Tonton Youtube BP

Iran heboh, para wanita ikut lomba lari tanpa jilbab

Jeffry Wuisan
7 Dec 2025 23:59
4 minutes reading

PRIORITAS, 7/12/25 (Teheran): Republik Iran heboh, karena para wanita tanpa menggunakan jilbab saat mengikuti lomba lari Marathon yang diikuti ribuan peserta.

Padahal penutup kepala dan wajah bagi kaum wanita muslim sesuai Syariat Iran, adalah aturan wajib dan bagi yang tidak mematuhinya atau melanggarnya, bisa dihukum penjara.

Pemerintah Iran sangat marah dan langsung menangkap panitia penyelenggara lomba tersebut.

Menurut informasi yang diperoleh Beritaprioritas.com dari media Iran Internasional, hari Minggu (7/12/25), lomba lari itu digelar di Pulau Kish di Teluk Persia di Iran, 5 Desember 2025. Namun telah membuat heboh pemerintah Iran dan jagat maya terutama di sejumlah platform media sosial seperti X hingga beberapa hari terakhir.

“Dua penyelenggara maraton di Pulau Kish, Iran, telah ditahan menyusul dugaan pelanggaran hukum dan agama selama acara tersebut, setelah rekaman video menunjukkan sejumlah wanita berlari tanpa jilbab”, kata jaksa pulau itu.

Jaksa mengatakan mereka yang ditahan dan didakwa adalah pejabat Kish Free Zone Organization, sementara yang lainnya berasal dari perusahaan swasta penyelenggara lomba.

“Cara penyelenggaraan acara tersebut telah mencederai kesopanan publik,” ujar kejaksaan dalam sebuah pernyataan yang disiarkan kantor berita Tasnim yang berafiliasi dengan Garda Revolusi.

Disebutkan para pejabat telah diperingatkan sebelumnya untuk mematuhi hukum negara serta norma-norma agama dan sosial, tetapi mereka gagal mematuhinya.

Maraton Kish keenam itu berlangsung pada Jumat pagi dengan hampir 5.000 pelari (pria dan wanita) di pulau resor Teluk Persia, meskipun ada penentangan dari Federasi Atletik Iran, yang menyebutkan kekhawatiran atas persyaratan hukum dan agama.

Langkah-langkah pengawasan yudisial juga diberlakukan, melarang pejabat negara tersebut bekerja di sektor publik dan penyelenggara swasta dilarang mengelola atau menyelenggarakan acara olahraga.

Republik Las Vegas

Pengumuman pemerintah Iran tersebut, menyusul serangkaian serangan dari aktivis garis keras dan media termasuk Tasnim.

Perlombaan tersebut, menurut para aktivis dan media, mempromosikan pertunjukan terbuka dan pesta pora di depan umum, dan mereka yang bertanggung jawab harus segera dihukum.

Seorang aktivis garis keras yang menulis dengan nama Aminizadeh mengecam para pejabat Iran.

Ia bahkan menyebut mereka “ceroboh dan tidak terhormat,” dan menggambarkan perlombaan tersebut sebagai “maraton disko.”

“Ini Republik Islam atau Republik Las Vegas. Siapa yang mensponsori tindakan bodoh ini?”, katanya.

Kish Marathon di Iran yang diikuti ribuan wanita telah membuat heboh dan marah pemerintah Iran karena peserta berlari tanpa menggunakan jilbab.(@lionofzion_org)

Keuntungan politik

Intervensi semacam itu, juga menggemakan upaya lebih luas tokoh-tokoh konservatif, untuk menegaskan kembali kendali atas ruang publik dan aturan berpakaian, yang telah mengikis penegakan aturan berpakaian Islami di banyak wilayah perkotaan.

Banyak pendukung acara tersebut membalas dengan menuduh kelompok garis keras mengeksploitasi kepekaan jilbab untuk keuntungan politik.

Jurnalis Amir Taher Hosseinkhan menulis di X, para wanita berlomba secara terpisah dengan pria.

Wanita berlari pada pukul 5:30 pagi dan para pria pada pukul 8:30 pagi, dengan pemisahan dan kontrol yang ketat.

“Jadi, kenapa kalian masih ngotot menciptakan narasi palsu?” tanyanya. “Bagaimana sesuatu yang kalian klaim suci bisa jadi alat tawar-menawar dan balas dendam?”, lanjutnya.

Pihak penyelenggara sejauh ini belum memberikan komentar secara terbuka mengenai pengumuman jaksa.

Gema protes jilbab

Berdasarkan interpretasi ketat Syariat Iran, perempuan diwajibkan untuk menutupi rambut mereka di depan umum sejak Revolusi Islam 1979.

Hingga beberapa tahun yang lalu, acara massal di mana perempuan tampil dengan rambut terbuka jarang terjadi.

Namun dalam beberapa tahun terakhir, terutama di kota-kota besar, semakin banyak perempuan yang secara terbuka menentang aturan tersebut.

Ini dinilai telah menjadi sebuah tren semakin intensif setelah “protes jilbab” tahun 2022, yang dipicu kematian seorang perempuan muda Mahsa Amini di Iran, seperti dilaporkan media Ynetnews.

Amini ditahan polisi moral karena diduga mengenakan jilbab secara tidak pantas. Ia diduga disiksa dalam tahanan hingga meninggal dunia.

Pemberontakan nasional tersebut, merupakan tantangan paling serius dalam beberapa tahun terakhir terhadap stabilitas rezim Iran.

Pemerintah Iran  justru menumpas pengunjukrasa secara brutal, menewaskan ratusan orang dan menangkap ribuan orang. (P-Jeffry W)

No Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Video Viral

Terdaftar di Dewan Pers

x
x