di bawahnya yang menandakan betapa parahnya kerusakan badan jalan.
Kondisi ruas jalan ditangani pengawasan Balai Pelaksan Jalan Nasional (BPJN) Sulteng ini membuat warga dan pengguna jalan resah. Jalur ini merupakan penghubung vital nadi ekonomi masyarakat antara Tolitoli dan Buol, tidak hanya untuk aktivitas harian masyarakat, tetapi juga arus distribusi logistik antarwilayah.
“Kami sangat khawatir. Kalau jalan ini putus, perekonomian bisa lumpuh. Hasil pertanian dan ikan tidak bisa dikirim ke kota,” ujar Iwan, seorang sopir truk yang kerap melintas di rute tersebut.
Langkah darurat

Pihak BPJN Sulteng mengatasi kerusakan jalan untuk sementara dengan penanganan menggunakan karung pasir. (Ist.)
Pemerintah Kabupaten Tolitoli telah menurunkan tim teknis dari Dinas PUPR untuk meninjau dan melakukan langkah darurat. Di beberapa titik, tampak rambu peringatan dan penimbunan sementara dengan material batu dan karung pasir. Namun, langkah itu belum cukup untuk menahan derasnya gelombang laut yang terus mengikis pinggir jalan, terutama saat air pasang tinggi.
Menurut Kepala Dinas PUPR Tolitoli, Ir. Fajar Suko Syuhadha, perbaikan permanen akan membutuhkan pembangunan kembali struktur talut penahan ombak dan penguatan pondasi sepanjang ruas yang terdampak. “Kita sudah melaporkan ke Pemerintah Provinsi dan Balai Jalan Nasional. Diharapkan segera ada bantuan anggaran untuk penanganan cepat,” ujarnya.
Sementara itu, pengguna jalan diimbau untuk berhati-hati dan mengurangi kecepatan ketika melintas di kawasan rawan abrasi. Beberapa pengendara bahkan memilih jalur alternatif meski harus menempuh jarak lebih jauh. “Lebih aman mutar, daripada mobil terperosok ke laut,” tutur Rahman, warga Desa Bajugan.
Fenomena abrasi yang terjadi di pesisir Dakopamean ini disebut sebagai akibat kombinasi cuaca ekstrem, kenaikan muka air laut, dan minimnya perlindungan alami seperti vegetasi mangrove. “Abrasi di Tolitoli menunjukkan pentingnya pendekatan ekologis dalam pembangunan infrastruktur pantai. (P-*/Elkana Lengkong)
No Comments