Pasukan keamanan Israel memblokir truk bantuan kemanusiaan Yordania, setelah teroris Yordania yang menyamar sopir truk menyerang tentara.(idf)PRIORITAS, 19/9/25 (Jerusalem): Militer Israel memblokir semua bantuan kemanusiaan dari Yordania untuk warga Jalur Gaza, dengan menutup pintu perbatasan di Allenby.
Tindakan itu dilakukan gara-gara ada teroris Yordania yang menyusup sebagai sopir truk bantuan, menembak mati dua tentara Israel yang sedang bertugas memeriksa setiap truk sebelum masuk ke Israel.
Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF), Mayor Jenderal Eyal Zamir memerintahkan penghentian semua bantuan kemanusiaan dari Yordania hingga investigasi serangan selesai.
“Menghentikan bantuan kemanusiaan dari Yordania hingga investigasi selesai dan protokol keamanan bagi pengemudi Yordania direvisi”, menurut pernyataan juru bicara IDF, seperti dikutip Beritaprioritas.com, hari Jumat (19/9/25).
Biasanya, sekitar 150 truk bantuan tiba di Jalur Gaza setiap minggu dari Yordania, dari sekitar 1.800 hingga 2.000 truk bantuan, yang memasuki Jalur Gaza setiap minggu.
Sebagian besar truk bantuan kemanusiaan masuk melalui Mesir dan Israel melalui penyeberangan Kerem Shalom.

Teroris Abed al-Mutaleb al-Qaisi, yang menyamar sebagai sopir truk, tewas ditembak tentara Israel setelah menyerang petugas di dekat pos Allenby.(ynetnews)
Sopir disewa Yordania
Menurut sumber keamanan Israel, teroris yang melakukan serangan di perlintasan Allenby itu, adalah seorang yang disewa tentara Yordania untuk membawa truk bantuan dari Yordania ke Jalur Gaza.
Setibanya di perlintasan, teroris tersebut turun dari truk dan langsung menyerang tentara dengan pistol dan pisau, sebelum truk tersebut menjalani pemeriksaan yang diwajibkan.
Media Ynetnews melaporkan, IDF mengidentifikasi perwira dan tentara yang tewas adalah Letnan Kolonel (Purn) Yitzhak Harosh (68 tahun) dari Yerusalem dan Sersan Oran Hershko (20 tahun) dari Tel Mond.
Pasukan keamanan Israel lain yang ditempatkan di persimpangan, berhasil menembak mati teroris tersebut.
Ia diidentifikasi sebagai Abed al-Mutaleb al-Qaisi, warga Yordania. Ada dugaan teroris itu, kaki tangan atau pendukung militan Hamas.
Sangat mahal
Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, sangat berduka dengan tewasnya dua tentara yang bertugas di perbatasan.
Dalam sebuah wawancara dengan Channel 14, Netanyahu berkata Israel memang sedang berperang dan harganya sangat mahal, karena ada tentara yang jadi korban.
“Saya tahu bagaimana rasanya menjadi bagian dari keluarga yang berduka. Satu-satunya penghiburan yang bisa Anda temukan adalah bahwa para pahlawan ini gugur, agar negara ini bisa hidup. Itulah kebenarannya — kita hidup di sini karena mereka”, katanya.

Letkol (purn) Yitzhak Harosh (kiri) dan Sersan. Oran Hershko, korban serangan teroris Yordania di perlintasan Allenby. (idf)
Kementerian Luar Negeri Israel, mengeluarkan pernyataan yang sangat keras terhadap Yordania, dengan menyebut serangan itu sebagai hasil lain dari hasutan kriminal di kerajaan tetangga.
“Israel mengizinkan bantuan kemanusiaan masuk ke Gaza, dan teroris memanfaatkannya untuk membunuh warga Israel,” menurut pernyataan tersebut.
Yordania menyelidiki
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Yordania menanggapi dengan mengatakan pihak berwenang telah membuka penyelidikan atas insiden penembakan tersebut.
“Kementerian Luar Negeri Yordania menyatakan bahwa serangan tersebut merupakan pelanggaran hukum dan ancaman terhadap kepentingan kerajaan serta kemampuannya untuk mengirimkan bantuan kemanusiaan ke Gaza”, kata pernyataan Kemlu Yordania.
Para pejabat Yordania juga mengatakan memantau kondisi para pengemudi Yordania lain, yang melintasi perbatasan Israel untuk mengirimkan bantuan, guna memastikan mereka segera kembali ke Yordania.
“Kami terus memantau berita tentang insiden keamanan di sisi lain perlintasan perbatasan. Otoritas kami yang berwenang sedang memantau situasi di lapangan dan akan mengumumkan detailnya segera setelah diterima,” kata juru bicara pemerintah Yordania, Mohammed Al-Momani.
Picu perdebatan
Pemblokiran truk bantuan kemanusiaan dari Yordania memasuki Israel ini, telah memicu perdebatan di Yordania.
Banyak pengguna media sosial memperingatkan warga sipil di Jalur Gaza bisa menanggung akibatnya.
“Kami khawatir setiap insiden penembakan di luar konvoi bantuan, akan digunakan sebagai dalih untuk memblokir makanan dan obat-obatan,” tulis influencer Dahham al-Fawaz di X.
Warga Yordania lainnya mendesak kehati-hatian, dengan mengatakan pengiriman bantuan yang berkelanjutan berisiko menyeret kerajaan ke dalam konflik.
“Ini sangat membuat frustrasi. Selama dua tahun terakhir, mereka (teroris) telah mencoba menyeret kita ke dalam perang,” ujar seorang netizen.
“Mereka (teroris) ingin memimpin dan berpura-pura menjadi pahlawan dengan mengorbankan keamanan dan keselamatan kita. Cukup, biarkan kami sendiri. Mereka yang ingin melawan harus pergi dan melawan di negara lain”, kata netizen itu.
Influencer daring lainnya menambahkan jika pengiriman bantuan ke Gaza dapat meningkatkan ketegangan atau menyeret Yordania ke dalam konflik dengan Israel, penghentian bantuan secara permanen harus dipertimbangkan.
“Situasinya harus dikaji ulang secara cermat untuk menjaga stabilitas dan kepatuhan terhadap perjanjian perdamaian yang ada”, jelasnya.(P-Jeffry W)
No Comments