31.2 C
Jakarta
Sunday, June 1, 2025

    Duka parade kemenangan Liverpool: Ketika teror tak bernama

    Terkait

    PRIORITAS, 28/5/25 (Liverpool, Inggris): Langit Liverpool mendung hari itu, seperti mengisyaratkan firasat yang tak diundang. Ribuan jiwa berkumpul dalam hujan, bersorak untuk kemenangan yang telah lama dirindukan, Senin (26/5/25) lalu.

    Di antara riuh tepuk tangan dan kibaran merah yang menyala, suara mesin meraung pelan, namun cukup untuk mengoyak keheningan sukacita. Sebuah mobil berwarna gelap meluncur tak terduga, membelah kerumunan dengan kecepatan yang tak bersahabat.

    Kengerian hadir secepat sorak-sorai berubah jadi jerit. Empat anak dan puluhan orang dewasa tergolek di aspal, luka yang tertinggal tak hanya di tubuh, tapi juga di benak.

    “Ini bukan serangan teroris,” ujar juru bicara Kepolisian Merseyside, mencoba menenangkan, tapi luka sudah terlanjur membekas, melansir The Straits Times dari AFP.

    Seorang pria kulit putih, 53 tahun, ditangkap di tempat. Mobilnya kini jadi bukti bisu, diselimuti amarah dan ketakutan warga kota.

    “Empat korban mengalami cedera serius,” terang petugas medis dengan suara yang mencoba tetap tegar, “termasuk seorang anak yang sempat terjepit di bawah kendaraan.”

    Teriakan tak hanya terdengar dari korban, tapi juga dari warga yang marah. Jendela mobil pecah, sementara polisi berusaha menjaga jarak antara massa dan pelaku.

    “Fans terlihat berusaha mengeluarkan korban,” kata seorang saksi mata. “Mereka tak menunggu siapa-siapa, hanya ingin menyelamatkan.”

    Simpati tulus

    Di media sosial, dunia berhenti sejenak. Dari Van Dijk hingga Klopp, dari Dalglish hingga Gerrard, suara mereka menyatu dalam simpati yang tulus.

    “Doa dan pikiran saya bersama semua yang terdampak,” tulis Van Dijk, mencoba menyusun kata saat kata pun terasa tak cukup.

    Klopp, sang manajer yang membawa Liverpool kembali ke takhta, terdengar terguncang. “Saya dan keluarga sangat terkejut dan terpukul,” ujarnya, lirih. “You’ll Never Walk Alone.”

    Dalglish membawa haru lewat kalimat sederhana namun menggetarkan. “Lagu kebanggaan kami tak pernah terasa lebih tepat.”

    Gerrard, legenda yang tumbuh bersama kota ini, menulis dengan hati terbuka. “Terkejut, merasa mual, dan sangat sedih.”

    Solidaritas meluas melebihi batas rivalitas. Dari Everton, Manchester United, hingga Manchester City, semua bersatu dalam duka.

    “Pikiran kami bersama semua yang terdampak,” tulis Everton. “Ini bukan tentang warna, ini tentang manusia.”

    Tak hanya dari Inggris, pesan juga datang dari seberang benua. LeBron James, pemilik minoritas klub, menyebut peristiwa itu “tidak masuk akal”.

    Luka mendalam bagi dunia olahraga

    Gianni Infantino, Presiden FIFA, menyatakan bahwa “sepak bola berdiri bersama Liverpool dan para korbannya”.

    Premier League pun tak tinggal diam, menyebut kejadian ini sebagai luka mendalam bagi dunia olahraga.

    Sementara malam turun pelan di atas kota, rasa sesak belum juga reda. Di antara nyala lilin dan doa yang tak terdengar, satu kalimat tetap menggema: You’ll Never Walk Alone. (P-Khalied Malvino)

    Viral

    LEAVE A REPLY

    Please enter your comment!
    Please enter your name here

    Headline News

    Terkini