PRIORITAS, 25/3/25 (Istanbul): Turki sampai Selasa malam masih bergejolak dengan gelombang unjukrasa menentang pemerintah Presiden Recep Tayyip Erdogan. Inggris menjadi salahsatu negara yang melarang warganya berkunjung ke Turki karena meningkatnya kerusuhan di Istanbul dan kota-kota Turki lainnya.
Aparat keamanan Turki melakukan penangkapan massal dan tindakan keras terhadap pengunjuk rasa. Gelombang protes masyarakat Turki selama enam hari berturut-turut itu, menjadi yang terbesar di negara tersebut dalam lebih dari satu dekade.
“Mungkin berubah menjadi kekerasan dan polisi setempat telah menanggapinya dengan menggunakan gas air mata dan meriam air”, kata Kantor Luar Negeri, Persemakmuran, dan Pembangunan Inggris, seperti dikutip Beritaprioritas.com dari The Independent, hari Selasa (25/3/25)
Warga melakukan aksi protes karena pemerintah Turki menangkap dan memenjarakan sejumlah tokoh politik terutama Wali Kota Istanbul, Ekrem Imamoglu, yang menjadi pesaing Erdogan dalam pemilihan presiden nanti.
“Demonstrasi besar terus terjadi di luar misi diplomatik yang terkait dengan konflik di kota-kota besar, khususnya misi diplomatik Israel di Ankara dan Istanbul ,” kata jelas kantor luar negeri Inggris.
Warga Inggris yang kebetulan berada di Turki saat ini, juga diminta untuk menghindari semua demonstrasi dan segera meninggalkan daerah tersebut jika terjadi aksi unjukrasa.
Pasar saham anjlok
Akibat pecahnya aksi unjukrasa besar-besaran di semua kota, telah menyebabkan pasar saham Turki anjlok, mengalami pukulan terbesarnya sejak krisis keuangan 2008, di tengah kecaman dari negara-negara tetangga di Eropa.
Protes masyarakat Turki itu dimulai minggu lalu, setelah ratusan ribu orang berdemonstrasi menentang penangkapan Imamoglu. Pada hari Minggu, pengadilan justru memenjarakannya, sambil menunggu persidangan, atas tuduhan korupsi yang dibantahnya.
Pemenjaraan Imamoglu secara luas ditafsirkan sebagai upaya politik kotor pemerintah untuk menyingkirkan penantang utama Erdogan menjelang pemilihan presiden 2028.
Dalam pidato yang disiarkan di televisi, presiden Erdogan malah menyebut protes tersebut sebagai “jahat”. Ia mengklaim unjukrasa itu, telah menjadi “gerakan kekerasan” sambil menyalahkan oposisi utama Partai Rakyat Republik (CHP).
Berbicara setelah rapat kabinet di Ankara, Erdogan mengatakan CHP harus berhenti memprovokasi warga. “Sebagai sebuah negara, kami mengikuti dengan terkejut peristiwa yang muncul setelah seruan pemimpin oposisi utama untuk turun ke jalan menyusul operasi korupsi di Istanbul, berubah menjadi gerakan kekerasan,” kata presiden berusia 71 tahun itu.
Tuntut oposisi
Ia malah menuntut oposisi utama harus bertanggung jawab atas terlukanya sejumlah polisi, pecahnya jendela toko dan rusaknya properti publik. “Mereka akan dimintai pertanggungjawaban atas semua ini secara politik di parlemen dan secara hukum oleh pengadilan,” ujarnya.
Menteri Dalam Negeri Ali Yerlikaya menuduh beberapa pengunjuk rasa meneror jalanan dan mengancam keamanan nasional.
Lebih dari selusin wartawan termasuk di antara 1.133 orang yang ditahan. Menteri tersebut juga mengatakan 123 petugas polisi mengalami luka-luka.
Serikat pekerja media Disk-Basin-Is mengatakan sedikitnya delapan wartawan dan jurnalis foto ditahan polisi. Disk-Basin-Is menyebut tindakan tersebut sebagai serangan terhadap kebebasan pers dan hak masyarakat untuk mengetahui kebenaran.
Perintah pengadilan dari otoritas Turki juga memblokir lebih dari 700 akun X, termasuk akun organisasi berita, jurnalis dan tokoh politik.(P-Jeffry w)