PRIORITAS, 27/7/25 (Padang): Sebuah rumah doa umat Kristen di Kelurahan Padang Sarai, Kecamatan Koto Tengah, Kota Padang, Sumatera Barat, dirusak massa setempat pada Minggu (27/7/27) sore. Kursi-kursi, mimbar, kaca-kaca jendela dirusak. Saat itu jemaat yang diketahui dari Gereja Kristen Setia Indonesia (GKSI) Anugrah Padang pimpinan Pendeta F. Dachi, M.Th, sedang beribadah Minggu, sambil menunggui anak-anak mereka belajar Firman Tuhan.
Dari unggahan video viral warganet di media sosial yang dipantau Beritaprioritas pada Minggu malam, tampak puluhan warga membubarkan jemaat di rumah doa tersebut secara paksa disertai ancaman. Sebagian massa membawa kayu tampak memecahkan kaca-kaca jendela, membanting dan merusak kursi, masuk ke ruangan ibadah dan melakukan pengrusakan terhadap properti ibadah di dalamnya, termasuk meja mimbar, dan melempar kipas angin ke luar ruangan kemudian merusaknya.
Di luar ruangan, sejumlah massa menghancurkan kursi-kursi plastik hijau menggunakan balok kayu dengan perangai menakutkan. Para jemaat dibentak-bentak dan dari penuturan jemaat yang dibagikan di media sosial, dua anak perempuan kecil dikabarkan terluka.
Dalam video, sejumlah anak kecil memang terlihat menangis ketakutan. Terlihat pula dalam video berdurasi 6.54 menit itu, massa secara leluasa melakukan pengrusakan dan mengintimidasi jemaat yang tampak tertekan dan kebingungan.
Dikutip dari SumbarKita, Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) Koto Tengah, Kompol Afrino, membenarkan kejadian itu. Ia mengatakan, peristiwa tersebut terjadi pukul 16.00 WIB. Ia belum bisa memberikan keterangan lebih banyak karena anggotanya masih mengumpulkan data di lokasi.

Massa teriak “Bubarkan, bubarkan!”
SumbarKita mengabarkan, Pendeta F. Dachi menceritakan, saat ibadah sedang berlangsung, ia dipanggil Ketua RW 09 dan Ketua RT 03 untuk berbicara di belakang rumah doa. Namun, pendeta Dachi mengaku terkejut karena tiba-tiba massa yang telah berkumpul di jalan depan rumah doa berteriak-teriak tuntutan pembubaran ibadah.
“Langsung massa teriak ‘bubarkan, bubarkan!’ dan mulai melempari rumah (doa). Kaca pecah, peralatan dihancurkan, listrik diputus,” ujar Dachi. Dari unggahan video yang beredar di berbagai medsos, suasana saat terjadi pengrusakan terlihat mencekam dan menakutkan, terutama saat massa merangsek masuk ke halaman dan kemudian ke dalam rumah doa.
Dachi menerangkan, bangunan yang digunakan bukan gereja melainkan rumah doa yang difungsikan sebagai tempat pendidikan agama untuk anak-anak jemaat yang kesulitan akses ke gereja di pusat kota.
“Kami tidak mendirikan gereja. Rumah ini kami sewa untuk pendidikan. Anak-anak ini butuh nilai agama di sekolah, dan itu kami bantu berikan,” tuturnya.
Dachi menjelaskan, jemaat GSKI di Padang Sarai yang dipimpinnya terdiri atas 21 kepala keluarga dengan total kehadiran mencapai seratus orang. Selama tiga tahun terakhir, katanya, mereka telah melakukan pembelajaran agama dari rumah ke rumah tanpa kendala. Ia menyebutkan, rumah doa yang sekarang digunakan baru aktif tiga bulan terakhir.

Disayangkan
Pendeta Dachi menyayangkan tindakan anarkis massa dan berharap ada perlindungan dari pemerimntah terhadap kebebasan beribadah bagi jemaatnya. “Kalau tempat ini menjual miras (minuman keras) atau narkoba, silakan dibubarkan. Tapi ini rumah doa untuk mendidik anak-anak. Kini mereka trauma,” tutur Dachi.
Ia menyebutkan akan menempuh jalur hukum jika tidak ada penyelesaian secara damai. “Kami pertimbangkan melapor ke Polrestabes atau Polda. Kami hanya ingin anak-anak bisa belajar dan beribadah dengan aman,” katanya.
Sampai berita ini diturunkan Minggu malam, belum terpantau adanya keterangan resmi dari aparat Kepolisian Resort Kota (Polresta) Padang atau Polda Sumatera Barat.
Pihak pemerintah, baik daerah maupun pusat, juga belum memberikan keterangan. (P-ht)