PRIORITAS, 26/8/25 (Tel Aviv): Israel Defence Forces (IDF) atau Pasukan Pertahanan Israel sudah menyiapkan skenario perang dalam puluhan terowongan bawah tanah, yang dibangun militan Hamas sebagai benteng pertahanan di Kota Gaza, Jalur Gaza utara.
Menurut sumber IDF, militer Israel sudah mengantisipasi berbagai kemungkinan terburuk, saat melakukan serangan besar-besaran ke markas terakhir militan Hamas di Kota Gaza itu.
“Tidak hanya perang dalam terowongan, militer juga sudah memperhitungkan segala aspek serangan di permukaan darat, seperti mortir, ranjau, penembak jitu (sniper) musuh, serangan dari bangunan gedung terlantar, bahkan jebakan-jebakan lain”, kata sumber itu, seperti dikutip Beritaprioritas.com dari Ynetnews, hari Selasa (26/8/25).
Intelijen militer Israel menunjukkan militan Hamas terus membangun kembali terowongan terornya, dengan Kota Gaza diyakini menjadi pusat jaringan bawah tanah yang besar dan penting.
Beberapa terowongan tidak terdeteksi selama operasi pertama militer Israel 18 bulan lalu.
Militan Hamas bisa saja melakukan pertempuran perkotaan secara terbuka, tetapi hal itu cukup riskan, karena jumlah mereka tidak sebanding dengan pasukan Israel.
“Kami menyetujui rencana IDF kemarin untuk mengalahkan militan Hamas di Kota Gaza dengan pertempuran sengit, evakuasi warga sipil, dan operasi besar”, kata Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz.

Ranjau di terowongan
Dugaan kuat militan Hamas akan coba bertahan di dalam benteng terowongan bawah tanah, yang sudah mereka pasang jebakan ranjau untuk menghalangi serbuan pasukan Israel.
Intelijen Israel sudah mengetahui para militan Hamas akan coba melarikan diri, dengan menggunakan jalur terowongan bawah tanah yang terkoneksi satu sama lain, menuju ke wilayah lain di Jalur Gaza.
Untuk mengantisipasi hal itu, militer Israel sudah menghancurkan lebih puluhan kilometer jalur terowongan yang berada di Jalur Gaza, dan meledakkan untuk menutup ratusan pintu masuk-keluar terowongan di sejumlah rumah sakit, sekolah, mesjid dan bangunan rumah penduduk.
Israel juga sudah membangun sejumlah jalur penghalang yang jadi buffer zone bagi pasukan Israel, seperti koridor Philadelpia di perbatasan dengan Mesir, Koridor Morag di tengah Jalur Gaza, koridor Netzarim Koridor sebelah timur Kota Gaza dan koridor Magen Oz di area Khan Younis, Jalur Gaza Selatan.

Operasi pembongkaran
Kabinet Keamanan Israel juga sudah menyetujui pembongkaran bangunan yang meluas di Jalur Gaza termasuk di sekitar Kota Gaza.
Operasi tersebut akan menggemakan aspek Operasi Kereta Perang Gideon, termasuk rute militer baru yang dibangun di sekitar Kota Gaza —kemungkinan berdasarkan jalan utama— di samping pembongkaran bangunan besar-besaran, seperti yang terlihat baru-baru ini di Rafah dan Khan Younis.
Di Khan Younis bagian timur, misalnya, Brigade Pasukan Terjun Payung menghancurkan lebih dari 2.000 bangunan, beberapa di antaranya setinggi tiga hingga empat lantai.
Militer Isael juga menargetkan rumah-rumah yang terkait dengan teroris atau digunakan untuk akses terowongan.
“Bangunan memungkinkan teroris keluar dari terowongan dan menggali terowongan baru secara diam-diam. Kami menghancurkannya, bukan hanya merusak atau melumpuhkan mereka”, kata seorang komandan senior IDF yang terlibat dalam pertempuran di Jalur Gaza.

Kota Gaza, tidak seperti Khan Younis atau Beit Hanoun yang banyak bangunan bertingkat rendah. Kota Gaza memiliki tantangan unik, karena banyak gedung tinggi yang rusak —10 hingga 15 lantai di lingkungan barat dan masih berdiri hingga kini.
Ini bisa menjadi tempat berlindung bagi tim anti-tank militan Hamas, penembak jitu, dan pengintai, atau menyembunyikan jaringan terowongan yang luas.
Meratakan struktur semacam itu memang akan membutuhkan bahan peledak yang sangat besar dan peralatan teknik berat.(P-Jeffry W)