27.4 C
Jakarta
Tuesday, June 17, 2025

    Jadi pengimbang di BRICS, Indonesia tak perlu khawatirkan hubungan dengan AS

    Terkait

    PRIORITAS, 8/1/25 (Jakarta): BRICS merupakan blok ekonomi yang terdiri dari lima negara besar dengan ekonomi yang berkembang pesat. BRICS telah lama menjadi kekuatan dalam perdagangan dan geopolitik global. Indonesia, dengan kekuatan ekonomi terbesar di Asia Tenggara dan populasi lebih dari 270 juta jiwa, dianggap memiliki potensi besar untuk memberi kontribusi lebih besar dalam dinamika ekonomi dunia.

    Keputusan Indonesia untuk bergabung dengan BRICS mencerminkan kebutuhan untuk memperkuat posisi Indonesia di panggung internasional. Indonesia bisa berperan sebagai jembatan antara negara-negara berkembang dan negara-negara maju, terutama dalam upaya memperjuangkan kepentingan negara-negara berkembang dalam berbagai forum global.

    Anggota Dewan Ekonomi Nasional (DEN), Mari Elka Pangestu menilai bergabungnya Indonesia sebagai anggota penuh aliansi Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan (BRICS) menjadi pengimbang keanggotaan dari kelompok negara maju dan negara berkembang.

    “Dari forum-forum yang kita menjadi anggota, BRICS itu menjadi salah satu pengimbang bahwa ada kelompok negara sedang berkembang, tapi kita juga menjadi anggota di kelompok-kelompok yang ada negara maju dan negara sedang berkembang,” kata Mari Elka saat ditemui di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (7/1) malam.

    Mari Elka mengatakan bahwa sisi positif yang bisa dilihat dari keanggotaan penuh RI dalam aliansi BRICS adalah Indonesia bisa memperjuangkan isu-isu yang terkait dengan negara berkembang di forum tersebut, dan forum multilateral lainnya.

    Sisi positif kedua, Mari Elka menilai Indonesia bisa menjadi jembatan antara kepentingan negara berkembang dan isu yang dibahas di forum multilateral, yang dianggap perlu diperjuangkan bagi kelompok negara berkembang.

    Namun di sisi lain, Mari Elka menekankan bahwa perlu dipelajari agenda dari negara anggota BRICS, salah satunya menggunakan nilai mata uang selain dolar AS untuk transaksi perdagangan. “Kita masih harus pelajari, BRICS ini apa yang sedang mereka inginkan, misalnya menggunakan ‘currency’ di luar dolar, menggunakan transaksi apa yang disebut ‘SWIFT’ di luar sistem yang ada,” kata Mari Elka.

    Selain itu, anggota BRICS juga telah mencanangkan bank multilateral, bernama The New Development Bank, yang perlu dipelajari apakah bank tersebut dapat membiayai pembangunan, termasuk untuk Indonesia.

    Dilansir Antara, dengan keanggotaan penuh Indonesia dalam BRICS, pemerintah juga harus memutuskan kementerian yang bertanggung jawab untuk diplomasi negara dalam forum itu.

    Pada bagian lain, Mari Elka Pangestu menyentil soal bergabungnya Indonesia sebagai anggota penuh aliansi BRICS tidak perlu dikhawatirkan dampaknya terhadap hubungan bilateral Amerika Serikat dan presiden terpilih Donald Trump.

    Menurut Mari Elka, diplomasi Indonesia yang menganut politik bebas aktif membuat negara bisa bekerja sama dengan berbagai pihak dan tidak terafiliasi dengan hanya satu forum multilateral saja. “Tidak harus khawatir karena kita kan istilahnya bebas aktif ya. Kita boleh kerja sama dengan berbagai pihak dan kita tidak mengganggu kepentingan AS,” kata Mari Elka saat ditemui di Istana Kepresidenan Jakarta, Selasa (7/1) malam.

    Sebelumnya, Brazil, sebagai pemegang presidensi aliansi Brazil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan (BIRCS) tahun ini, mengumumkan pada Senin (6/1/25) bahwa Indonesia telah resmi menjadi anggota organisasi internasional tersebut. Dalam pernyataan persnya, Pemerintah Brazil menyambut dan memberi selamat kepada Indonesia sebagai anggota terbaru BRICS. (P-bwl)

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    Terkini