PRIORITAS, 21/3/25 (Jakarta): Sama-sama menghadiri acara buka puasa bersama (Bukber) atas undangan Partai Nasdem, Presiden ke-7 RI, Joko Widodo (Jokowi) dan Ketua DPR RI, Puan Maharani, terlihat akrab dan hangat.
“Hubungannya memang hangat betul, memang hangat, dengan Mbak Puan hangat,” kata Jokowi kepada pers di NasDem Tower, Jakarta, Jumat (21/325) malam. Puan Maharani yang juga Ketua DPP PDI Perjuangan (PDIP) Bidang Politik yang berdiri di sampingnya tertawa riang.
Saat ditanyai wartawan terkait rencana pertemuan dengan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri, Jokowi mengatakan masih belum tahu kapan terealisasi. Ia mengatakan dalam gaya khasnya yang santai, hubungannya dengan Megawati juga baik.
Tatkala didesak kapan akan bertemu Megawati, Jokowi lagi-lagi menjawab rileks.”Ya belum, tapi akan apa ya, ke depan saya kira akan baik-baik saja,” ujarnya.
Sementara itu, ketika tiba di lokasi acara, kepada wartawan Puan Maharani menyampaikan baru tahu jika Joko Widodo juga hadir. Dalam acara Bukber itu, Puan Maharani dan Joko Widodo duduk semeja. Mereka mengapit tuan rumah, Ketua Umum Partai Nasdem, Surya Paloh.
Dalam jumpa pers singkat usai acara buka puasa, Surya Paloh menekankan pentingnya menciptakan suasana yang sejuk dan harmonis di tengah tantangan yang semakin besar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Seperti banyak diberitakan, hubungan Jokowi dan PDI Perjuangan, khususnya dengan Ketua Umum Megawati Soekarnoputri, sedang tidak baik-baik saja. Padahal pada awal karir politiknya, Jokowi maju sebagai Wali Kota Solo pada 2005 dengan dukungan PDIP dan Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Keberhasilannya memimpin Solo membawanya ke panggung nasional, hingga PDIP mengusungnya sebagai calon Gubernur DKI Jakarta pada 2012 dan calon Presiden pada 2014.
Kendati begitu, setelah dua periode menjabat sebagai presiden, hubungan Jokowi dengan PDIP mulai merenggang, terutama menjelang Pemilu 2024. Perbedaan sikap politik, terutama terkait dukungan terhadap calon presiden yang berbeda membuat hubungan kedua belah pihak semakin panas.
Salah satu puncak kericuhan terjadi pada 17 Desember 2024 saat DPP PDIP secara resmi memecat Jokowi dari keanggotaan partai. Keputusan ini diumumkan oleh Ketua DPP PDIP Bidang Kehormatan, Komarudin Watubun, yang menyatakan bahwa Jokowi melakukan pelanggaran berat karena mendukung calon presiden dan wakil presiden dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) serta menyalahgunakan kekuasaan.
Namun. sebelumnya, pada 22 April 2024, PDIP telah menyatakan, Jokowi dan putranya, Gibran Rakabuming Raka, tidak lagi menjadi anggota partai, menyusul dukungan mereka terhadap pasangan calon presiden dan wakil presiden yang berbeda dari pilihan resmi partai. (P-ht)