Empat bank raksasa RI raup laba Rp71,7 T, BBRI teratas - BERITA PRIORITAS
26.1 C
Jakarta
Monday, January 13, 2025
spot_img

Empat bank raksasa RI raup laba Rp71,7 T, BBRI teratas

Terkait

PRIORITAS, 1/7/24 (Jakarta): Semua empat bank raksasa Indonesia ramai-ramai meraup laba triliunan rupiah.

Dilaporkan, ke-empat bank terbesar yang tergabung dalam kelompok bank berdasarkan modal inti (KBMI) 4 ini mencatat total laba bersih mencapai Rp71,73 triliun, meningkat 8,05 persen year on year (yoy) hingga Mei 2024.

Sementara untuk masing-masing perolehannya, BBCA menempel ketat BBRI di posisi puncak, lalu disusul BMRI dan BBNI.

Disebutkan, bank yang tergabung dalam KBMI 4 menargetkan laba mencapai Rp177,75 triliun untuk tahun buku 2024 ini, berdasarkan rancangan bisnis bank (RBB) yang dirangkum Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

Berdasarkan fakta, perolehan laba sampai Mei 2024 atau dalam lima bulan mencerminkan 40,35 persen dari target yang telah dicanangkan.

BBRI posisi pertama

Berada di posisi pertama ada PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) atau BRI dengan laba bersih Rp21,90 triliun, tumbuh 8,83 persen (yoy) pada Mei 2024. Perolehan ini didukung pendapatan bunga yang tumbuh tinggi, sedangkan beban operasional lainnya hanya tumbuh melandai.

Pendapatan bunga bersih BBRI naik 16,37 persen menjadi Rp67,37 triliun dalam lima bulan. Sedangkan beban bunga naik 49,10 persen menjadi Rp21,52 triliun. Sehingga perusahaan tetap bisa menumbuhkan pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) sebesar 5,50 persen menjadi Rp 45,84 triliun.

Namun demikian, perusahaan masih dihadapkan beban provisi yang tercermin dari pos kerugian penurunan nilai aset (impairment) yang melesat 31,28 persen. Pos ini yang mendorong beban operasional masih sedikit bertumbuh 0,71 persen menjadi Rp18,43 triliun.

Di ranking kedua tentu ada PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) atau BCA. Laba bersih periode berjalan (individu) sebesar Rp21,63 triliun atau bertumbuh 11,65 persen year on year (yoy) pada Mei 2024.

Laba itu konsisten bertumbuh dalam kisaran double digit dalam kurun tiga bukan belakangan, ditopang kinerja penyaluran kredit dan pembiayaan yang tumbuh di atas rata-rata perbankan nasional, beban bunga yang terkontrol meski dihadapkan era suku bunga tinggi, serta keberhasilan perusahaan dalam menekan beban operasional lainnya.

Keberhasilan BBCA tersebut didukung oleh kemampuan dalam menghimpun dana murah (current account saving account/CASA) mencapai Rp895,31 triliun, kendati tercatat hanya tumbuh 5,40 persen (yoy). Tren CASA Ini juga mendorong total dana pihak ketiga (DPK) ikut terkerek 5,13 persen menjadi Rp1.094,31 triliun.

Dari kinerja pendanaan itu, rasio CASA dari BBCA tetap bergerak menguat 21 basis poin (bps) dari 81,61 persen menjadi 81,82 persen pada Mei 2024. BCA cukup konservatif dalam mengelola sisi pendanaannya.

BBCA menjadi entitas bank dari KBMI 4 yang mencatat pertumbuhan beban bunga. Pada Mei, pos beban bunga ini tercatat mencapai Rp4,88 triliun atau naik 11,81 persen. Ini pula yang mendongkrak NII terangkat 6,86 persen menembus Rp30,99 triliun.

BMRI dan BBNI

Di posisi ketiga ialah PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) dengan laba bersih sebesar Rp19,62 triliun pada Mei 2024, bertumbuh 6,40 persen. Angka pertumbuhan laba kali ini jadi yang tertinggi sepanjang lima bulan bergulir, di mana laba sempat menyusut pada awal tahun.

Bank Mandiri membukukan pendapatan bunga sebesar Rp44,43 triliun. Angka ini naik 13,90 persen dibandingkan dengan periode sama tahun sebelumnya yang sebesar Rp39,00 triliun.

Sementara itu, beban bunga BMRI terkerek 38,50 persen (yoy) menjadi Rp14,01 triliun pada Mei 2024, seiring rezim bunga acuan tinggi. Sehingga pendapatan bunga bersih (NII) hanya mampu bertumbuh 5,29 persen (yoy) menjadi Rp30,41 triliun.

Selanjutnya, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) atau BNI dengan laba bersih tahun berjalan tumbuh sebesar 1,51 persen (yoy) menjadi Rp8,56 triliun pada Mei 2024. BBNI masih dibayangi beban bunga yang tinggi atau meningkat 36,76 persen (yoy) menjadi Rp10,80 triliun.

Pada gilirannya, pendapatan bunga bersih (NII) mesti tersungkur menurun 10,04 persen (yoy) menjadi sebesar Rp15,28 triliun. Namun demikian, beban operasional lainnya cenderung tercatat lebih rendah atau turun 23,90 persen (yoy) menjadi Rp5,05 triliun. Salah satunya ialah dorongan dari beban provisi atau impairment yang berhasil ditekan cukup dalam. (PINV/jr) — foto ilustrasi istimewa

- Advertisement -spot_img

Viral

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Headline News

- Advertisement -spot_img

Terkini