25.6 C
Jakarta
Wednesday, February 12, 2025

    Hampir 40 tahun berkarya, Bernadus Wilson Lumi raih ‘Press Card Number One’

    Terkait

    PRIORITAS, 9/2/25 (Banjarmasin): Ungkapan “karya tulis jurnalistik bisa lebih tajam dari pedang” menggambarkan betapa besar kekuatan tulisan dalam membentuk opini publik, mengungkap kebenaran, dan bahkan menggulingkan kekuasaan yang korup. Dalam sejarah, jurnalistik telah menjadi alat yang sangat ampuh dalam membawa perubahan sosial, politik, dan hukum.

    Seorang jurnalis memiliki tanggung jawab untuk menggali fakta, mengkritisi kebijakan, dan menyuarakan kebenaran tanpa takut tekanan. Tulisan yang didasarkan pada data dan investigasi yang kuat dapat membongkar kasus-kasus besar, mengungkap penyalahgunaan wewenang, serta memberi keadilan bagi mereka yang tertindas.

    Banyak contoh nyata di mana karya jurnalistik berdampak besar, seperti investigasi korupsi oleh media yang membuat pejabat tinggi lengser, atau laporan perang yang mengubah pandangan dunia terhadap suatu konflik. Oleh karena itu, tulisan seorang jurnalis bukan sekadar kata-kata, melainkan senjata yang mampu mengubah sejarah.

    Namun, seperti halnya pedang yang harus digunakan dengan bijak, jurnalistik juga harus dijalankan dengan prinsip etika yang kuat. Ketajaman tulisan yang tidak diimbangi dengan kebenaran dan tanggung jawab bisa menjadi bumerang, menyesatkan publik, atau bahkan menciptakan ketidakstabilan.

    Ungkapan bijak di atas telah membawa seorang Bernadus Wilson Lumi, anak dari dusun kecil di Kabupaten Minahasa, Desa Kembes Tombulu ini dianugerahi Press Card Number One (PCNO), di Hari Pers Nasional 2025 yang dipusatkan di daerah berjuluk Bumi Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Kalimantan Selatan, pada Minggu (9/2/25).

    PCNO ini diberikan atas dedikasinya dalam dunia kewartawanan. Dia terus menghasilkan karya jurnalistiknya selama hampir 40 tahun berkarier, menulis buku dan aktif berkontribusi terhadap kebebasan pers yang kontinu dilakukannya pasca-mendapatkan Kartu Anggota Biasa tahun 1993 –setelah lima tahun sebelumnya tercatat sebagai pemegang Kartu Anggota Muda Persatuan Wartawan Indonesia (PWI).

    Sebagaimana diketahui, Press Card Number One (PCNO) merupakan sebuah penghargaan yang diberikan kepada wartawan senior, yang sudah memenuhi kriteria-kriteria tertentu. Beberapa di antaranya telah menghasilkan karya jurnalistik yang diakui secara nasional atau internasional, dan menghasilkan karya jurnalistik secara konsisten minimal 25 tahun.

    Selain itu, menjadi pelopor pengembangan jurnalistik di Indonesia, berkontribusi memajukan dunia kewartawanan melalui gagasan, tulisan, artikel, atau buku. Selain itu, berkontribusi membela kemerdekaan pers lewat gagasan dan kiprahnya serta ikut memajukan SDM pers Indonesia. Anugerah ini diberikan sejak HPN 2010 di Palembang, Sumatera Selatan.

    Berkarya tanpa henti

    Bernadus Wilson Lumi dengan penghargaan “Press Card Number One”. (Ist.)

    Karier tulis-menulisnya (khusus Jurnalistik) diawali setelah menyelesaikan Pendidikan S1-nya di Universitas Samratulangi Manado. Sambil sebagai Dosen Luar Biasa, pada tahun 1988 Ia mulai meniti karier jurnalistik di SKH Cahaya Siang Manado hingga mencapai puncak sebagai Pemimimpin Redaksi (2009).

    Sebelum memulai karier jurnalitik di SKH Cahaya Siang (CS), Ia yang kini sebagai Pemimpin Redaksi/Penanggung Jawab Majalah CEO Indonesia, belajar dasar-dasar penulisan berita di Majalah Kampus: INOVASI UNSRAT (1986).

    Setelah jatuh bangun bersama CS –yang sempat dua kali berganti managemen; Jawa Pos grup kemudian Media Indonesia grup— tahun 1995 bersama sejumlah wartawan senior di Sulawesi Utara, diantaranya Engka bersaudara (Jantje dan Andi), Biden Kandores, dan SE Panggey dengan menggandalkan managemen Kompas yang dijalankan Reinhard Daluas, ia ikut mengawal penerbitan kembali Surat Kabar Suluh Merdeka.

    Meredupnya Suluh Merdeka, tak membuatnya meninggalkan pekerjaan yang telah membesarkannya. Ia pun mencoba peruntungan ke Jakarta. Di Ibu Kota Negara itu, ia bergabung dengan Harian Media Indonesia yang kemudian menempatkannya sebagai Koresponden di Wilayah Sulut-Maluku.

    Sebelum terjadi gejolak Ambon, ia kembali ke Jakarta dan bersama mantan wartawan Gatra, Audrey Tangkudung membidani terbitnya Majalah Ekonomi Bisnis tahun 1997 (berita khusus Bisnis, Pasal Modal, Profil, dan Pariwisata).

    Masih dengan Majalah Ekonomi, di tahun 1999 oleh manajemen ia bersama wartawan senior Yoyok Widoyoko dipercaya membuka rimba raya Batam dengan menghadirkan penerbitan Tabloid Mingguan Batam Bisnis yang dikelolah bersama Pengusaha Real Estate, Samuel Purba. Saat di Batam, ia pun ikut memperkuat Harian Sinar Harapan sebagai perwakilan di Kota Batam dan sekitarnya.

    Setelah beberapa saat kembali ke Jakarta, tahun 2002, ia menerima tawaran dua punggawa wartawan Media Indonesia, Ferry BM Rende dan Inyo Rumondor, yang bersama Haris Vandersloot ikut mendirikan televisi pertama di daerah, Televisi Manado (TVM).

    Pasca-penutupan TVM, berturut-turut Ia berkarier di QTV & Swara TV I Jakarta (2005), Harian Sore CAHYA SIANG  tahun 2009 – 2010, Bhinneka Nusantara Televisi Network (2011), Majalah CEO (2012), kemudian 2014 di Cakrawala Nusantara Televisi (CNTV).

    Perubahan jaman, dari media konvensional ke digitalisasi, ikut mengubah pola pikirnya. Untuk itu, sejak tahun 2012 ia pun memfokuskan pada pengembangan www.cahayasiang.id dan www.majalahceo.co.id/www.ceomagz.com, sambil ikut bertanggung jawab pada penerbitan www.mediadesa.co.id dan terakhir bersama seniornya Jeffrey Rawis ikut membidani lahirnya www.beritaprioritas.com.

    Meski sebagai wartawan, ia pun sempat mengenyam pekerjaan birokrasi saat menjadi Staf Khusus Bidang Media TNP2K (2010-2013) –satu Lembaga Negara yang diinisiasi pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono. Lembaga yang berkantor di Istana Negara ini, di bawah tanggungjawab Wakil Presiden Boediono yang langsung bertindak sebagai ketua lembaganya.

    Kini, mantan Ketua Bidang Pendataan dan Verifikasi Media di Serikat Media Siber Indonesia (SMSI), anggota TaskFoce Media Sustainability Dewan Pers, dan Direktur Eksekutif Masyarakat dan Pers Pemantau Pemilu (Mappilu) PWI Pusat (2010-2023) ini, aktif sebagai Wakil Ketua Lembaga AntiHoax PWI Pusat dan Ketua Bidang Organisasi Serikat Perusahaan Pers (SPS) Pusat.

    Plt Sekretaris di PWI DKI Jakarta ini juga bersama wartawan senior Kompas, Muh. Nasir, tercatat sebagai Pendiri Forum Pemimpin Redaksi Media Siber Indonesia – kini Forum Pimpinan Redaksi Multimedia Indonesia (FPRMI) – sekaligus sebagai Ketua Umumnya.

    Di luar tugas-tugasnya yang berkaitan dengan Pers, anggota Panitia Tetap Anugerah Adinegoro PWI Pusat 2020-2023 ini, menjabat sebagai Wakil Sekretaris Jenderan Gerakan Penerus Perjuangan Merah Putih (GPPMP) Pusat dan oleh Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Persekutuan Intelegensia Kristen Indonesia (PIKI) masa bakti 2020-2025 diberi tanggung jawab sebagai Sekretaris Lembaga Informasi dan Komunikasi.

    Sebagai penulis, ia menulis beberapa buku di antarannya “Biografi Djouhari Kansil, Wakil Gubernur Sulawesi Utara” (2009), dan “Sitaro, Zamrud Khatulistiwa” (2010). Ia juga menjadi editor edisi khusus: “Prabowo Subianto, Mengungkap Fakta Tanpa Bicara” (2014). Kemudian editor buku “Profesi dan Sertifikasi Guru”.

    Ia pula tercatat sebagai Tim penerbitan “Buku Hari Pers Nasional” sejak 2019, yang mempunyai tanggung jawab melakukan sortir sekaligus editor karya untuk semua buku yang lolos dan bisa diproduksi pada event Hari Pers Nasional setiap tahunnya. (P-hdt)

    - Advertisement -spot_img

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    - Advertisement -spot_img

    Terkini